Agen Casino Online - Cerita ML di ajak Ngentot Dokter
Agen Casino Online - Cerita ML di ajak Ngentot Dokter - Terserah anda percaya atau tidak, tetapi kisah ini benar-benar nyata
terjadi. Waktu itu kalau tidak salah sekitar akhir tahun 2008 yang lalu,
saat aku diharuskan melakukan medical check up di sebuah klinik
kesehatan di Malang, guna memenuhi persyaratan agar diterima bekerja di
sebuah perusahaan dan kebetulan aku juga diajak teman aku untuk
mengikuti program asuransi jiwa karena dia adalah agen dari salah satu
perusahaan terkemuka di Indonesia.
Agen Casino Online - Sebenarnya aku malas melakukan
medical check up ini. Pasti lagi-lagi cuma cek darah, air seni dan
kotoran saja. Kemudian diperiksa oleh Dokter memakai stetoskop untuk
menyakinkan bahwa aku terkena penyakit atau tidak. Itu saja menurut aku,
tidak ada yang lain. Dokter yang akan memeriksa aku paling-paling juga
Dokter cowok, mana sudah tua lagi.
Dengan menarik nafas kesal, aku
memandangi sekeliling. Tahu-tahu mata aku tertumbuk pada seorang wanita
yang baru saja masuk ke dalam klinik tersebut. Amboi, cantik juga dia.
Aku taksir usianya sekitar 35 tahun. Tetapi alamak, tubuhnya seperti
cewek baru dua puluh tahunan. Payudaranya yang membusung cukup besar itu
tampak semakin menonjol di balik kaos oblong ketat yang ia kenakan.
Kencang dan padat. Gumpalan pantatnya di balik celana jeans-nya yang
juga ketat, teramat membangkitkan selera. Batinku, coba Dokternya dia
ya. Tidak apa-apa deh kalau harus diperiksa berjam-jam olehnya. Akan
tetapi karena rasa bosan yang sudah menjadi-jadi, aku tidak
memperhatikan wanita itu lagi. Aku kembali tenggelam dalam lamunan yang
tak tentu arahnya.
“Mas, silakan masuk. Itu Dokternya sudah
datang.” Petugas di loket pendaftaran membuyarkan lamunan aku. Saat itu
aku sudah hendak memutuskan untuk pulang ke rumah, mengingat waktu sudah
berlalu 15 menit. Dengan malas-malasan aku bangkit dari bangku dan
berjalan masuk ke ruang periksa Dokter.
“Selamat malam”, suara
lembut menyapa saat aku membuka pintu ruang periksa dan masuk ke dalam.
Aku menoleh ke arah suara yang amat menyejukkan hati itu. Aku terpana,
ternyata Dokter yang akan memeriksa aku adalah wanita cantik yang tadi
sempat aku perhatikan sejenak. Seketika itu juga aku menjadi bersemangat
kembali.
“Selamat malam, Dok”, sahut aku. Ia tersenyum. Aah, luluhlah hati aku karena senyumannya ini yang semakin membuatnya cantik.
“Oke, sekarang coba kamu buka kaos kamu dan berbaring di sana”, kata
sang Dokter Yaniambil menunjuk ke arah tempat tidur yang ada di sudut
ruang periksa tersebut.
Aku pun menurut. Setelah menanggalkan kaos
oblong, aku membaringkan diri di tempat tidur. Dokter yang ternyata
bernama Dokter Yani itu menghampiri aku dengan berkalungkan stetoskop di
lehernya yang jenjang dan putih.
“Kamu pernah menderita penyakit berat? Tipus? Lever atau yang lainnya?” Tanyanya. Aku menggeleng.
“Sekarang
coba kamu tarik nafas lalu hembuskan, begitu berulang-ulang ya.” Dengan
stetoskopnya, Dokter Yani memeriksa tubuh aku. Saat stetoskopnya yang
dingin itu menyentuh dada aku, seketika itu juga suatu aliran aneh
menjalar di tubuh aku. Tanpa aku sadari, aku rasakan, batang kemaluan
aku mulai menegang. Aku menjadi gugup, takut kalau Dokter Yani tahu.
