Bandar Bola Terbaik - Merasakan Nikmat Bersama Dua Pria Sekaligus
Bandar Bola Terbaik - Merasakan Nikmat Bersama Dua Pria Sekaligus - Aku adalah gadis remaja berusia 19 tahun. kawan-kawanku mengatakan
aku cantik, tinggi 170, kulit putih dengan rambut lurus sebahu. Aku
termasuk populer diantara kawan-kawan.
Bandar Bola Terbaik - Namun demikian aku masih mampu
menjaga kesucianku sampai.. Suatu saat, aku dan enam orang kawan Susi
(18 tahun), Clara (19 tahun), Kelvin (22 tahun), Renal (21 tahun), Toni
(23 tahun) dan Andri (20 tahun). menghabiskan liburan dengan menginap di
villa keluarga Andri di Puncak.
Susi walaupun tidak terlalu
tinggi (160) memiliki tubuh padat dengan kulit putih, sangat sexy
apalagi dengan ukuran payudara 36b-nya, Susi telah berpacaran cukup lama
dengan Kelvin. Diantara kami bertiga Clara yang paling cantik, tubuhnya
sangat proporsi tidak heran kalau sang pacar, Renal, sangat
tergila-gila dengannya.
Sementara aku, Andri dan Toni masih
jomblo. Andri yang berdarah India sebenarnya suka sama aku, dia lumayan
ganteng hanya saja bulu-bulu dadanya yang lebat terkadang membuat aku
ngeri, karenanya aku hanya menganggap dia tidak lebih dari sekedar
teman.
Acara ke Puncak kami mulai dengan hang-out disalah satu
kafe terkenal di kota kami. Larut malam baru tiba di Puncak dan langsung
menyerbu kamar tidur, kami semua tidur dikamar lantai atas. Udara
dingin membuatku terbangun dan menyadari hanya Susi yang ada sementara
Clara entah kemana.
Rasa haus membuatku beranjak menuju dapur
untuk mengambil minum. Sewaktu melewati kamar belakang dilantai bawah,
telingaku menangkap suara orang yang sedang bercakap-cakap.
Kuintip
dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, ternyata Renal dan Clara.
Niat menegur mereka aku urungkan, karena kulihat mereka sedang
berciuman, awalnya kecupan-kecupan lembut yang kemudian berubah menjadi
lumatan-lumatan. Keingintahuan akan kelanjutan adegan itu menahan
langkahku menuju dapur.
Adegan ciuman itu bertambah panas mereka
saling memagut dan berguling-gulingan, lidah Renal menjalar bagai bagai
ular ketelinga dan leher sementara tangannya menyusup kedalam t-shirt
meremas-remas payudara yang menyebabkan Clara mendesah-desah, suaranya
desahannya terdengar sangat sensual.
Disibakkannya t-shirt Clara
dan lidahnya menjalar dan meliuk-liuk di putingnya, menghisap dan
meremas-remas payudara Clara. Setelah itu tangannya mulai merayap
kebawah, mengelus-elus bagian sensitif yang tertutup g-string. Renal
berusaha membuka penutup terakhir itu, tapi sepertinya Clara keberatan.
Lambat-lambat kudengar pembicaraan mereka.
“Jangan To” tolak Clara.
“Kenapa sayang” tanya Renal.
“Aku belum pernah.. gituan”
“Makanya dicoba sayang” bujuk Renal.
“Takut To” Clara beralasan.
“Ngga apa-apa kok” lanjut Renal membujuk
“Tapi To”
“Gini deh”, potong Renal, “Aku cium aja, kalau kamu ngga suka kita berhenti”
“Janji ya To” sahut Clara ingin meyakinkan.
“Janji” Renal meyakinkan Clara.
“Jangan To” tolak Clara.
“Kenapa sayang” tanya Renal.
“Aku belum pernah.. gituan”
“Makanya dicoba sayang” bujuk Renal.
“Takut To” Clara beralasan.
“Ngga apa-apa kok” lanjut Renal membujuk
“Tapi To”
“Gini deh”, potong Renal, “Aku cium aja, kalau kamu ngga suka kita berhenti”
“Janji ya To” sahut Clara ingin meyakinkan.
“Janji” Renal meyakinkan Clara.
Renal tidak membuang-buang waktu,
ia membuka t-shirt dan celana pendeknya dan kembali menikmati bukit
kenikmatan Clara yang indah itu, perlahan mulutnya merayap makin
kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia mengecup-ngecup gundukan diantara
paha sekaligus menarik turun g-string Clara.
Dengan hati-hati
Renal membuka kedua paha Clara dan mulai mengecup kewanitaannya disertai
jilatan-jilatan. Tubuh Clara bergetar merasakan lidah Renal.
“Agghh.. To.. oohh.. enakk.. Too”
Mendengar desahan Clara, Renal semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap kewanitaan Clara dan meremas-remas payudaranya dengan liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai Clara, tubuhnya menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yang tidak berkeputusan, tangannya mengusap-usap dan menarik-narik rambut Renal, seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang ia rasakan.
