Agen Casino Terbaik - Cersex Ternikmat Jadi Sopir Tante Girang Kaya
Agen Casino Terbaik - Cersex Ternikmat Jadi Sopir Tante Girang Kaya - Disini saya akan menceritakan pengalaman seks saya yang paling
berkesan sekaligus paling nikmat dengan seorang tante girang kaya raya.
sekarang saya sudah berumur 22 tahun. Setelah tamat dari SMU, aku
mencoba merantau ke Jakarta. Aku berasal dari keluarga yang tergolong
miskin. Di kampung orang tuaku bekerja sebagai buruh tani. Aku anak
pertama dan memiliki dua orang adik perempuan yang nota bene masih
bersekolah.
Agen Casino Terbaik - Aku ke Jakarta cuma berbekal ijazah SMU. Dalam
perjalanan ke Jakarta, aku selalu terbayang akan suatu kegagalan. Apa
jadinya aku yang anak desa ini hanya berbekal Ijazah SMU mau mengadu
nasib di kota buas seperti Jakarta. Selain berbekal Ijazah yang nyaris
tiada artinya itu, aku memiliki keterampilan hanya sebagai supir angkot.
Aku bisa menyetir mobil, karena aku di kampung, setelah pulang sekolah
selalu diajak paman untuk narik angkot. Aku menjadi keneknya, paman
supirnya.
3 tahun pengalaman menjadi awak angkot, cukup membekal
aku dengan keterampilan setir mobil. Paman yang melatihku menjadi supir
yang handal, baik dan benar dalam menjalankan kendaraan di jalan raya.
Aku selalu memegang teguh pesan paman, bahwa : mengendarai mobil di
jalan harus dengan sopan santun dan berusaha sabar dan mengalah. Pesan
ini tetap kupegang teguh.
Di Jakarta aku numpang di rumah sepupu,
yang kebetulan juga bekerja sebagai buruh pabrik di kawasan Pulo Gadung.
Kami menempati rumah petak sangat kecil dan sangat amat sederhana.
Lebih sederhana dari rumah type RSS ( Rumah Susah Selonjor). Selain
niatku untuk bekerja, aku juga berniat untuk melanjutkan sekolah ke
Perguruan Tinggi. Dua bulan lamanya aku menganggur di Jakrta. Lamar sana
sini, jawabnya selalu klise, ” tidak ada lowongan “.
Pada suatu
malam, yakni malam minggu, ketika aku sedang melamun, terdengar orang
mengucap salam dari luar. Ku bukakan pintu, ternya pak RT yang datang.
Pak RT minta agar aku sudi menjadi supir pribadi dari sebuah keluarga
kaya. Keluarga itu adalah pemilik perusahaan dimana pak RT bekerja
sebagai salah seorang staff di cabang perusahaan itu. Sepontan aku
menyetujuinya. Esoknya kami berangkat kekawasan elite di Jakarta. Ketika
memasuki halaman rumah yang besar seperti istana itu, hatiku berdebar
tak karuan.
Setelah kami dipersilahkan duduk oleh seorang pembantu
muda di ruang tamu yang megah itu, tak lama kemudian muncul seorang
wanita yang tampaknya muda. Kami memberi hormat pada wanita itu. Wanita
itu tersenyum ramah sekali dan mempersilahkan kami duduk, karena ketika
dia datang, sepontan aku dan pak RT berdiri memberi salam ” selamat
pagi”. Pak RT dipersilahkan kembali ke kantor oleh wanita itu, dan
diruangan yang megah itu hanya ada aku dan dia si wanita itu.
”
Benar kamu mau jadi supir pribadiku ? ” tanyanya ramah seraya
melontarkan senyum manisnya. ” Iya Nyonya, saya siap menjadi supir
nyonya ” Jawabku. ” jangan panggil Nyonya, panggil saja saya ini Ibu,
Ibu Maya ” Sergahnya halus. Aku mengangguk setuju. ” Kamu masih kuliah
?” ” Tidak nyonya eh…Bu ?!” jawabku. ” Saya baru tamat SMU, tapi saya
berpengalaman menjadi supir sudah tiga ahun” sambungku.