Tapi untuk ia tidak memperhatikan gerakan di balik celana aku. Namun
setiap sentuhan stetoskopnya, apalagi setelah tangannya menekan-nekan
ulu hati aku untuk memeriksa apakah bagian tersebut terasa sakit atau
tidak, semakin membuat batang kemaluan aku bertambah tegak lagi,
sehingga cukup menonjol di balik celana panjang aku.
“Wah, kenapa
kamu ini? Kok itu kamu berdiri? Terangsang aku ya?” Mati deh! Ternyata
Dokter Yani mengetahui apa yang terjadi di selangkangan aku. Aduh! Muka
ini rasanya mau ditaruh di mana. Malu sekali!
“Nah, coba kamu lepas celana panjang dan celana dalam kamu. Aku mau
periksa kamu menderita hernia atau tidak.” Nah lho! Kok jadi begini?!
Tapi aku menurut saja. Aku tanggalkan seluruh celana aku, sehingga aku
telanjang bulat di depan Dokter Yani yang bak bidadari itu.
Gila! Dokter Yani tertawa melihat batang kemaluan aku yang mengeras itu.
Batang kemaluan aku itu memang tidak terlalu panjang dan besar, malah
termasuk berukuran kecil. Tetapi jika sudah menegang seperti saat itu,
menjadi cukup menonjol.
“Uh, burung kamu biar kecil tapi bisa
tegang juga”, kata Dokter Yani serasa mengelus batang kemaluan aku
dengan tangannya yang halus. Wajah aku menjadi bersemu merah dibuatnya,
sementara tanpa dapat dicegah lagi, batang kemaluan aku semakin
bertambah tegak tersentuh tangan Dokter Yani. Dokter Yani masih
mengelus-elus dan mengusap-usap batang kemaluan aku itu dari pangkal
hingga ujung, juga meremas-remas buah zakar aku.
“Mmm.. Kamu pernah bermain?” Aku menggeleng. Jangankan pernah bermain.
Baru kali ini aku telanjang di depan seorang wanita! Mana cantik dan
molek lagi!
“Aahh..” Aku mendesah ketika mulut Dokter Yani mulai
mengulum batang kemaluan aku. Lalu dengan lidahnya yang kelihatannya
sudah mahir digelitiknya ujung kemaluan aku itu, membuat aku
menggerinjal-gerinjal. Seluruh batang kemaluan aku sudah hampir masuk ke
dalam mulut Dokter Yani yang cantik itu. Dengan bertubi-tubi
disedot-sedotnya batang kemaluan aku. Terasa geli dan nikmat sekali.
Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang tak tertandingi seperti ini.
Dokter
Yani segera melanjutkan permainannya. Ia memasukkan dan mengeluarkan
batang kemaluan aku dari dalam mulutnya berulang-ulang. Gesekan-gesekan
antara batang kemaluan aku dengan dinding mulutnya yang basah
membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi aku.
“Auuh.. Aaahh..” Akhirnya aku sudah tidak tahan lagi. Kemaluan aku
menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke dalam mulut Dokter Yani.
Bagai kehausan, Dokter Yani meneguk semua cairan kental tersebut sampai
habis.
“Duh, masa baru begitu saja kamu udah keluar.” Dokter Yani meledek aku yang baru bermain oral saja sudah mencapai klimaks.
“Dok.. Aku.. baru pertama kali.. melakukan ini..” jawab aku terengah-engah.
Dokter Yani tidak menjawab. Ia melepas jas Dokternya dan menyampirkannya
di gantungan baju di dekat pintu. Kemudian ia menanggalkan kaos oblong
yang dikenakannya, juga celana jeans-nya. Mata aku melotot memandangi
payudara montoknya yang tampaknya seperti sudah tidak sabar ingin
mencelat keluar dari balik BH-nya yang halus. Mata aku serasa mau
meloncat keluar sewaktu Dokter Yani mencopot BH-nya dan melepaskan
celana dalamnya.
Astaga! Baru sekarang aku pernah melihat payudara
sebesar ini. Sungguh besar namun terpelihara dan kencang. Tidak ada
tanda-tanda kendor atau lipatan-lipatan lemak di tubuhnya. Demikian pula
pantatnya. Masih menggumpal bulat yang montok dan kenyal. Benar-benar
tubuh paling sempurna yang pernah aku lihat selama hidup aku. Aku
rasakan batang kemaluan aku mulai bangkit kembali menyaksikan
pemandangan yang teramat indah ini.