Clara
semakin membuka lebar kedua kakinya agar memudahkan mulut Renal melahap
kewanitaannya. Kepalanya mengeleng kekiri-kekanan, tangannya
menggapai-gapai, semua yang diraih dicengramnya kuat-kuat. Clara sudah
tenggelam dan setiap detik belalu semakin dalam ia menuju ke dasar
lautan birahi. Renal tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya,
ia membuka CDnya dan merangkak naik keatas tubuh Clara.
Mereka
bergumul dalam ketelanjangan yang berbalut birahi. Sesekali Renal di
atas sesekali dibawah disertai gerakan erotis pinggulnya, Clara tidak
tinggal diam ia melakukan juga yang sama. Kemaluan mereka saling beradu,
menggesek, dan menekan-nekan. Melihat itu semua membuat degup jantung
berdetak kencang dan bagian-bagian sensitif di tubuhku mengeras.. Aku
mulai terjangkit virus birahi mereka.
Renal kemudian mengangkat
tubuhnya yang ditopang satu tangan, sementara tangan lain memegang
kejantannya. Renal mengarahkan kejantanannya keselah-selah paha Anggie.
“Jangan To, katanya cuma cium aja” sergah Clara.
“Rileks An” bujuk Renal, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di kewanitaan Clara.
“Tapi.. To.. oohh.. aahh” protes Clara tenggelam dalam desahannya sendiri.
“Nikmatin aja An”
“Ehh.. akkhh.. mpphh” Clara semakin mendesah
“Gitu An.. rileks.. nanti lebih enak lagi”
“He eh To.. eesshh”
“Enak An..?”
“Ehh.. enaakk To”
Aku benar-benar ternganga dibuatnya. Seumur hidup belum pernah aku melihat milik pria yang sebenarnya, apalagi adegan live seperti itu.
“Rileks An” bujuk Renal, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di kewanitaan Clara.
“Tapi.. To.. oohh.. aahh” protes Clara tenggelam dalam desahannya sendiri.
“Nikmatin aja An”
“Ehh.. akkhh.. mpphh” Clara semakin mendesah
“Gitu An.. rileks.. nanti lebih enak lagi”
“He eh To.. eesshh”
“Enak An..?”
“Ehh.. enaakk To”
Aku benar-benar ternganga dibuatnya. Seumur hidup belum pernah aku melihat milik pria yang sebenarnya, apalagi adegan live seperti itu.
Tidak ada lagi protes apalagi penolakan hanya desahan kenikmatan Clara yang terdengar.
“Aku masukin ya An” pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Renal langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Clara.
“Aakhh.. To.. eengghh” erang Clara cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya.
Renal lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Clara.
“Teruss.. Too.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg” Clara meracau.
“Aku suka sekali payudara kamu An.. mmhh”
“Aku juga suka kamu isep To.. ahh” Clara menyorongkan dadanya membuat Renal bertambah mudah melumatnya.
“Aku masukin ya An” pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Renal langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Clara.
“Aakhh.. To.. eengghh” erang Clara cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya.
Renal lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Clara.
“Teruss.. Too.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg” Clara meracau.
“Aku suka sekali payudara kamu An.. mmhh”
“Aku juga suka kamu isep To.. ahh” Clara menyorongkan dadanya membuat Renal bertambah mudah melumatnya.
Bukan hanya Clara yang terayun-ayun gelombang birahi, aku yang melihat semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai meremas-remas payudara dan memainkan putingku sendiri, membuat mataku terpejam-pejam merasakan nikmatnya.
Renal tahu Clara sudah pada situasi point of
no return, ia merebahkan badannya menindih Clara dan memeluknya seraya
melumat mulut, leher dan telinga Clara dan.. kulihat Renal menekan
pinggulnya, dapat kubayangkan bagaimana kejantanannya melesak masuk ke
dalam rongga kenikmatan Clara.
“Auuwww.. To.. sakiitt” jerit Clara.
“Stop.. stop To”
“Rileks An.. supaya enak nanti” bujuk Renal, sambil terus menekan lebih dalam lagi.
“Sakit To.. pleasee.. jangan diterusin”
Terlambat.. seluruh kejantanan Renal telah terbenam di dalam rongga kenikmatan Clara. Beberapa saat Renal tidak bergerak, ia mengecup-ngecup leher, pundak dan akhirnya payudara Clara kembali jadi bulan-bulanan lidah dan mulutnya. Perlakuan Renal membuat birahi Clara terusik kembali, ia mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin menjadi-jadi. Bagian belakang tubuh Renal yang mulai dari punggung, pinggang sampai buah pantatnya tak luput dari remasan-remasan tangan Clara.
Renal memahami sekali keadaan Clara, pinggulnya mulai
digerakan memutar perlahan sekali tapi mulutnya bertambah ganas melahap
gundukan daging Clara yang dihiasi puting kecil kemerah-merahan.
“Uhh.. ohh.. To” desah kenikmatan Clara, kakinya dibuka lebih melebar lagi.
Renal tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya.
“Agghh.. ohh.. terus Too” Clara meracau merasakan kejantanan Renal yang berputar-putar di kewanitaannya, kepalanya tengadah dengan mata terpejam, pinggulnya turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat respon Renal tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kemaluannya.
“Aaauugghh.. sshh.. Too.. ohh.. Too” Clara tak kuasa lagi menahan luapan kenikmatan yang keluar begitu saya dari mulutnya.
