Agen Joker123 Online - Menikmati 2 Wanita Cantik Pulang Dari Diskotik
Agen Joker123 Online - Menikmati 2 Wanita Cantik Pulang Dari Diskotik - Cerita seks ini bermula kurang lebih 1 tahun yang lalu. Aku memiliki
sebuah bengkel dan dengan kepandaianku mengelola saat itu aku telah
memiliki banyak pelanggan di bengkelku. Kebanyakan dari mereka adalah
para karyawan yang bekerja di wilayah perkantoran itu. Salah satunya
sebut saja Mbak Santi, usianya 35 tahun. Ia adalah seorang manager di
suatu perusahaan.
Agen Joker123 Online - Wajahnya cukup menarik, dengan kulit putih bersih.
Tubuhnya sangat seksi, padat, dan berisi. Yang menjadi pusat perhatianku
adalah payudaranya. Bentuknya besar, tapi terlihat serasi dengan postur
tubuhnya. Aku sering membayangkan jika suatu saat dapat merasakan
halusnya kulit dadanya dan meremas bahkan mengulum putingnya susunya.
Malam
itu saya sedang menunggu Taxi mau pulang, karena mobil yang biasa saya
pakai, dipakai istri saya ke rumah orangtuanya. Saya baru saja selesai
menutup bengkel. Sekitar 10 menit saya menunggu, datang mobil sedan
menghampiriku, lalu kaca mobil itu terbuka, dan kulihat Mbak Santi di
dalam mobil mewah itu memanggilku, dia pun bertanya
“Mau kemana An..? kok sendirian, mau saya antar nggak?”
Tanpa basa-basi saya lalu memasuki mobil mewah itu, kemudian kita
mengobrol di dalam mobil. Singkat kata Mbak Santi mengajakku ke
diskotik, waktu itu malam minggu.
Sesampainya di diskotik. Kami mencari table yang kosong dan strategis di pojok tapi bisa melihat floor dance.
“Saya sedang pesan lagi satu untuk kita berdua,” kata Mbak Santi.
Untuk “on”, saya memang butuh dorongan inex, tapi cukup setengah,
sementara satu setengahnya lagi untuk Mbak Santi. Ternyata takaran satu
setengah baru cukup untuk Mbak Santi. Ternyata Mbak Santi suka triping.
Pesanan
tak lama datang. Kubayar bill-nya. Ditanganku ada dua butir pil inex,
yang satu saya bagi dua. Mbak Santi segera menelan satu setengah, dan
sisanya untuk ku. Setelah 15 menit, Mbak Santi terlihat semakin on. Maka
kami berjoget, menari-nari, dan berteriak gembira di dalam diskotik
yang penuh dengan orang yang sama-sama triping.
Saat saya berdiri
dan melihat Mbak Santi “ON” berjoget dengan erotisnya, tak lama kemudian
Mbak Santi menghampiri dan merapatkan tubuhnya yang mulus itu ke
depanku. Ia mengenakan t-shirt putih dan celana warna gelap. Dalam
keremangan dan kilatan lampu diskotik, ia nampak manis dan anggun. Saya
kembali menyibukkan diri dengan bergoyang dan memeluk belakang tubuhnya.
Sesekali tangan ku dengan nakal meremas dada Mbak Santi yang masih
tertutup kemeja, Tanganku kian nakal mencoba berkelana dibalik kemejanya
dan meremas ke dua gunung kembarnya yang masih terbalut BH. Tanganku
akhirnya dapat merasakan halus dari payudara Mbak Santi, jari-jari ku
mencari-cari puting payudara Mbak Santi dengan menyusup ke dalam BH Mbak
Santi. Saya remas dada Mbak Santi dengan perasaan, lalu tanganku
bergerak ke punggung Mbak Santi berusaha membuka pengait bra itu, aku
sudah berhasil melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan
kananku membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan
kiriku masih tetap mendekapnya dan mulutku pun menciumi leher jenjang
itu, sambil tanganku memainkan puncak puting susu itu hingga memerah
akibat remasan tanganku.
Sementara Mbak Santi hanya memejamkan
matanya meresapi setiap jamahan tangan dan terus bergoyang mengikuti
irama, saya terus mengelus dadanya sehingga membuat Mbak Santi dari
gerakan tubuhnya Mbak Santi memang kelihatan ingin sekali dipuasi,
terlihat dari pantatnya yang montok dan masih terbalut rok, terus
merapat ke ke belakang. “Kamu sudah on berat ya?” katanya. Saya
tersenyum, kupeluk tubuhnya dan kucium pipinya.
Pada pukul 02.00 pagi, DJ mengumumkan diskotik akan terus buka sampai pukul 05.00.
Pengunjung bersorak-sorai riang gembira. Tapi Mbak Santi kelihatannya sudah mulai “Droop”.
“Sayang saya sudah lelah,” keluh Mbak Santi.
“Ah, masa lelah, sayang,” ucapku sambil terus memeluk erat dan menciumi leher belakangnya.
“Sayang.. kita pulang yuk..,” katanya. “Saya ingin istirahat”.
“Pulang ke mana?” tanyaku.
“Ke mana aja” jawabnya. Saya baru mengerti, bahwa dia ingin lanjut ke tempat tidur.
“Saya sebenarnya sudah booking kamar di hotel dekat sini” ujarnya.