Wanita itu
menatapku dalam-dalam. Ditatapnya pula mataku hingga aku jadi slah
tingkah. Diperhatikannya aku dari atas samapi kebawah. ” kamu masih muda
sekali, ganteng, nampaknya sopan, kenapa mau jadi supir ?” tanyanya. ”
Saya butuh uang untuk kuliah Bu ” jawabku. ” Baik, saya setuju, kamu
jadi supir saya, tapi haru ready setiap saat. gimana, okey ? ” ” Saya
siap Bu.” Jawabku. ” Kamu setiap pagi harus sudah ready di rumah ini
pukul enam, lalu antar saya ke tempat saya Fitness, setelah itu antar
saya ke salon, belanja, atau kemana saya suka. Kemudian setelah sore,
kamu boleh pulang, gimana siap ? ” ” Saya siap Bu” Jawabku. ” Oh..ya,
siapa namamu ? ” Tanyanya sambil mengulurkan tangannya.
Spontan
aku menyambut dan memegang telapak tangannya, kami bersalaman. ” Saya
Leman Bu ” Jawabku. ” Nama yang bagus ya ? tau artinya Leman ? ”
Tanyanya seperti bercanda. ” Tidak Bu ” Jawabku. ” Leman itu artinya
Lelaki Idaman ” jawabnya sambil tersenyum dan menatap mataku. Aku
tersenyum sambil tersipu. lama dia menatapku. Tak terpikir olehku jika
aku bakal mendapat majikan seramah dan sesantai Ibu Maya.
Aku
mencoba juga untuk bergurau, kuberanikan diri untuk bertanya pada
beliau. ” Maaf, Bu. jika nama Ibu itu Maya, apa artinya Bu ? ” ” O..ooo,
itu, Maya artinya bayangan, bisa juga berarti khayalan, bisa juga
sesuatu yang tak tampak, tapi ternyata ada. Seperti halnya cita-citamu
yang kamu anggap mustahil ternyata suatu saat bisa kamu raih,
nah,,,khayalan kamu itu berupa sesuatu yang bersifat maya, ngerti khan ?
” Jawabnya serius. Aku hanya mengangguk-angguk saja sok tahu, sok
mengerti, sok seperti orang pintar.
Jika kuperhatikan, body Ibu
Maya seksi sekali, tubuhnya tidak telampau tinggi, tapi padat berisi,
langsing, pinggulnya seperti gitar sepanyol. Yang lebih gila, pantatnya
bahenol dan buah dadanya wah…wah…wah…puyeng aku melihatnya.
Dirumah
yang sebesar itu, hanya tinggal Ibu Maya, Suaminya, dan dua putrinya,
yakni Mira sebagai anak kedua, dan Yanti si bungsu yang masih duduk di
kelas III SMP, putrinya yang pertama sekolah mode di Perancis.
Pembantunya hanya satu, yakni Bi Irah, tapi seksinya juga luar biasa,
janda pula !
Ibu Maya memberi gaji bulanan sangat besar sekali,
dan jika difikir-fikir mustahil sekali. Setelah satu tahun aku bekerja,
sudah dua kali dia menaikkan gajiku, Katanya dia puas atas disiplin
kerjaku. Gaji pertama saja, lebih dari cukup untuk membayar uang
kuliahku. Aku mengambil kuliah di petang hari hingga malam hari disebuah
Universitas Swasta. Untuk satu bulan gaji saja, aku bisa untuk membayar
biaya kuliah empat semster, edan tenan….sekaligus enak…tenan….!!! dasar
rezeki, tak akan kemana larinya.
Masuk tahun kedua aku bekerja,
keakraban dengan Ibu Maya semakin terasa. Setelah pulang Fitness, dia
minta jalan-jalan dulu. Yang konyol, dia selalu duduk di depan,
disebelahku hingga terkadang aku jadi kagok menyetir, eh…lama lama
biasa.
