Bandar Joker123 Terbaik - Kisahku Jatuh Cinta Terhadap Bibi Sendiri
Bandar Joker123 Terbaik - Kisahku Jatuh Cinta Terhadap Bibi Sendiri - Semenjak aku SMA, aku selalu pilih-pilih dalam mencintai wanita. Itulah
mungkin yang mengakibatkan aku tidak pernah mendekati seorang cewek pun
di SMA. Padahal boleh dibilang aku ini bukan orang yang jelek-jelek
amat.
Bandar Joker123 Terbaik - Para gadis sering histeris ketika melihat aku beraksi dibidang
olahraga, seperti basket, lari dan sebagainya. Dan banyak surat cinta
cewek yang tidak kubalas. Sebab aku tidak suka mereka. Untuk masalah
pelajaran aku terbilang normal, tidak terlalu pintar, tapi teman-teman
memanggilku kutu buku, padahal masih banyak yang lebih pintar dari aku,
mungkin karena aku mahir dalam bidang olahraga dan dalam pelajaran aku
tidak terlalu bodoh saja akhirnya aku dikatakan demikian.
Ketika kelulusan, aku pun masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi
di kota Malang. Di sini aku numpang di rumah bibiku. Namanya Dewi. Aku
biasanya memanggilnya mbak Dewi, kebiasaan dari kecil mungkin. Ia
tinggal sendirian bersama kedua anaknya, semenjak suaminya meninggal
ketika aku masih SMP ia mendirikan usaha sendiri di kota ini. Yaitu
berupa rumah makan yang lumayan laris, dengan bekal itu ia bisa
menghidupi kedua anaknya yang masih duduk di SD.
Ketika datang
pertama kali di Malang, aku sudah dijemput pakai mobilnya. Lumayanlah,
perjalanan dengan menggunakan kereta cukup melelahkan. Pertamanya aku
tak tahu kalau itu adalah mbak Dewi. Sebab ia kelihatan muda. Aku baru
sadar ketika aku menelpon hp-nya dan dia mengangkatnya. Lalu kami
bertegur sapa. Hari itu juga jantungku berdebar. Usianya masih 32 tapi
dia sangat cantik. Rambutnya masih panjang terurai, wajahnya sangat
halus, ia masih seperti gadis. Dan di dalam mobil itu aku benar-benar
berdebar-debar.
“Capek Dek Iwan?”, tanyanya.
“Iyalah mbak, di kereta duduk terus dari pagi”, jawabku. “Tapi mbak Dewi masih cantik ya?”
Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu”.
Selama tinggal di rumahnya mbak
Dewi. Aku sedikit demi sedikit mencoba akrab dan mengenalnya. Banyak
sekali hal-hal yang bisa aku ketahui dari mbak Dewi. Dari kesukaannya,
dari pengalaman hidupnya. Aku pun jadi dekat dengan anak-anaknya. Aku
sering mengajari mereka pelajaran sekolah.
Tak terasa sudah satu semester lebih aku tinggal di rumah ini. Dan mbak
Dewi sepertinya adalah satu-satunya wanita yang menggerakkan hatiku. Aku
benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi aku tak yakin apakah ia cinta
juga kepadaku. Apalagi ia adalah bibiku sendiri.
Malam itu sepi
dan hujan di luar sana. Mbak Dewi sedang nonton televisi. Aku lihat
kedua anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke ruang depan.
Tampak mbak Dewi asyik menonton tv. Saat itu sedang ada sinetron.
“Nggak tidur Wan?”, tanyanya.
“Masih belum ngantuk mbak”, jawabku.
Aku duduk di sebelahnya. Entah kenapa lagi-lagi dadaku berdebar kencang.
Aku bersandar di sofa, aku tidak melihat tv tapi melihat mbak Dewi. Ia
tak menyadarinya. Lama kami terdiam.
“Kamu banyak diam ya”, katanya.
“Eh..oh, iya”, kataku kaget.
“Mau ngobrolin sesuatu?”, tanyanya.
“Ah, enggak, pingin nemeni mbak Dewi aja”, jawabku.
“Ah kamu, ada-ada aja”
“Serius mbak”
“Makasih”
“Restorannya gimana mbak? Sukses?”