Pinggul
Renal yang turun naik dan kaki Clara yang terbuka lebar membuat darahku
berdesir, menimbulkan denyut-denyut di bagian sensitifku, kumasukan
tangan kiri kebalik celana pendek dan CD. Tubuhku bergetar begitu
jari-jemariku meraba-raba kewanitaanku.
“Ssshh.. sshh” desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir kemaluanku yang sudah basah, sesaat life show Renal dan Clara terlupakan. Kesadaranku kembali begitu mendengar pekikan Clara.
“Adduuhh.. Too.. nikmat sekalii” Clara terbuai dalam birahinya yang menggebu-gebu.
“Nikmati An.. nikmati sepuas-puasnya”
“Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Too”
“Punya kamu enaakk sekalii An.. uugghh”
“Ohh.. Too.. aku sayang kamu.. sshh” desah Clara seraya memeluk, pujian Renal rupanya membuat Clara lebih agresif, pantatnya bergoyang mengikuti irama hentakan-hentakan turun-naik pantat Renal.
“Enaak An.. terus goyang.. uhh.. eenngghh” merasakan goyangan Clara Renal semakin mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya.
“Ahh.. aahh.. Too.. teruss.. sayaang” pekik Clara.
Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka.
“Too.. tekan sayangg.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh” erang Clara.
Renal menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh keduanya pun mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka memenuhi seantero kamar dan kemudian keduanya.. terkulai lemas.
Dikamar aku gelisah mengingat-ingat
kejadian yang baru saja kulihat, bayang-bayang Renal menyetubuhi Clara
begitu menguasai pikiranku. Tak kuasa aku menahan tanganku untuk kembali
mengusap-usap seluruh bagian sensitif di tubuhku namun keberadaan Susi
sangat mengganggu, menjelang ayam berkokok barulah mataku terpejam.
Dalam mimpi adegan itu muncul kembali hanya saja bukan Clara yang sedang
disetubuhi Renal tetapi diriku.
Jam 10.00 pagi harinya kami
jalan-jalan menghirup udara puncak, sekalian membeli makanan dan cemilan
sementara Susi dan Kelvin menunggu villa. Belum lagi 15 menit
meninggalkan villa perutku tiba-tiba mulas, aku mencoba untuk bertahan,
tidak berhasil, bergegas aku kembali ke villa.
Selesai dari kamar
mandi aku mencari Susi dan Kelvin, rupanya mereka sedang di ruang TV
dalam keadaan.. bugil. Lagi-lagi aku mendapat suguhan live show yang
spektakuler. Tubuh Susi setengah melonjor di sofa dengan kaki menapak
kelantai, Kelvin berlutut dilantai dengan badan berada diantara kedua
kaki Susi, Mulutnya mengulum-ngulum kewanitaan Susi, tak lama kemudian
Kelvin meletakan kedua tungkai kaki Susi dibahunya dan kembali menyantap
segitiga venus yang semakin terpampang dimukanya. Tak ayal lagi Susi
berkelojotan diperlakukan seperti itu.
“Ssshh.. sshh.. aahh” desis Susi.
“Oohh.. Kel.. nikmat sekalii.. sayang”
“Gigit.. Kel.. pleasee.. gigitt”
“Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa”
Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda dirinya satu tangan Susi mencengkram kepala Kelvin, tangan lainnya meremas-remas payudara 36b-nya sendiri serta memilin putingnya.
“Oohh.. Kel.. nikmat sekalii.. sayang”
“Gigit.. Kel.. pleasee.. gigitt”
“Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa”
Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda dirinya satu tangan Susi mencengkram kepala Kelvin, tangan lainnya meremas-remas payudara 36b-nya sendiri serta memilin putingnya.
Beberapa saat kemudian mereka
berganti posisi, Susi yang berlutut di lantai, mulutnya mengulum
kejantanan Kelvin, kepalanya turun naik, tangannya mengocok-ngocok
batang kenikmatan itu, sekali-kali dijilatnya bagai menikmati es krim.
Setiap gerakan kepala Susi sepertinya memberikan sensasi yang luar biasa
bagi Kelvin.
“Aaahh.. aauugghh.. teruss sayangg” desah Kelvin.
“Ohh.. sayangg.. enakk sekalii”
Suara desahan dan erangan membuat Susi tambah bernafsu melumat kejantanan Kelvin.
“Ohh.. Susii.. ngga tahann.. masukin sayangg” pinta Kelvin.
Susi
menyudahi lumatannya dan beranjak keatas, berlutut disofa dengan pinggul
Kelvin berada diantara pahanya, tangannya menggapai batang kenikmatan
Kelvin, diarahkan kemulut kewanitaannya dan dibenamkan. “Aaagghh”
keduanya melenguh panjang merasakan kenikmatan gesekan pada bagian
sensitif mereka masing-masing. Dengan kedua tangan berpangku pada
pahanya Susi mulai menggerakan pinggulnya mundur maju, karuan saja
Kelvin mengeliat-geliat merasakan batangnya diurut-urut oleh kewanitaan
Susi. Sebaliknya, milik Kelvin yang menegang keras dirasakan oleh Susi
mengoyak-ngoyak dinding dan lorong kenikmatannya. Suara desahan, desisan
dan lenguhan saling bersaut manakala kedua insan itu sedang dirasuk
kenikmatan duniawi.
