Agen Casino Online - Memek Mbak Lastri Membuatku Tergoda
Agen Casino Online - Memek Mbak Lastri Membuatku Tergoda - Mbak Lastri adalah anak tetangga nenekku di desa daerah Cilacap yang
ikut dengan keluargaku di Kota Semarang sejak SMP. Waktu SD ia sekolah
di desa, setelah itu ia diajak keluargaku di kota untuk melanjutkan
sekolah sekaligus membantu keluargaku terutama merawat aku.
Agen Casino Online - Kami sangat
akrab bahkan di juga sering ngeloni aku. Mbak Lastri ikut dengan
keluargaku sampai dia lulus SMA atau aku kelas 2 SD dan dia kembali ke
desa. Namanya juga anak kecil, jadi aku belum ada perasaan apa-apa
terhadapnya.
Setelah itu kami jarang bertemu, paling-paling hanya setahun satu atau
dua kali. Tiga tahun kemudian ia menikah dan waktu aku kelas dua SMP aku
harus pindah luar Jawa ke Kota Makassar mengikuti ayah yang dipindah
tugas. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi. Kami hanya
berhubungan lewat surat dan kabarnya ia sekarang telah memiliki seorang
anak. pada waktu aku lulus SMA aku pulang ke rumah nenek dan berniat
mencari tempat kuliah di Kota Yogya.
Sesampai di rumah nenek aku
tahu bahwa Mbak Lastri sudah punya rumah sendiri dan tinggal bersama
suaminya di desa seberang. Setelah dua hari di rumah nenek aku berniat
mengunjungi rumah Mbak Lastri. Setelah diberi tahu arah rumahnya
(sekitar 1 km) aku pergi kira-kira jam tiga sore dan berniat menginap.
Dari sinilah cerita ini berawal.
Setelah berjalan kurang lebih 20
menit, akhirnya aku sampai di rumah yang ciri-cirinya sama dengan yang
dikatakan nenek. Sejenak kuamati kelihatannya sepi, lalu aku coba
mengetok pintu rumahnya.
“Ya sebentar..” terdengar sahutan wanita dari dalam.
Tak
lama kemudian keluar seorang wanita dan aku masih kenal wajah itu walau
lama tidak bertemu. Mbak Lastri terlihat manis dan kulitnya masih putih
seperti dulu. Dia sepertinya tidak mengenaliku.
“Cari siapa ya? tanya Mbak Lastri”.
“Anda Mbak Lastri kan?” aku balik bertanya.
“Iya benar, anda siapa ya dan ada keperluan apa?” Mbak Lastri kembali bertanya dengan raut muka yang berusaha mengingat-ingat.
“Masih inget sama aku nggak Mbak? Aku Aris Mbak, masak lupa sama aku”, kataku.
“Kamu Aris anaknya Pak Tono?” kata Mbak Lastri setengah nggak percaya.
“Ya ampun Ris, aku nggak ngenalin kamu lagi. Berapa tahun coba kita nggak bertemu.” Kata Mbak Lastri sambil memeluk tubuhku dan menciumi wajahku.
“Anda Mbak Lastri kan?” aku balik bertanya.
“Iya benar, anda siapa ya dan ada keperluan apa?” Mbak Lastri kembali bertanya dengan raut muka yang berusaha mengingat-ingat.
“Masih inget sama aku nggak Mbak? Aku Aris Mbak, masak lupa sama aku”, kataku.
“Kamu Aris anaknya Pak Tono?” kata Mbak Lastri setengah nggak percaya.
“Ya ampun Ris, aku nggak ngenalin kamu lagi. Berapa tahun coba kita nggak bertemu.” Kata Mbak Lastri sambil memeluk tubuhku dan menciumi wajahku.
Aku kaget setengah mati, baru kali ini aku diciumi
seorang wanita. Aku rasakan buah dadanya menekan dadaku. Ada perasaan
lain muncul waktu itu.
“Kamu kapan datangnya, dengan siapa” kata Mbak Lastri sambil melepas pelukannya.
“Saya datang dua hari lalu, saya hanya sendiri.” kataku.
“Eh iya ayo masuk, sampai lupa, ayo duduk.” Katanya sambil menggeret tanganku.
“Saya datang dua hari lalu, saya hanya sendiri.” kataku.
“Eh iya ayo masuk, sampai lupa, ayo duduk.” Katanya sambil menggeret tanganku.