Disuatu hari sepulang dari tempat Fitnes, Ibu Maya minta
diatar keluar kota. Seperti biasa dia pindah duduk ke depan. Dia tak
risih duduk disebelah supir pribadinya. Ketika tengah berjalan kendaraan
kami di jalan tol jagorawi, tiba-tiba Ibu maya menyuruh menepi
sebentar. Aku menepi, dan mesin mobil BMW itu kumatikan. Jantungku
berdebar, jangan-jangan ada kesalahan yang aku perbuat.
” Man,?,
kamu sudah punya pacar ? ” Tanyanya. ” Belum Bu ” Jawabku singkat. ”
Sama sekali belum pernah pacaran ?” ” Belum BU, eh…kalau pacar cinta
monyet sih pernah Bu, dulu di kampung sewaktu SMP” ” Berapa kali kamu
pacaran Man ? sering atau cuma iseng ?” tanyanya lagi. Aku terdiam
sejenak, kubuang jauh-jauh pandanganku kedepan. Tanganku masih memegang
setir mobil. Kutarik nafas dalam-dalam. ” Saya belum pernah pacaran
serius Bu, cuma sebatas cintanya anak yang sedang pancaroba” Jawabku
menyusul. ”
Bagus…bagus…kalau begitu, kamu anak yang baik dan
jujur ” ujarnya puas sambil menepuk nepuk bahuku. Aku sempat bingung,
kenapa Bu Maya pertanyaannya rada aneh ? terlalu pribadi lagi ? apakah
aku mau dijodohkan dengan salah seorang putrinya ? ach….enggak mungkin
rasanya, mustahil, mana mungkin dia mau punya menantu anak kampung
seprti aku ini ?!
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan
kepuncak, bahkan sampai jalan-jalan sekedar putar-putar saja di kota
Sukabumi. Aku heran bin heran, Bu Maya kok jalan-jalan hanya putar-putar
kota saja di Sukabumi, dan yang lebih heran lagi, Bu Maya hanya memakai
pakaian Fitness berupa celana training dan kaos olah raga. Setelah
sempat makan di rumah makan kecil di puncak, hari sudah mulai gelap dan
kami kembali meneruskan perjalanan ke Jakarta. Ditengah perjalanan di
jalan yang gelap gulita, Bu Maya minta untuk berbelok ke suatu tempat.
Aku menurut saja apa perintahnya.
Aku tak kenal daerah itu, yang
kutahu hanya berupa perkebunan luas dan sepi serta gelap gulita.
Ditengah kebun itu bu Maya minta aku berhenti dan mematikan mesin mobil.
Aku masih tak mengerti akan tingkah Bu Maya. Tiba-tiba saja tangan Bu
Maya menarik lengaku. ” Coba rebahkan kepalamu di pangkuanku Man ?”
Pintanya, aku menurut saja, karena masih belum mengerti. Astaga….setelah
aku merebahkan kepalaku di pangkuan Bu Maya dengan keadaan kepala
menghadap keatas, kaki menjulur keluar pintu, Bu Maya menarik kaosnya
ketas.
Wow…samar-samar kulihat buah dadanya yang besar dan montok.
Buah dada itu didekatkan ke wajahku. Lalu dia berkata ” Cium Man
Cium…isaplah, mainkan sayang …?” Pintanya. Baru aku mengerti, Bu Maya
mengajak aku ketempat ini sekedar melampiaskan nafsunya. Sebagai
laki-laki normal, karuan saja aku bereaksi, kejantananku hidup dan
bergairah. Siapa nolak diajak kencan dengan wanita cantik dna seksi
seperti Bu Maya.
Kupegangi tetek Bu Maya yang montok itu, kujilati
putingnya dan kuisap-isap. Tampak nafas Bu Maya ter engah-engah tak
karuan, menandakan nafsu biarahinya sedang naik. Aku masih mengisap dan
menjilati teteknya. Lalu bu Maya minta agar aku bangun sebentar. Dia
melorotkan celana trainingnya hingga kebawah kaki. Bagian bawah tubuh Bu
Maya tampak bugil. Samar-samar oleh sinar bulan di kegelapan itu. ”
Jilat Man jilatlah, aku nafsu sekali, jilat sayang ” Pinta Bu Maya agar
aku menjilati memeknya. Oh….memek itu besar sekali, menjendol seperti
kura-kura. tampaknya dia sedang birahi sekali, seperti puting teteknya
yang ereksi. Aku menurut saja, seperti sudah terhipnotis.