“Lumayanlah, sekarang bisa waralaba. Banyak karyawannya, urusan kerjaan
semuanya tak serahin ke general managernya. Mbak sewaktu-waktu saja ke
sana”, katanya. “Gimana kuliahmu?”
“Ya, begitulah mbak, lancar saja”, jawabku.
Aku memberanikan diri memegang pundaknya untuk memijat. “Saya pijetin ya mbak, sepertinya mbak capek”.
“Makasih, nggak usah ah”
“Nggak papa koq mbak, cuma dipijit aja, emangnya mau yang lain?”
Ia tersenyum, “Ya udah, pijitin saja”
Aku memijiti pundaknya,
punggungnya, dengan pijatan yang halus, sesekali aku meraba ke bahunya.
Ia memakai tshirt ketat. Sehingga aku bisa melihat lekukan tubuh dan
juga tali bh-nya. Dadanya mbak Dewi besar juga. Tercium bau harum
parfumnya.
“Kamu sudah punya pacar Wan?”, tanya mbak Dewi.
“Nggak punya mbak”
“Koq bisa nggak punya, emang nggak ada yang tertarik ama kamu?”
“Saya aja yang nggak tertarik ama mereka”
“Lha koq aneh? Denger dari mama kamu katanya kamu itu sering dikirimi surat cinta”
“Iya, waktu SMA. Kalau sekarang aku menemukan cinta tapi sulit mengatakannya”
“Masa’?”
“Iya mbak, orangnya cantik, tapi sudah janda”, aku mencoba memancing.
“Siapa?”
“Mbak Dewi”.
Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu ini”.
“Aku serius mbak, nggak bohong, pernah mbak tahu aku bohong?”,
Ia diam.
Semenjak aku bertemu mbak Dewi, jantungku berdetak
kencang. Aku tak tahu apa itu. Sebab aku tidak pernah jatuh cinta
sebelumnya. Semenjak itu pula aku menyimpan perasaanku, dan merasa
nyaman ketika berada di samping mbak Dewi. Aku tak tahu apakah itu cinta
tapi, kian hari dadaku makin sesak. Sesak hingga aku tak bisa berpikir
lagi mbak, rasanya sakit sekali ketika aku harus membohongi diri kalau
aku cinta sama mba”, kataku.
“Wan, aku ini bibimu”, katanya.
“Aku tahu, tapi perasaanku tak pernah berbohong mbak, aku mau jujur
kalau aku cinta sama mbak”, kataku sambil memeluknya dari belakang.
Lama kami terdiam. Mungkin hubungan yang kami rasa sekarang mulai canggung. Mbak Dewi mencoba melepaskan pelukanku.
“Maaf wan, mbak perlu berpikir”, kata mbak Dewi beranjak. Aku pun
ditinggal sendirian di ruangan itu, tv masih menyala. Cukup lama aku ada
di ruangan tengah, hingga tengah malam kira-kira. Aku pun mematikan tv
dan menuju kamarku. Sayup-sayup aku terdengar suara isak tangis di kamar
mbak Dewi. Aku pun mencoba menguping.
“Apa yang harus aku lakukan?….Apa…”
Aku menunduk, mungkin mbak Dewi kaget setelah pengakuanku tadi. Aku pun
masuk kamarku dan tertidur. Malam itu aku bermimpi basah dengan mbak
Dewi. Aku bermimpi bercinta dengannya, dan paginya aku dapati celana
dalamku basah. Wah, mimpi yang indah.
Paginya, mbak Dewi selesai
menyiapkan sarapan. Anak-anaknya sarapan. Aku baru keluar dari kamar
mandi. Melihat mereka dari kejauhan. Mbak Dewi tampak mencoba untuk
menghindari pandanganku. Kami benar-benar canggung pagi itu. Hari ini
nggak ada kuliah. Aku bisa habiskan waktu seharian di rumah. Setelah
ganti baju aku keluar kamar. Tampak mbak Dewi melihat-lihat isi kulkas.
“Waduh, wan, bisa minta tolong bantu mbak?”, tanyanya.
“Apa mbak?”
“Mbak mau belanja, bisa bantu mbak belanja? Sepertinya isi kulkas udah mau habis”,katanya.
“OK”
“Untuk yang tadi malam, tolong jangan diungkit-ungkit lagi, aku maafin
kamu tapi jangan dibicarakan di depan anak-anak”, katanya. Aku
mengangguk.