Kami
kemudian duduk di ruang tamu sambil mengobrol sana-sini, maklum lama
nggak tetemu. Mbak Lastri duduk berhimpitan denganku. Tentu saja buah
dadanya menempel di lenganku. Aku sedikit terangsang karena hal ini,
tapi aku coba menghilangkan pikiran ini karena Mbak Lastri sudah aku
anggap sebagai keluarga sendiri.
“Eh iya sampai lupa buatin kamu minum, kamu pasti haus, sebentar ya..” kata Mbak Lastri ditengah pembicaraan.
Tak lama kemudian ia datang, “Ayo ini diminum”, kata Mbak Lastri.
“Kok sepi, pada kemana Mbak?” Tanyaku.
“Oh kebetulan Mas Heri (suaminya Mbak Lastri) pergi kerumah orang tuanya, ada keperluan, rencananya besok pulangya dan si Dani (anaknya Mbak Lastri) ikut” jawab Mbak Lastri.
“Belum punya Adik Mbak dan Mbak Lastri kok nggak ikut?” tanyaku lagi.
“Belum Ris padahal udah pengen lho.. tapi memang dapatnya lama mungkin ya, kayak si Dani dulu. Mbak Lastri ngurusi rumah jadi nggak bisa ikut” katanya.
“Eh kamu nginep disini kan? Mbak masih kangen lho sama kamu” katanya lagi.
“Iya Mbak, tadi sudah pamit kok” kataku.
“Kamu mandi dulu sana, ntar keburu dingin” kata Mbak Lastri.
“Oh kebetulan Mas Heri (suaminya Mbak Lastri) pergi kerumah orang tuanya, ada keperluan, rencananya besok pulangya dan si Dani (anaknya Mbak Lastri) ikut” jawab Mbak Lastri.
“Belum punya Adik Mbak dan Mbak Lastri kok nggak ikut?” tanyaku lagi.
“Belum Ris padahal udah pengen lho.. tapi memang dapatnya lama mungkin ya, kayak si Dani dulu. Mbak Lastri ngurusi rumah jadi nggak bisa ikut” katanya.
“Eh kamu nginep disini kan? Mbak masih kangen lho sama kamu” katanya lagi.
“Iya Mbak, tadi sudah pamit kok” kataku.
“Kamu mandi dulu sana, ntar keburu dingin” kata Mbak Lastri.
Lalu
aku pergi mandi di belakang rumah dan setelah selesai aku lihat-lihat
kolam ikan di belakang rumah dan kulihat Mbak Lastri gantian mandi.
Kurang lebih lima belas menit, Mbak Lastri selesai mandi dan aku
terkejut karena ia hanya mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya.
Aku pastikan ia tidak memakai BH dan mungkin CD juga karena tidak aku
lihat tali BH menggantung di pundaknya.
“Sayang Ris ikannya masih
kecil, belum bisa buat lauk” kata Mbak Lastri sambil melangkah ke arahku
lalu kami ngobrol sebentar tentang kolam ikannya.
Kulihat buah
dadanya sedikit menyembul dari balutan handuknya dan ditambah bau harum
tubuhnya membuatku terangsang. Tak lama kemudian ia pamit mau ganti
baju. Mataku tak lepas memperhatikan tubuh Mbak Lastri dari belakang.
Kulitnya benar-benar putih. Sepasang pahanya putih mulus terlihat jelas
bikin burungku berdiri. Ingin rasanya aku lepas handuknya lalu meremas,
menjilat buah dadanya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dengan burungku
seperti dalam bokep yang sering aku lihat. Sejenak aku berkhayal lalu
kucoba menghilangkan khayalan itu.
Haripun berganti petang, udara
dingin pegunungan mulai terasa. Setelah makan malam kami nonton teve
sambil ngobrol banyak hal, sampai tak terasa sudah pukul sembilan.
“Ris nanti kamu tidur sama aku ya, Mbak kangen lho ngeloni kamu” kata Mbak Lastri.
“Apa Mbak?” Kataku terkejut.
“Iya.. Kamu nanti tidur sama aku saja. Inget nggak dulu waktu kecil aku sering ngeloni kamu” katanya.
“Iya Mbak aku inget” jawabku.
“Nah ayo tidur, Mbak udah ngantuk nih” kata Mbak Lastri sambil beranjak melangkah keKAMAR tidur dan aku mengikutinya dari belakang, pikiranku berangan-angan ngeres. Sampai dikamar tidur aku masih ragu untuk naik ke ranjang.