Memek Bu
Maya wangi sekali, mungkin sewaktu di restauran tadi dia membersihkan
kelaminnya dan memberi wewangian. Sebab dia sempat ke toilet untuk waktu
yang lumayang lama. Mungkin disana dia membersihkan diri. Dia tadi ke
tolilet membawa serta tas pribadinya. Dan disana pula dia mengadakan
persiapan untuk menggempur aku. Kujilati liang kemaluan itu, tapi Bu
Maya tak puas. Disuruhnya aku keluar mobil dan disusul olehnya.
Bu
Maya membuka bagasi mobil dan mengambil kain semacam karpet kecil lalu
dibentangkan diatas rerumputan. Dia merebahkan tubuhnya diatas kain itu
dan merentangnya kakinya. ” Ayo Man, lakukan, hanya ada kita berdua
disini, jangan sia-siakan kesempatan ini Man, aku sayang kamu Man ”
katanya setengah berbisik, Aku tak menjawab, aku hanya melakukan
perintahnya, dan sedikit bicara banyak kerja. Ku buka semua pakaianku,
lalu ku tindih tubuh Bu Maya.
Dipeluknya aku, dirogohnya alat
kelaminku dan dimasukkan kedalam memeknya. Kami bersetubuh ditengah
kebun gelap itu dalam suasana malam yang remang-remang oleh sinar
gemintang di langit. Aku menggenjot memek Bu Maya sekuat mungkin. ”
jangan keluar dulu ya ? saya belum puas ” Pintanya mesra. Aku diam saja,
aku masih melakukan adegan mengocok dengan gerakan penis keluar masuk
lubang memek Bu Maya. Nikmat sekali memek ini, pikirku. Bu Maya pindah
posisi , dia diatas, dan bukan main permainannya, goyangnya.
”
Remas tetekku Man, remaslah….yang kencang ya ?” Pintanya. Aku
meremasnya. ” Cium bibirku Man..cium ? Aku mencium bibir indah itu dan
kuisap lidahnya dalam-dalam, nikmat sekali, sesekali dia mengerang
kenikmatan. ” Sekarang isap tetekku,
teruskan…terus…..Oh….Ohhhh…..Man…Leman…Ohhh…aku keluar Man….aku kalah”
Dia mencubiti pinggulku, sesekali tawanya genit. ” kamu curang….aku
kalah” ujarnya. ” Sekarang gilirang kamu Man….keluarkan sebanyak mungkin
ya? ” pintanya. ” Saya sudah keluar dari tadi Bu, tapi saya tetap
bertahan, takut Ibu marah nanti ” Jawabku. ” Oh Ya?…gila..kuat amat kamu
?!” balas Bu Maya sambul mencubit pipiku.
” Kenapa Ibu suka main
di tempat begini gelap ?” ” Aku suka alam terbuka, di alam terbuka aku
bergairah sekali. Kita akan lebih sering mencari tempat seperti alam
terbuka. Minggu depan kita naik kapal pesiarku, kita main diatas kapal
pesiar di tengah ombak bergulung. Atau kita main di pinggir sungai yang
sepi, ah… terserah kemana kamu mau ya Man ?”
Selesai main, setelah
kami membersihkan alat vital hanya dengan kertas tisue dan air yang
kami ambil dari jiregen di bagasi mobil, kami istirahat. Bu Maya yang
sekarang tidur di pangkuanku. Kami ngobrol panjang lebar, ngalor ngidul.
Setelah sekian lama istirahat, kontolku berdiri lagi, dan dirasakan
oleh kepala Bu maya yang menyentuh batang kejantananku. Tak banyak
komentar celanaku dibukanya, dan aku dalam sekejap sudah bugil.