Tontonan itu membuat aku tidak dapat menahan
keinginanku untuk meraba-raba2 sekujur tubuhku, rasa gatal begitu
merasuk kedalam kemaluanku. Kutinggalkan live show bergegas menuju
kamar, kulampiaskan birahiku dengan mengesek-gesekan bantal di
kewanitaanku. Merasa tidak puas kusingkap rok miniku, kuselipkan
tanganku kedalam CD-ku membelai-belai bulu-bulu tipis di permukaan
kewanitaanku dan.. akhirnya menyentuh klitorisku.
“Aaahh.. sshh.. eehh” desahku merasakan nikmatnya elusan-elusanku sendiri, jariku merayap tak terkendali ke bibir kemaluanku, membuka belahannya dan bermain-main ditempat yang mulai basah dengan cairan pelancar, manakala kenikmatan semakin membalut diriku tiba-tiba pintu terbuka.. Susi! masih dengan pakaian kusut menerobos masuk, untung aku masih memeluk bantal, sehingga kegiatan tanganku tidak terlihat olehnya.
“Ehh Ver.. kok ada disini, bukannya tadi ikut yang lain?” sapa Susi terkejut.
“Iya Si.. balik lagi.. perut mules”
“Aku suruh Kelvin beli obat ya”
“Ngga usah Si.. udah baikan kok”
“Yakin Ver?”
“Iya ngga apa-apa kok” jawabku meyakinkan Susi yang kemudian kembali ke ruang tengah setelah mengambil yang dibutuhkannya. Sirna sudah birahiku karena rasa kaget.
Malam harinya selesai makan kami semua
berkumpul diruang tengah, Andri langsung memutar VCD X-2. Adegan demi
adegan di film mempengaruhi kami, terutama kawan-kawan pria, mereka
kelihatan gelisah. Film masih setengah main Susi dan Kelvin menghilang,
tak lama kemudian disusul oleh Clara dan Renal.
Tinggal aku, Toni dan
Andri, kami duduk dilantai bersandar pada sofa, aku di tengah. Melihat
adegan film yang bertambah panas membuat birahiku terusik. Rasa gatal
menyeruak dikewanitaanku mengelitik sekujur tubuh dan setiap detik
berlalu semakin memuncak saja, aku jadi salah tingkah. Toni yang pertama
melihat kegelisahanku.
“Kenapa Ver, gelisah banget horny ya” tegurnya bercanda.
“Ngga lagi, ngaco kamu Ton” sanggahku.
“Kalau horny bilang aja Ver.. hehehe.. kan ada kita-kita” Andri menimpali.
“Rese nih berdua, nonton aja tuh” sanggahku lagi menahan malu.
Toni
tidak begitu saja menerima sanggahanku, diantara kami ia paling tinggi
jam terbangnya sudah tentu ia tahu persis apa yang sedang aku rasakan.
Toni tidak menyia-nyiakannya, bahuku dipeluknya seperti biasa ia
lakukan, seakan tanpa tendensi apa-apa.
“Santai Ver, kalau horny enjoy aja, gak usah malu.. itu artinya kamu normal” bisik Toni sambil meremas pundakku.
Remasan dan terpaan nafas Toni saat berbisik menyebabkan semua bulu-bulu di tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas ujung rok. Toni menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tanganku jadi meremas pahanya.
“Remas aja paha aku Ver daripada rok” bisik Toni lagi.
Kalau sedang bercanda jangankan paha, pantatnya yang geboy saja kadang aku remas tanpa rasa apapun, kali ini merasakan paha Toni dalam remasanku membuat darahku berdesir keras.
“Ngga usah malu Ver, santai aja” lanjutnya lagi.
Entah karena bujukannya atau aku sendiri yang menginginkan, tidak jelas, yang pasti tanganku tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada adegan yang wow kuremas pahanya. Merasa mendapat angin, Toni melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas pahaku, awalnya masih dekat dengkul lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuatku merinding.
Entah bagaimana mulainya tanpa kusadari
tangan Toni sudah berada dipaha dalamku, tangannya mengelus-elus dengan
halus, ingin menepis, tapi, rasa geli-geli enak yang timbul begitu
kuatnya, membuatku membiarkan kenakalan tangan Toni yang semakin
menjadi-jadi.
“Ver gue suka deh liat leher sama pundak kamu” bisik Toni seraya mengecup pundakku.
Aku yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu.
“Jangan Ton” namun aku berusaha menolak.
“Kenapa Ver, cuma pundak aja kan” tanpa perduli penolakanku Toni tetap saja mengecup, bahkan semakin naik keleher, disini aku tidak lagi berusaha jaim.
“Ton.. ahh” desahku tak tertahan lagi.
“Enjoy aja Ver” bisik Toni lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku.
“Ohh Ton” aku sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat live show dan film, perlahan merayapi lagi tubuhku.
Aku hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulut Toni di leher dan telingaku. Andri yang sedari tadi asik nonton melihatku seperti itu tidak tinggal diam, ia pun mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak, leher dan telinga sebelah kiriku jadi sasaran mulutnya.
Melihat
aku sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan Toni semakin naik hingga
akhirnya menyentuh kewanitaanku yang masih terbalut CD. Elusan-elusan
di kewanitaanku, remasan Andri di payudaraku dan kehangatan mulut mereka
dileherku membuat magma birahiku menggelegak sejadi-jadinya.