“Ayo jadi tidur nggak?” tanya Mbak Lastri.
“Apa Mbak?” Kataku terkejut.
“Iya.. Kamu nanti tidur sama aku saja. Inget nggak dulu waktu kecil aku sering ngeloni kamu” katanya.
“Iya Mbak aku inget” jawabku.
“Nah ayo tidur, Mbak udah ngantuk nih” kata Mbak Lastri sambil beranjak melangkah keKAMAR tidur dan aku mengikutinya dari belakang, pikiranku berangan-angan ngeres. Sampai dikamar tidur aku masih ragu untuk naik ke ranjang.
“Ayo jadi tidur nggak?” tanya Mbak Lastri.
Lalu aku naik dan tiduran disampingnya. Aku deg-degan. Kami masih ngobrol sampai jam 10 malam.
“Tidur ya.. Mbak udah ngantuk banget” kata Mbak Lastri.
“Iya Mbak” kataku walaupun sebenarnya aku belum ngantuk karena pikiranku semakin ngeres saja terbayang-bayang pemandangan menggairahkan sore tadi, apalagi kini Mbak Lastri terbaring di sampingku, kurasakan burungku mengeras.
“Iya Mbak” kataku walaupun sebenarnya aku belum ngantuk karena pikiranku semakin ngeres saja terbayang-bayang pemandangan menggairahkan sore tadi, apalagi kini Mbak Lastri terbaring di sampingku, kurasakan burungku mengeras.
Aku melirik ke arah Mbak Lastri dan kulihat ia
telah tertidur lelap. Dadaku semakin berdebar kencang tak tahu apa yang
harus aku lakukan. Ingin aku onani karena sudah tidak tahan, ingin juga
aku memeluk Mbak Lastri dan menikmati tubuhnya, tapi itu tidak mungkin
pikirku. Aku berusaha menghilangkan pikiran kotor itu, tapi tetap tak
bisa sampai jam 11 malam. Lalu aku putus kan untuk melihat paha Mbak
Lastri sambil aku onani karena bingung dan udah tidak tahan lagi.
Dengan
dada berdebar-debar aku buka selimut yang menutupi kakinya, kemudian
dengan pelan-pelan aku singkapkan roknya hingga celana dalam hitamnya
kelihatan, dan terlihatlah sepasang paha putih mulus didepanku beitu
dekat dan jelas. Semula aku hanya ingin melihatnya saja sambil berkhayal
dan melakukan onani, tetapi aku penasaran ingin merasakan bagaimana
meraba paha seorang perempuan tapi aku takut kalau dia terbangun.
Kurasakan burungku melonjak-lonjak seakan ingin melihat apa yang
membuatnya terbangun. Karena sudah dikuasai nafsu akhirnya aku nekad,
kapan lagi kalau tidak sekarang pikirku.
Dengan hati-hati aku
mulai meraba paha Mbak Lastri dari atas lutut lalu keatas, terasa halus
sekali dan kulakukan beberapa kali. Karena semakin penasaran aku coba
meraba celana dalamnya, tetapi tiba-tiba Mbak Lastri terbangun.
“Aris! Apa yang kamu lakukan!” kata Mbak Lastri dengan terkejut.
Ia lalu menutupi pahanya dengan rok dan selimutnya lalu duduk sambil menampar pipiku. Terasa sakit sekali.
“Kamu kok berani berbuat kurang ajar pada Mbak Lastri. Siapa yang ngajari kamu?” kata Mbak Lastri dengan marah.
Aku hanya bisa diam dan menunduk takut. Burungku yang tadinya begitu perkasa aku rasakan langsung mengecil seakan hilang.
“Tak kusangka kamu bisa melakukan hal itu padaku. Awas nanti kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu” kata Mbak Lastri.
“Ja.. jangan Mbak” kataku ketakutan.
“Mbak Lastri kan juga salah” kataku lagi membela diri.
“Apa maksudmu?” tanya Mbak Lastri.
“Ja.. jangan Mbak” kataku ketakutan.
“Mbak Lastri kan juga salah” kataku lagi membela diri.
“Apa maksudmu?” tanya Mbak Lastri.