Disuruhnya aku tidur dengan kaki merentang, lalu Bu Maya membuka celana
trainingnya yang tanpa celana dalam itu.
Bu Maya mengocok-ngocok
penisku, diurutnya seperti gerakan tukang pjit mengurut tubuh pasiennya.
Gerakan tangan Bu Maya mengurut naik-turun. Karuan saja penisku semakin
membesar dan membesar. Diisapnya penisku yang sudah ereksi besar
sekali, dimainkannya lidah Bu Maya di ujung penisku. Setelah itu, Bu
Maya menempelkan buah dadanya yang besar itu di penisku. Dijepitkannya
penisku kedalam tetek besar itu, lalu di goyang-goyang seperti gerakan
mengocok. ” Giaman Man ? enah anggak ? ” ” Enak Bu, awas lho nanti
muncrat Bu” jawabku.. ” Enggak apa, ayo keluarkan, nanti kujilati
pejuhmu, aku mau kok ?!” . Bu Maya masih giat bekerja giat, dia berusaha
untuk memuaskan aku.
Tak lama kemudian, Bu Maya naik keposisi
atas dan seperti menduduki penisku, tapi lobang memeknya dimasuki
penisku. Digoyang terus…hingga aku merasakan nimkat yang luar biasa.
Tiba -tiba Bu Maya terdiam, berhenti bekerja, lalu berkata :” Rasakan ya
Man ? pasti kamu bakal ketagihan ” Aku membisu saja. dan ternyata
Ohh….memek Bu Maya bisa melakukan gerakan empot-empot, menyedot-nyedot
dan mengurut-urut batang kontolku dari bagian kepala hingga ke bagian
batang bawah, Oh….nikmat sekali, ini yang namanya empot ayam, luar biasa
kepiawaian Bu Maya dalam bidang oleh seksual. ” Enak sayang ?”
tanyanya. Belum sempat aku menjawab, yah….aku keluar, air maniku
berhamburan tumpah ditengah liang kemaluan Bu Maya.
” Itu yang
namanya empot-empot Man, itulah gunanya senam sex, berarti aku sukses
latihan senam sex selama ini ” Katanya bangga. ” Sekarang kamu puasin
aku ya ? ” Kata Bu Maya seraya mengambil posisi nungging. Ku tancapkan
lagi kontolku yang masih ereksi kedalam memek bu Maya, Ku genjot terus. ”
Yang dalam man…yang dalam ya..teruskan sayang…? oh….enak sekali
penismu…..oh….terus sayang ?!” Pinta Bu Maya. Aku masih memuaskan Bu
Maya, aku tak mau kalah, kujilati pula lubang memeknya, duburnya dan
seluruh tubuhnya. Ternyata Bu Maya orgasme setelah aku menjlati seluruh
tubuhnya. ” kamu pintar sekali Man ? belajar dimana ? ” ” Tidak bu,
refleks saja” Jawabku.
Sebelum kami meninggalkan tempat itu, Bu
Maya masih sempat minta satu adegan lagi. Tapi kali ini hanya sedikit
melorotkan celana trainingnya saja. demikian pula aku, hanya membuka
bagian penis saja. Bu Maya minta aku melakukanya di dalam mobil, tapi
ruangannya sempit sekali. Dengan susah payang kami melakukannya dan
akhirnya toh juga mengambil posisinya berdiri dengan tubuh Bu Maya
disandarkan di mobil sambil meng-angkat sedikit kaki kanannya.
Sejak
saat malam pertama kami itu, aku dan Bu Maya sering bepergian keluar
kota, ke pulau seribu, ke pinggir pantai, ke semak-semak di sebuah desa
terpencil, yah pokoknya dia cari tempat-tempat yang aneh-aneh. Tak
kusadari kalau aku sebenarnya menjadi gigolonya Bu Maya. Dan beliaupun
semakin sayang padaku, uang mengalir terus ke kocekku, tanpa pernah aku
meminta bayaran. Dia menyanggupi untuk membiayai kuliah hingga tamat,
asal aku tetap selalu besama Bu Maya yang cantik itu. END
Comments
Post a Comment