Kami naik mobil mengantarkan anak-anak mbak Dewi
sekolah. Lalu kami pergi belanja. Lumayan banyak belanjaan kami. Dan aku
menggandeng tangan mbak Dewi. Kami mirip sepasang suami istri, mbak
Dewi rasanya nggak menolak ketika tangannya aku gandeng.Mungkin karena
barang bawaannya banyak. Di mobil pun kami diam. Setelah belanja banyak
itu kami tak mengucapkan sepatah kata pun. Namun setiap kali aku bilang
ke mbak Dewi bahwa perasaanku serius.
Hari-hari berlalu. Aku terus bilang ke mbak Dewi bahwa aku cinta dia.
Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku membelikan sebuah gaun. Aku
memang menyembunyikannya. Gaun ini sangat mahal, hampir dua bulan uang
sakuku habis. Terpaksa nanti aku minta ortu kalau lagi butuh buat
kuliah.
Saat itu anak-anak mbak Dewi sedang sekolah. Mbak Dewi
merenung di sofa. Aku lalu datang kepadanya. Dan memberikan sebuah kotak
hadiah.
“Apa ini?”, tanyanya.
“Kado, mbak Dewikan ulang tahun hari ini”,
Ia tertawa. Tampak senyumnya indah hari itu. Matanya berkaca-kaca ia
mencoba menahan air matanya. Ia buka kadonya dan mengambil isinya. Aku
memberinya sebuah gaun berwarna hitam yang menawan.
“Indah sekali, berapa harganya?”, tanyanya.
“Ah nggak usah dipikirkan mbak”, kataku sambil tersenyum. “Ini kulakukan sebagai pembuktian cintaku pada mbak”
“Sebentar ya”, katanya. Ia buru-buru masuk kamar sambil membawa gaunnya.
Tak perlu lama, ia sudah keluar dengan memakai baju itu. Ia benar-benar cantik.
“Bagaimana wan?”, tanyanya.
“Cantik mbak, Superb!!”, kataku sambil mengacungkan jempol.
Ia tiba-tiba berlari dan memelukku. Erat sekali, sampai aku bisa merasakan dadanya. “Terima kasih”
“Aku cinta kamu mbak”, kataku.
Mbak Dewi menatapku. “Aku tahu”
Aku memajukan bibirku, dan dalam
sekejap bibirku sudah bersentuhan dengan bibirnya. Inilah first kiss
kita. Aku menciumi bibirnya, melumatnya, dan menghisap ludahnya. Lidahku
bermain di dalam mulutnya, kami berpanggutan lama sekali. Mbak Dewi
mengangkat paha kirinya ke pinggangku, aku menahannya dengan tangan
kananku. Ia jatuh ke sofa, aku lalu mengikutinya.
“Aku juga cinta kamu wan, dan aku bingung”, katanya.
“Aku juga bingung mbak”
Kami berciuman lagi. Mbak Dewi berusaha melepas bajuku, dan tanpa sadar,
aku sudah hanya bercelana dalam saja. Penisku yang menegang menyembul
keluar dari CD. Aku membuka resleting bajunya, kuturunkan gaunnya, saat
itulah aku mendapati dua buah bukit yang ranum. Dadanya benar-benar
besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah, kujilati. Aku lalu
menurunkan terus hingga ke bawah. Ha? Nggak ada CD? Jadi tadi mbak Dewi
ke kamar ganti baju sambil melepas CD-nya.
“Nggak perlu heran Wan, mbak juga ingin ini koq, mungkin inilah saat yang tepat”, katanya.
Aku
lalu benar-benar menciumi kewanitaannya. Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku
baru pertama kali melakukannya. Rasanya aneh, tapi aku suka. Aku cinta
mbak Dewi. Mbak Dewi meremas rambutku, menjambakku. Ia menggelinjang.
Kuciumi pahanya, betisnya, lalu ke jempol kakinya. Kuemut jempol
kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki adalah bagian paling sensitif
bagi wanita.
“Tidak wan, jangan….AAAHH”, mbak Dewi memiawik.
“Kenapa mbak?” kataku.