“Mbak Lastri masih menganggap
saya anak kecil, padahal saya kan udah besar Mbak, sudah lebih dari 17
tahun. Tapi Mbak Lastri masih memperlakukan aku seperti waktu aku masih
kecil, pakai ngeloni aku segala. Trus tadi sore juga, habis mandi Mbak
Lastri hanya memakai handuk saja didepanku. Saya kan lelaki normal Mbak”
jelasku.
Kulihat Mbak Lastri hanya diam saja, lalu aku berniat keluar dariKAMAR.
“Mbak.. permisi, biar saya tidur saja di kamar sebelah” kataku sambil turun dari ranjang dan berjalan keluar.
Mbak
Lastri hanya diam saja. Sampai di kamar sebelah aku rebahkan tubuhku
dan mengutuki diriku yang berbuat bodoh dan membayangkan apa yang akan
terjadi besok. Kurang lebih 15 menit kemudian kudengar pintu kamarku
diketuk.
“Ris.. kamu masih bangun? Mbak boleh masuk nggak?” Terdengar suara Mbak Lastri dari luar.
“Ya Mbak, silakan” kataku sambil berpikir mau apa dia.
“Ya Mbak, silakan” kataku sambil berpikir mau apa dia.
Mbak Lastri masuk kamarku lalu kami duduk di tepi ranjang. Aku lihat wajahnya sudah tidak marah lagi.
“Ris.. Maafkan Mbak ya telah nampar kamu” katanya.
“Seharusnya saya yang minta maaf telah kurang ajar sama Mbak Lastri” kataku.
“Nggak Ris, kamu nggak salah, setelah Mbak pikir, apa yang kamu katakan tadi benar. Karena lama nggak bertemu, Mbak masih saja menganggap kamu seorang anak kecil seperti dulu aku ngasuh kamu. Mbak tidak menyadari bahwa kamu sekarang sudah besar” kata Mbak Lastri.
“Seharusnya saya yang minta maaf telah kurang ajar sama Mbak Lastri” kataku.
“Nggak Ris, kamu nggak salah, setelah Mbak pikir, apa yang kamu katakan tadi benar. Karena lama nggak bertemu, Mbak masih saja menganggap kamu seorang anak kecil seperti dulu aku ngasuh kamu. Mbak tidak menyadari bahwa kamu sekarang sudah besar” kata Mbak Lastri.
Aku hanya diam dalam hatiku merasa lega Mbak Lastri tidak marah lagi.
“Ris, kamu bener mau sama Mbak?” tanya Mbak Lastri.
“Maksud Mbak?” kataku terkejut sambil memandangi wajahnya yang terlihat bagitu manis.
“Iya.. Mbak kan udah nggak muda lagi, masa’ sih kamu masih tertarik sama aku?” katanya lagi.
“Maksud Mbak?” kataku terkejut sambil memandangi wajahnya yang terlihat bagitu manis.
“Iya.. Mbak kan udah nggak muda lagi, masa’ sih kamu masih tertarik sama aku?” katanya lagi.
Aku hanya diam, takut salah ngomong dan membuatnya marah lagi.
“Maksud Mbak.., kalau kamu bener mau sama Mbak, aku rela kok melakukannya dengan kamu” katanya lagi.
Mendengar hal itu aku tambah terkejut, seakan nggak percaya.
“Apa Mbak” kataku terkejut.
“Bukan apa-apa Ris, kamu jangan berpikiran enggak-enggak sama Mbak. Ini hanya untuk meyakinkan Mbak bahwa kamu telah dewasa dan lain kali tidak menganggap kamu anak kecil lagi” kata Mbak Lastri
“Bukan apa-apa Ris, kamu jangan berpikiran enggak-enggak sama Mbak. Ini hanya untuk meyakinkan Mbak bahwa kamu telah dewasa dan lain kali tidak menganggap kamu anak kecil lagi” kata Mbak Lastri
Lagi-lagi aku
hanya diam, seakan nggak percaya. Ingin aku mengatakan iya, tapi takut
dan malu. Mau menolak tapi aku pikir kapan lagi kesempatan seperti ini
yang selama ini hanya bisa aku bayangkan.
“Gimana Ris? Tapi sekali aja ya.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua” kata Mbak Lastri.
Aku hanya mengangguk kecil tanda bahwa aku mau.
“Kamu pasti belum pernah kan?” kata Mbak Lastri.
“Belum Mbak, tapi pernah lihat di film” kataku.