“Agghh.. Tonn.. Drii.. ohh.. sshh” desahanku bertambah keras.
Andri menyingkap tang-top dan braku bukit kenyal 34b-ku menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. Toni juga beraksi memasukan tangannya kedalam CD meraba-raba kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuhku bergelinjang keras.
“Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh” desahanku berganti menjadi erangan-erangan.
Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Andri melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Sementara Toni menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisku, bersamaan dengan itu Andri pun sudah melumat payudaraku, putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.
Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Andri melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Sementara Toni menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisku, bersamaan dengan itu Andri pun sudah melumat payudaraku, putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.
Diperlakukan
seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, tubuhku bagai terbang
diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan mereka.
Bahkan aku mulai berani punggung Andri kuremas-remas, kujambak rambutnya
dan merengek-rengek meminta mereka untuk tidak berhenti melakukannya.
“Aaahh.. Tonn.. Drii.. teruss.. sshh.. enakk sekalii”
“Nikmatin Ver.. nanti bakal lebih lagi” bisik Andri seraya menjilat dalam-dalam telingaku.
Mendengar kata lebih lagi aku seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul kuangkat-angkat, ingin Toni melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, kupeluk Andri-yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.
“Aaagghh.. Tonn.. Drii.. akuu.. oohh” jeritku keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku. Tubuhku melemas.. lungai.
Toni dan Andri menyudahi hidangan pembukanya, dibiarkan
tubuhku beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata
kuingat-ingat apa yang baru saja kualami. Permainan Andri di payudara
dan Toni di kewanitaanku yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah
kualami sebelumnya, dan hal itu telah kembali menimbulkan getar-getar
birahi diseluruh tubuhku.
Aku semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang
yang menghanyutkan, dan tiba-tiba kurasakan hembusan nafas ditelingaku
dan rasa tidak asing lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Andri
mulai lagi, tapi kali ini tubuhku seperti di gelitiki ribuan semut,
ternyata Andri sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya
menggelitiki tubuhku. Begitupun Toni sudah bugil, ia membuka kedua
pahaku lebar-lebar dengan kepala sudah berada diantaranya.
Mataku
terpejam, aku sadar betul apa yang akan terjadi, kali ini mereka akan
menjadikan tubuhku sebagai hidangan utama. Ada rasa kuatir dan takut
tapi juga menantikan kelanjutannya dengan berdebar. Begitu kurasakan
mulut Toni yang berpengalaman mulai beraksi.. hilang sudah rasa
kekuatiran dan ketakutanku. Gairahku bangkit merasakan lidah Toni
menjalar dibibir kemaluanku, ditambah lagi Andri yang dengan lahapnya
menghisap-hisap putingku membuat tubuhku mengeliat-geliat merasakan geli
dan nikmat dikedua titik sensitif tubuhku.
“Aaahh.. Tonn.. Drii.. nngghh.. aaghh” rintihku tak tertahankan lagi.
Toni kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sofa sehingga pantatku menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluanku. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatanku, bergerak-gerak liar diantara kemaluan dan anus, seluruh tubuhku bagai tersengat aliran listrik aku hilang kendali. Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu kurasakan sesuatu yang hangat keras berada dibibirku.. kejantanan Andri! Aku mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Andri tidak menggubrisnya ia malah manahan kepalaku dengan tangannya agar tidak bergerak.
Toni kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sofa sehingga pantatku menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluanku. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatanku, bergerak-gerak liar diantara kemaluan dan anus, seluruh tubuhku bagai tersengat aliran listrik aku hilang kendali. Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu kurasakan sesuatu yang hangat keras berada dibibirku.. kejantanan Andri! Aku mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Andri tidak menggubrisnya ia malah manahan kepalaku dengan tangannya agar tidak bergerak.
“Jilat.. Ver” perintahnya tegas.
Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat batangnya yang besar dan sudah keras membatu itu, Andri mendesah-desah merasakan jilatanku.
“Aaahh.. Verr.. jilat terus.. nngghh” desah Andri.
“Jilat kepalanya Ver” aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak.
Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya membuat Andri mendesis desis.
“Ssshh.. nikmat sekali Verr.. isep sayangg.. isep” pintanya diselah-selah desisannya.
Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat batangnya yang besar dan sudah keras membatu itu, Andri mendesah-desah merasakan jilatanku.
“Aaahh.. Verr.. jilat terus.. nngghh” desah Andri.
“Jilat kepalanya Ver” aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak.
Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya membuat Andri mendesis desis.
“Ssshh.. nikmat sekali Verr.. isep sayangg.. isep” pintanya diselah-selah desisannya.
Aku
tak tahu harus berbuat bagaimana, kuikuti saja apa yg pernah kulihat di
film, kepala kejantanannya pertama-tama kumasukan kedalam mulut, Andri
meringis.
“Jangan pake gigi Ver.. isep aja” protesnya, kucoba lagi, kali ini Andri mendesis nikmat.
“Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Ver”
“Jangan pake gigi Ver.. isep aja” protesnya, kucoba lagi, kali ini Andri mendesis nikmat.
“Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Ver”
Melihat Andri saat itu membuatku turut larut dalam kenikmatannya, apalagi ketika sebagian kejantanannya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutku, belum lagi kenakalan lidah Toni yang tiada henti-hentinya menggerayangi setiap sudut kemaluanku. Aku semakin terombang-ambing dalam gelombang samudra birahi yang melanda tubuhku, aku bahkan tidak malu lagi mengocok-ngocok kejantanan Andri yang separuhnya berada dalam mulutku.
Beberapa saat kemudian Andri
mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih dalam batang
kemaluannya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya kedalam mulutku.
Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku hendak melepaskan
benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepalaku
membuat kemaluannya seperti dikocok-kocok. Andri bertambah beringas
mengeluar-masukan batangnya dan..
“Aaagghh.. nikmatt.. Verr.. aku.. kkeelluaarr” jerit Andri, air maninya menyembur-nyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku.
Aku
sampai terbatuk-batuk dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada
dimulutku. Toni tidak kuhiraukan aku langsung duduk bersandar menutup
dadaku dengan bantal sofa.
“Gila Andri.. kira-kira dong” celetukku sambil bersungut-sungut.
“Sorry Ver.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget” jawab Andri dengan tersenyum.
“Udah Ver jangan marah, kamu masih baru nanti lama lama juga bakal suka” sela Toni seraya mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa air mani dari mulutku.
“Gila Andri.. kira-kira dong” celetukku sambil bersungut-sungut.
“Sorry Ver.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget” jawab Andri dengan tersenyum.
“Udah Ver jangan marah, kamu masih baru nanti lama lama juga bakal suka” sela Toni seraya mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa air mani dari mulutku.
Toni benar, aku sebenarnya tadi menikmati sekali, apalagi melihat mimik Andri saat akan keluar hanya saja semburannya yang membuatku kaget. Toni membujuk dan memelukku dengan lembut sehingga kekesalanku segera surut. Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku. Kelembutan perlakuannya membuatku lupa dengan kejadian tadi. Kecupan dibibir berubah menjadi lumatan-lumatan yang semakin memanas kami pun saling memagut, lidah Toni menerobos mulutku meliuk-liuk bagai ular, aku terpancing untuk membalasnya. Ohh.. sungguh luar biasa permainan lidahnya, leher dan telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku sulit menahan desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar dari mulutku.
Toni merebahkan tubuhku kembali dilantai beralas karpet,
kali ini dadaku dilahapnya puting yang satu dihisap-hisap satunya lagi
dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari dada kiriku tangannya melesat
turun ke kewanitaanku, dielus-elusnya kelentit dan bibir kemaluanku.
Tubuhku langsung mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari-jari Toni.
“Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh” desisku tak tertahan.
“Teruss.. Tonn.. aakkhh”
Aku menjadi lebih menggila waktu Toni mulai memainkan lagi lidahnya di kemaluanku, seakan kurang lengkap kenikmatan yang kurasakan, kedua tanganku meremas-remas payudaraku sendiri.
“Ssshh.. nikmat Tonn.. mmpphh” desahanku semakin menjadi-jadi.
Tak lama kemudian Toni merayap naik keatas tubuhku, aku berdebar menanti apa yang akan terjadi. Toni membuka lebih lebar kedua kakiku, dan kemudian kurasakan ujung kejantanannya menyentuh mulut kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan cinta.
“Aauugghh.. Tonn.. pelann” jeritku lirih, saat kepala kejantanannya melesak masuk kedalam rongga kemaluanku.
Toni menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaluannya dalam kehangatan liang kewanitaanku. Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. Sesuatu yang aneh segera saja menjalar dari gesekan itu keseluruh tubuhku. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaur ditubuhku membuat pinggulku mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan Toni.
Toni menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaluannya dalam kehangatan liang kewanitaanku. Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. Sesuatu yang aneh segera saja menjalar dari gesekan itu keseluruh tubuhku. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaur ditubuhku membuat pinggulku mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan Toni.
“Ooohh.. Tonn.. sshh.. aahh.. enakk Tonn” desahku lirih.
Aku benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat gesekan-gesekan di mulut kewanitaanku. Mataku terpejam-pejam kadang kugigit bibir bawahku seraya mendesis.
“Enak.. Ver” tanya Toni berbisik.
“He ehh Tonn.. oohh enakk.. Tonn.. sshh”
“Nikmatin Ver.. nanti lebih enak lagi” bisiknya lagi.
“Ooohh.. Tonn.. ngghh”
Toni terus mengayunkan pinggulnya
turun-naik-tetap sebatas ujung kejantanannya-dengan ritme yang semakin
cepat. Selagi aku terayun-ayun dalam buaian birahi, tiba-tiba Toni
menekan kejantanannya lebih dalam membelah kewanitaanku.
“Auuhh.. sakitt Tonn” jeritku saat kejantanannya merobek selaput daraku, rasanya seperti tersayat silet, Toni menghentikan tekanannya.
“Pertama sedikit sakit Ver.. nanti juga hilang kok sakitnya” bisik Toni seraya menjilat dan menghisap telingaku.
Entah bujukannya atau karena geliat liar lidahnya, yang pasti aku mulai merasakan nikmatnya milik Toni yang keras dan hangat didalam rongga kemaluanku.