Tangannya mencengkram lenganku. Vaginanya basah sekali. Ia memejamkan mata, tampak ia menikmatinya. “Aku keluar wan”
Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku. Aku duduk di sofa sambil memperhatikan apa yang dilakukannya.
“Gantian sekarang”, katanya sambil tersenyum.
Ia memegang penisku, diremas-remas dan dipijat-pijatnya. Oh…aku baru
saja merasakan penisku dipijat wanita. Tangan mbak Dewi yang lembut,
hangat lalu mengocok penisku. Penisku makin lama makin panjang dan
besar. Mbak Dewi menjulurkan lidahnya. Dia jilati bagian pangkalnya,
ujungnya, lalu ia masukkan ujung penisku ke dalam mulutnya. Ia hisap, ia
basahi dengan ludahnya. Ohh…sensasinya luar biasa.
“Kalau mau keluar, keluar aja nggak apa-apa wan”, kata mbak Dewi.
“Nggak mbak, aku ingin keluar di situ aja?”, kataku sambil memegang liang kewanitaannya.
Ia mengerti, lalu aku didorongnya. Aku berbaring, dan ia ada di atasku.
Pahanya membuka, dan ia arahkan penisku masuk ke liang itu. Agak seret,
mungkin karena memang ia tak pernah bercinta selain dengan suaminya.
Masuk, sedikit demi sedikit dan bless….Masuk semuanya. Ia bertumpu
dengan sofa, lalu ia gerakkan atas bawah.
“Ohh….wan…enak wan…”, katanya.
“Ohhh…mbak…Mbak Dewi…ahhh…”, kataku.
Dadanya naik turun. Montok sekali, aku pun meremas-remas dadanya. Lama
sekali ruangan ini dipenuhi suara desahan kami dan suara dua daging
beradu. Plok…plok..plok..cplok..!! “Waan…mbak keluar lagi…AAAHHHH”
Mbak Dewi ambruk di atasku. Dadanya menyentuh dadanku, aku memeluknya
erat. Vaginanya benar-benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit
waktu untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di sofa.
“Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan cairanmu ke dalam rahimku. Mbak rela punya anak darimu wan”, katanya.
Aku tak menyia-nyiakannya. Aku pun memasukkannya. Kudorong maju mundur,
posisi normal ini membuatku makin keenakan. Aku menindih mbak Dewi,
kupeluk ia, dan aku terus menggoyang pinggulku. Rasanya udah sampai di
ujung. Aku mau meledak. AAHHHH….
“Oh wan…wan…mbak keluar lagi”, mbak Dewi mencengkram punggungku. Dan aku
menembakkan spermaku ke rahimnya, banyak sekali, sperma perjaka.
Vaginanya mbak Dewi mencengkramku erat sekali, aku keenakkan. Kami
kelelahan dan tertidur di atas sofa, Aku memeluk mbak Dewi.
Siang hari aku terbangun oleh suara HP. Mbak Dewi masih di pelukanku.
Mbak Dewi dan aku terbangun. Kami tertawa melihat kejadian lucu ini.
Waktu jamnya menjemput anak-anak mbak Dewi sepertinya.
Mbak Dewi menyentuh penisku. “Ini luar biasa, mbak Dewi sampe keluar berkali-kali, Wan, kamu mau jadi suami mbak?”
“eh?”, aku kaget.
“Sebenarnya, aku dan ibumu itu bukan saudara kandung. Tapi saudara tiri.
Panjang ceritanya. Kalau kamu mau, aku rela jadi istrimu, asal kau juga
mencintai anak-anakku, dan menjadikan mereka juga sebagai anakmu”,
katanya.
Aku lalu memeluknya, “aku bersedia mbak”.
Setelah itu entah berapa kali aku mengulanginya dengan mbak Dewi, aku
mulai mencoba berbagai gaya. Mbak Dewi sedikit rakus setelah ia
menemukan partner sex baru. Ia suka sekali mengoral punyaku, mungkin
karena punyaku terlalu tangguh untuk liang kewanitaannya. hehehe…tapi
itulah cintaku, aku cinta pada bibiku sendiri dan dia cinta kepadaku.
Kami akhirnya hidup bahagia, dan aku punya dua anak darinya. Sampai kini
pun ia masih seperti dulu, tidak berubah, tetap cantik. END
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
Posted By : 233won.com
Comments
Post a Comment