“Kalau begitu aku nggak perlu ngajari kamu lagi” kata Mbak Lastri.
Aku hanya mengangguk kecil tanda bahwa aku mau.
“Kamu pasti belum pernah kan?” kata Mbak Lastri.
“Belum Mbak, tapi pernah lihat di film” kataku.
“Kalau begitu aku nggak perlu ngajari kamu lagi” kata Mbak Lastri.
Mbak
Lastri lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yang putih
mulus terbungkus BH hitam, aku diam sambil memperhatikan, birahiku mulai
naik. Lalu Mbak Lastri mencopot roknya dan paha mulus yang aku
gerayangi tadi terlihat. Tangannya diarahkan ke belakang pundak dan BH
itupun terlepas, sepasang buah dada berukuran sedang terlihat sangat
indah dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan. Mbak Lastri
lalu mencopot CD hitamnya dan kini ia telah telanjang bulat. Penisku
terasa tegang karena baru pertama kali ini aku melihat wanita telanjang
langsung dihadapanku. Ia naik ke atas ranjang dan merebahkan badannya
terlentang. Aku begitu takjub, bayangkan ada seorang wanita telanjang
dan pasrah berbaring di ranjang tepat dihadapanku. Aku tertegun dan ragu
untuk melakukannya.
“Ayo Ris.. apa yang kamu tunggu, Mbak udak siap kok, jangan takut, nanti Mbak bantu” kata Mbak Lastri.
Segera
aku melepaskan semua pakaianku karena sebenarnya aku sudah tidak tahan
lagi. Kulihat Mbak Lastri memperhatikan burungku yang berdenyut-denyut,
aku lalu naik ke atas ranjang. Karena sudah tidak sabar, langsung saja
aku memulainya. Langsung saja aku kecup bibirnya, kulumat-lumat
bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, aku pikir mungkin suaminya
tidak pernah melakukannya, tapi tidak aku hiraukan, terus aku lumat
bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan
gundukan bukit, lalu aku elus-elus dan remas buah dadanya sambil
sesekali memelintir puting susunya.
“Ooh.. Ris.. apa yang kau
lakukan.. ergh.. sshh..” Mbak Lastri mulai mendesah tanda birahinya
mulai naik, sesekali kurasakan ia menelan ludahnya yang mulai mengental.
Setelah puas dengan bibirnya, kini mulutku kuarahkan ke bawah, aku
ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada. Sejenak aku
pandangi buah dada yang kini tepat berada di hadapanku, ooh sungguh
indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah
terjamah lelaki. Langsung aku jilati mulai dari bawah lalu ke arah
putingnya, sedangkan buah dada kanannya tetap kuremas-remas sehingga
tambah kenyal dan mengeras.
“Emmh oh aarghh” Mbak Lastri mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.
“Emmh oh aarghh” Mbak Lastri mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.
Kulirik
wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit bibir
bawahnya. Kini jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disana kurasakan ada
rumput yang tumbuh di sekeliling memeknya. Jari-jariku kuarahkan
kedalamnya, terasa lubang itu sudah sangat basah, tanda bahwa ia sudah
benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari
klentitnya. Kugerakkan jari-jariku keluar masuk di dalam lubang yang
semakin licin tersebut.
“Aargghh.. eemhh.. Ris kam.. mu ngapainn
oohh..” kata Mbak Lastri meracau tak karuan, kakinya menjejak-jejak
sprei dan badannya mengeliat-geliat. Tak kupedulikan kata-katanya. Tubuh
Mbak Lastri semakin mengelinjang dikuasai nafsu birahi. Kuarasakan
tubuh Mbak Lastri menegang dan kulihat wajahnya memerah bercucuran
keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks. Kupercepat gerakan jariku
didalam memeknya.
“Ohh.. arghh.. oohh..” kata Mbak Lastri dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba..
“Oohh aahh..” Mbak Lastri mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya bergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi memeknya.
“Ohh.. ohh.. emhh..” Mbak Lastri masih mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.
“Ris apa yang kamu lakukan kok Mbak bisa kayak gini” tanya Mbak Lastri.
“Kenapa emangnya Mbak? Kataku.
“Baru kali ini aku merasakan nikmat seperti ini, luar biasa” kata Mbak Lastri.
“Ohh.. arghh.. oohh..” kata Mbak Lastri dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba..
“Oohh aahh..” Mbak Lastri mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya bergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi memeknya.