Toni kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan
seluruh batang kemaluannya dan mengeluar-masukannya. Gesekan
kejantanannya dirongga kewanitaanku menimbulkan sensasi yang luar biasa!
Setiap tusukan dan tarikannya membuatku menggelepar-gelepar.
“Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Tonn.. empphh” desahku tak tertahan.
“Ohh.. Verr.. enak banget punya kamu.. oohh” puji Toni diantara lenguhannya.
“Agghh.. terus Tonn.. teruss” aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman kejantanan Toni di kemaluanku.
“Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Tonn.. empphh” desahku tak tertahan.
“Ohh.. Verr.. enak banget punya kamu.. oohh” puji Toni diantara lenguhannya.
“Agghh.. terus Tonn.. teruss” aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman kejantanan Toni di kemaluanku.
Peluh-peluh birahi mulai menetes membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan lenguhan mewarnai pergumulan kami. Menit demi menit kejantanan Toni menebar kenikmatan ditubuhku. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya tubuhku tak lagi mampu menahan letupannya.
“Tonii.. oohh.. tekan Tonn.. agghh.. nikmat sekali Tonn” jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku.
Tubuhku mengejang, kupeluk Toni erat-erat, magma birahiku meledak, mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung kewanitaanku.
Tubuhku terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung
lama. Beberapa menit kemudian Toni mulai lagi memacu gairahku, hisapan
dan remasan didadaku serta pinggulnya yang berputar kembali
membangkitkan birahiku. Lagi-lagi tubuhku dibuat mengelepar-gelepar
terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuhku dibolak-balik bagai daging
panggang, setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda.
Entah berapa
kali kewanitaanku berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi Toni sepertinya
belum ingin berhenti menjarah tubuhku. Selagi posisiku di atas Toni,
Andri yang sedari tadi hanya menonton serta merta menghampiri kami,
dengan berlutut ia memelukku dari belakang. Leherku dipagutnya seraya
kedua tangannya memainkan buah dadaku. Apalagi ketika tangannya mulai
bermain-main diklitorisku membuatku menjadi tambah meradang.
Kutengadahkan
kepalaku bersandar pada pundak Andri, mulutku yang tak henti-hentinya
mengeluarkan desahan dan lenguhan langsung dilumatnya. Pagutan Andri
kubalas, kami saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggulku
semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Aku begitu
menginginkan kejantanan Toni mengaduk-aduk seluruh isi rongga
kewanitaanku yang meminta lebih dan lebih lagi.
“Aaargghh.. Verr.. enak banget.. terus Ver.. goyang terus” erang Toni.
Erangan Toni membuat gejolak birahiku semakin menjadi-jadi, kuremas buah dadaku sendiri yang ditinggalkan tangan Andri.. Ohh aku sungguh menikmati semua ini.
Andri yang merasa kurang puas meminta merubah
posisi. Toni duduk disofa dengan kaki menjulur dilantai, Akupun
merangkak kearah batang kemaluannya.
“Isep Ver” pinta Toni, segera kulumat kejantanannya dengan rakus.
“Ooohh.. enak Ver.. isep terus”
Bersamaan dengan itu kurasakan Andri menggesek-gesek bibir kemaluanku dengan kepala kejantanannya. Tubuhku bergetar hebat, saat batang kemaluan Andri-yang satu setengah kali lebih besar dari milik Toni-dengan perlahan menyeruak menembus bibir kemaluanku dan terbenam didalamnya. Tusukan-tusukan kejantanan Andri serasa membakar tubuh, birahiku kembali menggeliat keras. Aku menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis dua batang kejantanan didalam tubuhku. Batang kemaluan Toni kulumat dengan sangat bernafsu. Kesadaranku hilang sudah naluriku yang menuntun melakukan semua itu.
“Verr.. terus Verr.. gue ngga tahan lagi.. Aaarrgghh” erang Toni.
Aku tahu Toni akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutku, aku lebih siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan hangat sperma Toni.
Aku tahu Toni akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutku, aku lebih siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan hangat sperma Toni.
“Aaagghh.. nikmat banget Verr.. isep teruss.. telan Verr” jerit Toni, lagi-lagi naluriku menuntun agar aku mengikuti permintaan Toni, kuhisap kejantananya yang menyemburkan cairan hangat dan.. kutelan cairan itu. Aneh! Entah karena rasanya, atau sensasi sexual karena melihat Toni yang mencapai klimaks, yang pasti aku sangat menyukai cairan itu. Kulumat terus itu hingga tetes terakhir dan benda keras itu mengecil.. lemas.
Toni
beranjak meninggalkan aku dan Andri, sepeninggal Toni aku merasa ada
yang kurang. Ahh.. ternyata dikerjai dua pria jauh lebih mengasikkan
buatku. Namun hujaman-hujaman kemaluan Andri yang begitu bernafsu dalam
posisi doggy dapat membuatku kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah
dengan elusan-elusan Ibu jarinya dianusku. Bukan hanya itu, setelah
diludahi Andri bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang anusku.
Sodokan-sodokan dikewanitaanku dan Ibu jarinya dilubang anus membuatku
mengerang-erang.