Dokter Yani kembali
menghampiri aku. Ia menyodorkan payudaranya yang menggantung kenyal ke
wajah aku. Tanpa mau membuang waktu, aku langsung menerima pemberiannya.
Mulut saja langsung menyergap payudara nan indah ini. Sambil
menyedot-nyedot puting susunya yang amat tinggi itu, mengingatkan aku
waktu aku menyusu pada ibu aku selagi kecil. Dokter Yani adalah wanita
yang kedua yang pernah aku isap-isap payudaranya, tentu saja setelah ibu
aku saat aku masih kecil.
“Uuuhh.. Aaah..” Dokter Yani mendesah-desah tatkala lidahku
menjilat-jilat ujung puting susunya yang begitu tinggi menantang. Aku
permainkan puting susu yang memang amat menggiurkan ini dengan bebasnya.
Sekali-sekali aku gigit puting susunya itu. Tidak cukup keras memang,
namun cukup membuat Dokter Yani menggelinjang sambil meringis-ringis.
Tak
lama kemudian, batang kemaluan aku sudah siap tempur kembali. Aku
menarik tangan Dokter Yani agar ikut naik ke atas tempat tidur. Dokter
Yani memahami apa maksud aku. Ia langsung naik ke atas tubuh aku yang
masih berbaring tertelentang di tempat tidur. Perlahan-lahan dengan
tubuh sedikit menunduk ia mengarahkan batang kemaluan aku ke liang
kewanitaannya yang sekelilingnya ditumbuhi bulu-bulu lebat kehitaman.
Lalu dengan cukup keras, setelah batang kemaluan aku masuk satu
sentimeter ke dalam liang kewanitaannya, ia menurunkan pantatnya,
membuat batang kemaluan aku hampir tertelan seluruhnya di dalam liang
senggamanya. Aku melenguh keras dan menggerinjal-gerinjal cukup kencang
waktu ujung batang kemaluan aku menyentuh pangkal liang kewanitaan
Dokter Yani. Menyadari bahwa aku mulai terangsang, Dokter Yani menambah
kualitas permainannya. Ia menggerak-gerakkan pantatnya berputar-putar ke
kiri ke kanan dan naik turun ke atas ke bawah. Begitu seterusnya
berulang-ulang dengan tempo yang semakin lama semakin tinggi. Membuat
tubuh aku menjadi meregang merasakan nikmat yang tiada tara.
Aku
merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang kemaluan aku sudah nyaris
menyemprotkan cairan kenikmatan lagi. Namun aku mencoba menahannya
sekuat tenaga dan mencoba mengimbangi permainan Dokter Yani yang liar
itu. Akhirnya.., “Aaahh.. Ouuhh..” Aku dan Dokter Yani sama-sama
menjerit keras. Kami berdua mencapai klimaks hampir bersamaan. Aku
menyemprotkan air mani aku di dalam liang kewanitaan Dokter Yani yang
masih berdenyut-denyut menjepit batang kemaluan aku.
Demikianlah
peristiwa yang terjadi siang itu. Dan mau tahu apa hasil medical check
up yang istimewa tersebut? Aku dinyatakan sehat secara fisik dan tentu
saja secara mental. Apalagi secara birahi. Tentu para pembaca semua tahu
maksud aku ini.
Dan akhirnya aku berhasil diterima di perusahaan besar
itu yang merupakan impian aku sejak lama dan aku berhasil mendapatkan
asuransi policy sekalian membantu teman aku mendapatkan komisinya.
permainan aku yang menggebu-gebu tersebut dengan Dokter Yani merupakan
pengalaman aku yang pertama sekaligus yang terakhir. Ia sepertinya
menghindar apabila aku sengaja datang ke tempat praktek Dokternya.
Dengan alasan sibuk atau sejuta alasan lainnya, Dokter Yani selalu
menolak menemui aku. Aku tidak tahu mengapa ia bersikap seperti itu. Ah,
biar saja! yang penting aku sudah merasakan nikmatnya bercinta dengan
dokter cantik itu. END
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
Posted By : 233won.com
Comments
Post a Comment