“Ohh.. ohh.. emhh..” Mbak Lastri masih mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.
“Ris apa yang kamu lakukan kok Mbak bisa kayak gini” tanya Mbak Lastri.
“Kenapa emangnya Mbak? Kataku.
“Baru kali ini aku merasakan nikmat seperti ini, luar biasa” kata Mbak Lastri.
Ia
lalu bercerita bahwa selama bersama suaminya ia tidak pernah
mendapatkan kepuasan, karena mereka hanya sebentar saja bercumbu dan
dalam bercinta suaminya cepat selesai.
“Mbak sekarang giliranku” kubisikkan ditelinganya, Mbak Lastri mengangguk kecil.
Aku
mulai mencumbunya lagi. Kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya
yang kulumat, lalu buah dadanya yang aku nikmati, tak lupa jari-jariku
kupermainkan di dalam memeknya.
“Aarghh.. emhh.. ooh..” terdengar Mbak Lastri mulai mendesah-desah lagi tanda ia telah terangsang.
Setelah
aku rasa cukup, aku ingin segera merasakan bagaimana rasanya menusukkan
burungku ke dalam memeknya. Aku mensejajarkan tubuhku diatas tubuhnya
dan Mbak Lastri tahu, ia lalu mengangkangkan pahanya dan kuarahkan
burungku ke memeknya. Setelah sampai didepannya aku ragu untuk
melakukannya.
“Ayo Ris jangan takut, masukin aja” kata Mbak Lastri.
Perlahan-lahan
aku masukkan burungku sambil kunikmati, bless terasa nikmat saat itu.
Burungku mudah saja memasuki memeknya karena sudah sangat basah dan
licin. Kini mulai kugerakkan pinggulku naik turun perlahan-lahan. Ohh
nikmatnya.
“Lebih cepat Ris arghh.. emhh” kata Mbak Lastri terputus-putus dengan mata merem-melek.
Aku percepat gerakanku dan terdengar suara berkecipak dari memeknya.
“Iya.. begitu.. aahh.. ter.. rrus.. arghh..” Mbak Lastri berkata tak karuan.
Keringat kami bercucuran deras sekali. Kulihat wajahnya semakin memerah.
“Ris,
Mbak mau.. enak lagi.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh..” kata Mbak Lastri
sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar dan kurasakan memeknya
dipenuhi cairan hangat menyiram penisku.
Remasan dinding memeknya
begitu kuat, akupun percepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai
klimaks aahh.., kubiarkan air maniku keluar di dalam memeknya. Kurasakan
nikmat yang luar biasa, berkali-kali lebih nikmat dibandingkan ketika
aku onani. Aku peluk tubuhnya erat-erat sambil mengecup puting susunya
menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya yang baru aku rasakan pertama
kali dalam hidupku. Setelah cukup kumenikmatinya aku cabut burungku dan
merebahkan badanku disampinya.
“Mbak Lastri, terima kasih ya..” kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.
“Mbak juga Ris.. baru kali ini Mbak merasakan kepuasan seperti ini, kamu hebat” kata Mbak Lastri lalu mengecup bibirku.
“Mbak juga Ris.. baru kali ini Mbak merasakan kepuasan seperti ini, kamu hebat” kata Mbak Lastri lalu mengecup bibirku.
Kami berdua lalu tidur karena kecapaian.
Kira-kira
jam 3 pagi aku terbangun dan merasa haus sekali, aku ingin mencari
minum. Ketika aku baru mau turun dari ranjang, Mbak Lastri juga
terbangun.
“Kamu mau kemana Ris..” katanya.
“Aku mau cari minum, aku haus. Mbak Lastri mau?” Kataku.
“Aku mau cari minum, aku haus. Mbak Lastri mau?” Kataku.
Ia hanya mengangguk kecil. Aku ambil selimut untuk menutupi anuku lalu aku ke dapur dan kuambil sebotol air putih.
“Ini Mbak minumnya” kataku sambil kusodorkan segelas air putih.
Aku duduk di tepi ranjang sambil memandangi Mbak Lastri yang tubuhnya ditutupi selimut meminum air yang kuberikan.
“Ada apa Ris, kok kamu memandangi Mbak” katanya.
“Ah nggak Papa. Mbak cantik” kataku sedikit merayu.
“Ah kamu Ris, bisa aja, Mbak kan udah tua Ris” kata Mbak Lastri.