“Ssshh.. engghh.. yang keras Drii.. mmpphh”
“Enak banget Drii.. aahh.. oohh”
Mendengar eranganku Andri tambah bersemangat menggedor kedua lubangku, Ibu jarinya kurasakan tambah dalam menembus anusku, membuatku tambah lupa daratan.
Sedang asiknya menikmati, Andri mencabut kejantanan dan Ibu jarinya.
“Andrii.. kenapa dicabutt” protesku.
“Masukin lagi Dri.. pleasee” pintaku menghiba.
Sebagai jawaban aku hanya merasakan ludah Andri berceceran di lubang anusku, tapi kali ini lebih banyak. Aku masih belum mengerti apa yang akan dilakukannya. Saat Andi mulai menggosok kepala penisnya dilubang anus baru aku sadar apa yang akan dilakukannya.
“Andrii.. kenapa dicabutt” protesku.
“Masukin lagi Dri.. pleasee” pintaku menghiba.
Sebagai jawaban aku hanya merasakan ludah Andri berceceran di lubang anusku, tapi kali ini lebih banyak. Aku masih belum mengerti apa yang akan dilakukannya. Saat Andi mulai menggosok kepala penisnya dilubang anus baru aku sadar apa yang akan dilakukannya.
“Andrii.. pleasee.. jangan disitu” aku menghiba meminta Andri jangan melakukannya.
Andri tidak menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa geli-geli enak kala ia melakukan hal itu. Dibantu dengan sodokan jarinya dikemaluanku hilang sudah protesku. Tiba-tiba kurasakan kepala kemaluannya sudah menembus anusku. Perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit batang kenikmatannya membelah anusku dan tenggelam habis didalamnya.
“Aduhh sakitt Drii.. akhh..!” keluhku pasrah karena rasanya mustahil menghentikan Andri.
“Rileks Ver.. seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya” bujuknya seraya mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisku.
“Rileks Ver.. seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya” bujuknya seraya mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisku.
Separuh tubuhku yang tengkurap disofa sedikit membantuku, dengan begitu memudahkan aku untuk mencengram dan mengigit bantal sofa untuk mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, aku bahkan mulai menyukai batang keras Andri yang menyodok-nyodok anusku. Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuhku.
“Aaahh.. aauuhh.. oohh Drii” erang-erangan birahiku mewarnai setiap sodokan penis Andri yang besar itu.
Andri dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Andri menghujamkan kejantananya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.
Toni
yang sudah pulih dari istirahatnya tidak ingin hanya menonton, ia
kembali bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh mereka menaikan
tensi gairahku. Atas inisiatif Toni kami pindah kekamar tidur, jantungku
berdebar-debar menanti permainan mereka. Toni merebahkan diri
terlentang ditempat tidur dengan kepala beralas bantal, tubuhku ditarik
menindihinya. Sambil melumat mulutku-yang segera kubalas dengan
bernafsu-ia membuka lebar kedua pahaku dan langsung menancapkan
kemaluannya kedalam vaginaku.
Andri yang berada dibelakang membuka
belahan pantatku dan meludahi lubang anusku. Menyadari apa yang akan
mereka lakukan menimbulkan getaran birahi yang tak terkendali ditubuhku.
Sensasi sexual yang luar bisa hebat kurasakan saat kejantanan mereka
yang keras mengaduk-aduk rongga kewanitaan dan anusku. Hentakan-hentakan
milik mereka dikedua lubangku memberi kenikmatan yang tak terperikan.
Andri
yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil posisi
tiduran, tubuhku terlentang diatasnya, kejantanannya tetap berada
didalam anusku. Toni langsung membuka lebar-lebar kakiku dan
menghujamkan kejantanannya dikemaluanku yang terpampang menganga. Posisi
ini membuatku semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubangku yang
digarap mereka tapi juga payudaraku.
Andri dengan mudahnya memagut
leherku dan satu tangannya meremas buah dadaku, Toni melengkapinya
dengan menghisap puting buah dadaku satunya. Aku sudah tidak mampu lagi
menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur
tubuhku. Hantaman-hantaman Toni yang semakin buas dibarengi sodokan
Andri, sungguh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu
didalam kewanitaanku akan meledak, keliaranku menjadi-jadi.
“Aaagghh.. ouuhh.. Tonn.. Drii.. tekaann” jerit dan erangku tak karuan.
Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul Toni kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dikemaluanku, seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu.
Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul Toni kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dikemaluanku, seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu.
“Aduuhh.. Tonn.. Drii.. nikmat sekalii”
“Aaarrghh.. Verr.. enakk bangeett”
Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur hampir bersamaan dikedua lubangku. Tubuhku bergetar keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan dikewanitaanku dan akhirnya kami.. terkulai lemas.
Sepanjang malam tak henti-hentinya kami mengayuh kenikmatan
demi kenikmatan sampai akhirnya tubuh kami tidak lagi mampu mendayung.
Kami terhempas kedalam mimpi dengan senyum kepuasan. Dihari-hari
berikutnya bukan hanya Andri dan Toni yang memberikan kepuasan, tapi
juga pria-pria lain yang aku sukai. Tapi aku tidak pernah bisa meraih
kenikmatan bila hanya dengan satu pria.. aku baru akan mencapai kepuasan
bila dijarah oleh dua atau tiga pria sekaligus. END
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
Posted By : 233won.com
Comments
Post a Comment