“Bener kok, Mbak malah makin cantik sekarang” kataku sambil kukecup bibirnya.
“Ris.. boleh nggak Mbak minta sesuatu” kata Mbak Lastri.
“Minta apa Mbak?” tanyaku penasaran.
“Mau nggak kamu kalau..” kata Mbak Lastri terhenti.
“Kalau apa Mbak?” kataku penuh tanda tanya.
“Kalau.. kalau kamu emm.. melakukannya lagi” kata Mbak Lastri dengan malu-malu sambil menunduk, terlihat pipinya memerah.
“Lho.. katanya tadi, sekali aja ya Ris.., tapi sekarang kok?” kataku menggodanya.
“Ah kamu, kan tadi Mbak nggak ngira bakal kayak gini” katanya manja sambil mencubit lenganku.
“Dengan senang hati aku akan melayani Mbak Lastri” kataku.
“Ah nggak Papa. Mbak cantik” kataku sedikit merayu.
“Ah kamu Ris, bisa aja, Mbak kan udah tua Ris” kata Mbak Lastri.
“Bener kok, Mbak malah makin cantik sekarang” kataku sambil kukecup bibirnya.
“Ris.. boleh nggak Mbak minta sesuatu” kata Mbak Lastri.
“Minta apa Mbak?” tanyaku penasaran.
“Mau nggak kamu kalau..” kata Mbak Lastri terhenti.
“Kalau apa Mbak?” kataku penuh tanda tanya.
“Kalau.. kalau kamu emm.. melakukannya lagi” kata Mbak Lastri dengan malu-malu sambil menunduk, terlihat pipinya memerah.
“Lho.. katanya tadi, sekali aja ya Ris.., tapi sekarang kok?” kataku menggodanya.
“Ah kamu, kan tadi Mbak nggak ngira bakal kayak gini” katanya manja sambil mencubit lenganku.
“Dengan senang hati aku akan melayani Mbak Lastri” kataku.
Sebenarnya
aku baru mau mengajaknya lagi, e.. malah dia duluan. Ternyata Mbak
Lastri juga ketagihan. Memang benar jika seorang wanita pernah merasa
puas, dia sendiri yang akan meminta. Kami mulai bercumbu lagi, kali ini
aku ingin menikmati dengan dengan sepuas hatiku. Ingin kunikmati setiap
inci tubuhnya, karena kini aku tahu Mbak Lastri juga sangat ingin.
Seperti tadi, pertama-tama bibirnya yang kunikmati. Dengan penuh
kelembutan aku melumat-lumat bibir Mbak Lastri.
Aku makin berani,
kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku. Mbak
Lastri pun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kami
saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati
bibirnya. Tanganku juga seperti tadi, beroperasi di dadanya,
kuremas-remas dadanya yang kenyal mulai dari lembah hingga ke puncaknya
lalu aku pelintir putingnya sehingga membuatnya menggeliat dan
mengelinjang. Dua bukit kembar itupun semakin mengeras. Ia menggigit
bibirku ketika kupelintir putingnya.
Aku sudah puas dengan
bibirnya, kini mulutku mengulum dan melumat buah dadanya. Dengan sigap
lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap
meremas-remas buah dadanya yang kanan. Kulihat mata Mbak Lastri sangat
redup, dan ia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan
desahan erotis.
“Oohh.. arghh.. en.. ennak Ris.. emhh..” kata Mbak Lastri mendesah-desah.
Tiba-tiba
tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas dadanya dan
menyeretnya ke selangkangannya. Aku paham apa yang diinginkannya,
rupanya ia ingin aku segera mempermainkan memeknya. Jari-jarikupun
segera bergerilya di memeknya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan
kuelus-elus klentitnya membuatnya semakin menggelinjang tak karuan.
“Ya.. terruss.. aarggghh.. emmhh.. enak.. oohh..” mulut Mbak Lastri meracau.
Setiap
kali Mbak Lastri terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku
menusuk memeknya, setelah dia agak tenang, aku permainkan lagi memeknya,
kulakukan beberapa kali.
“Emhh Ris.. ayo dong jangan begitu.. kau jahat oohh..” kata Mbak Lastri memohon.
Mendengarnya
membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akan membuatnya klimaks
dengan jariku tetapi dengan mulutku, aku benar-benar ingin mencoba semua
yang pernah aku lihat di bokep.
Segera aku arahkan mulutku ke
selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yang disekeliling
memeknya dan terlihatlah memeknya yang merah dan mengkilap basah,
sungguh indah karena baru kali ini melihatnya. Aku agak ragu untuk
melakukannya, tetapi rasa penasaranku seperti apa sih rasanya menjilati
memek lebih besar. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan
keluar masuk.
“Ris.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” kata Mbak Lastri.
Ia
terkejut aku menggunakan mulutku untuk menjilati memeknya, tapi aku
tidak pedulikan kata-katanya. Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia
mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan dan tak lama
kemudian tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkeram sprei
dan mulutku di penuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.
“Ohmm.. emhh.. ennak Ris.. aahh..” kata Mbak Lastri ketika ia klimaks.
Setelah
Mbak Lastri selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku kembali
mencumbunya lagi karena aku juga ingin mencapai kepuasan.
“Gantian Mbak diatas ya sekarang” kataku.
“Gimana Ris aku nggak ngerti” kata Mbak Lastri.
“Gimana Ris aku nggak ngerti” kata Mbak Lastri.
Daripada aku
menjelaskan, langsung aku praktekkan. Aku tidur telentang dan Mbak
Lastri aku suruh melangkah diatas burungku, tampaknya ia mulai mengerti.
Tangannya memegang burungku yang tegang hebat lalu perlahan-lahan
pinggangnya diturunkan dan memeknya diarahkan ke burungku dan dalam
sekejap bless burungku hilang ditelan memeknya. Mbak Lastri lalu mulai
melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggangnya dan ketika sampai di
kepala penisku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi ia kini
mulai mempercepat gerakannya.
Kulihat wajahnya penuh dengan
keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat
kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sungguh sangat sexy wajah wanita yang
sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha untuk mencapai puncak
kenikmatan. Wajah Mbak Lastri terlihat sangat cantik seperti itu apalagi
ditambah rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan terombang ambing
gerakan kepalanya. Buah dadanya pun terguncang-guncang, lalu tanganku
meremas-remasnya. Desahannya tambah keras ketika jari-jariku memelintir
puting susunya.
“Oh emhh yaah.. ohh..” itulah kata-kata yang keluar dari mulut Mbak Lastri.
“Aku nggak kuat lagi Ris..” kata Mbak Lastri sambil berhenti menggerakkan badannya, aku tahu ia segera mencapai klimaks.
“Aku nggak kuat lagi Ris..” kata Mbak Lastri sambil berhenti menggerakkan badannya, aku tahu ia segera mencapai klimaks.
Kurebahkan
badannya dan aku segera memompa memeknya dan tak lama kemudian Mbak
Lastri mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan Mbak
Lastri menikmati kenikmatan yang diperolehnya. Setelah itu aku cabut
penisku dan kusuruh Mbak Lastri menungging lalu kumasukkan burungku dari
belakang. Mbak Lastri terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang aku
lakukan kepadanya. Ia hanya bisa mendesah kenikmatan.
Setelah puas
dengan posisi ini, aku suruh Mbak Lastri rebahan lagi dan aku masukkan
lagi burungku dan memompa memeknya lagi karena aku sudah ingin sekali
mengakhirinya. Beberapa saat kemudian Mbak Lastri ingin klimaks lagi,
wajahnya memerah, tubuhnya menggelinjang kesana kemari.
“Ahh.. oh.. Mbak mau enak lagi Ris.. arrghh ahh..” kata Mbak Lastri.
“Tunggu Mbak, ki kita bareng aku juga hampir” kataku.
“Mbak udah nggak tahan Ris.. ahh..” kata Mbak Lastri sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. Cairan hangat menyiram burungku dan kurasakan dinding memeknya seakan-akan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya akupun tidak kuat dan croott.. akupun mencapai klimaks, oh my god nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat menikmati kenikmatan yang baru saja kami raih. END
“Tunggu Mbak, ki kita bareng aku juga hampir” kataku.
“Mbak udah nggak tahan Ris.. ahh..” kata Mbak Lastri sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. Cairan hangat menyiram burungku dan kurasakan dinding memeknya seakan-akan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya akupun tidak kuat dan croott.. akupun mencapai klimaks, oh my god nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat menikmati kenikmatan yang baru saja kami raih. END
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
Posted By : 233won.com
Comments
Post a Comment