“Kalau begitu. kita ke sana”
“Tapi tunggu, saya mau bilang temen dulu yang lagi digaet cowok di pojok sana,” katanya.
Tepat
pukul 02:30 dini hari kami keluar dari diskotik tersebut dengan rasa
puas dan senang terus kami menuju ke hotel. Sesampainya kami dikamar
Mbak Santi langsung berjoget lagi kali ini tanpa musik tapi dia yang
bernyanyi dan sembari melucuti pakaiannya pas seperti orang sedang
menari striptis, saya hanya melihat dan duduk disebuah kursi sofa yang
ada tepat didepan jendela.
Sambil menari dan melucuti pakaiannya
Mbak Santi menghampiri saya dan segera jongkok didepan saya sambil
membuka resleting celana saya, saya hanya memperhatikan apa yang akan
dilakukannya, “Wowww.. besar dan kencang sekali.. buat Santi ya..”
Kemudian Mbak Santi mengulum penisku yang menegang sejak tadi.
“Ooogghh.. sshh.. enak sekali San..”, ucapku.
Dia mengeluarkan penis saya yang sudah setengah tegang dan langsung
diisapnya dalam-dalam. Jago memang Mbak Santi dalam memainkan isapannya,
sambil mengisap lidahnya terus menari dan meliuk diteruskan ke buah
zakar saya, setelah 10 menit naik dan turun dia isap dan jilatin penis
saya, Mbak Santi melemparkan tubuhnya ke atas kasur, dan jatuh
telentang. Langsung saya menyergapnya, dan kami bercumbu dengan dorongan
nafsu sangat tinggi karena pengaruh inex.
Kami berciuman, beradu
lidah dan bergantian mengisapnya. Kuciumi pipinya, matanya, keningnya,
dagunya. Kujilati daun telingaya, dan kusodok-sodok lubang telinganya
dengan lidahku.
Tanganku tak diam. Mengelus dan meremas rambutnya, menyusuri leher dan
belahan dadanya. Kuusuap-usap perutnya, punggungnya, dan bokongnya.
Kubekap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus nan rimbun. Jari manis dan
telunjukku merenggangkan pinggiran vagina Rani. lalu jari tengahku
mengorek-ngorek klitorisnya dengan penuh perasaan.
“Ooh.. sshh.. aahh..!” desah Mbak Santi.
“Sayang..,” dengusku sambil terus mencumbunya.
Aku menarik tanganku dari vagina Mbak Santi. Kini kedua tanganku
mengelus-elus pinggiran payudaranya. Berputar sampai akhirnya meremas
bagian putingnya. Akhirnya anganku tercapai.
“Oooh.. terus.. say..!” desah Mbak Santi lagi.
Saya jilati pinggiran buah dadanya, lalu menghisap putingnya.
“Oohh.. sayang..!” Mbak Santi merintih nikmat. Mbak Santi bangkit dan
mendorong aku supaya telentang. Ia melakukan cumbuan meniru caraku. Ia
pun membekuk penisku dan mengelusnya dengan tekanan yang membangkitkan
birahi. Mbak Santi memutarkan badan di atas tubuhku yang telentang. Ia
menciumi dan menjilati penisku sementara vaginanya disumpalkan ke
mulutku.
Akhirnya Mbak Santi menjatuhkan diri ke tempat tidur dan
menarik tanganku. Sementara buah dadanya kian kencang. Putingnya kian
memerah. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat sudah membasahi sekujur
tubuhnya. Seperti keringatku. Juga nafasku. Juga si nagaku yang sudah
meronta. Dia sepertinya bingung ketika kuambil dua bantal. Dengan lembut
kuangkat tubuhnya, lalu bantal itu kuletakkan di bawah pantatnya.
Menyangga tubuh bagian bawahnya. Membuat pahanya yang putih mulus kian
menantang. Terlebih ketika bukit venus dengan bulu-bulu halusnya
menyembul ke atas. Membuat magmaku terasa mau meledak. Dia mengerang
saat lidahku kemudian jemariku mengelus-elus bulu-bulu itu. Dia menjerit
saat kucoba menguak kemaluannya dengan jari telun-jukku. Otot pahanya
meregang saat kuhisap clitorisnya.
“Masukkan penismu, cepat sayang,” rintihnya.
“Aahh..!” rintihan kenikmatannya kali ini terdengar nyaris seperti
jeritan. Aku jongkok di pinggir tempat tidur, kutarik kaki Mbak Santi
sampai bokongnya berada di tepi ranjang. Kusingkap selangkangannya, dan
kulumat vaginanya yang sudah becek.
Kubalikkan tubuhnya, kujilati bokongnya sambil sesekali setengah menggigitnya. Kukorek-korek anusnya dengan jari tengahku.
“Ouuwww.. ooh.. sshh.. sayang, cepet masukan!” katanya memelas-melas.
Semakin Mbak Santi memanas birahi, aku semakin terus mempermainkannya
dan belum mau melakukan penetrasi. Aku melihat Mbak Santi sampai
meneteskan air mata menahan orgasme.
Dipegangnya penisku yang
sudah membesar ini. Dia bimbing dan penisku terasa menyentuh bibir
kemaluannya. Dia melepaskan pegangannya. Kudorong sedikit. Dia menjerit.
Kutahan nafas. Lalu kutekan lagi. Dia memekik. Pada dorongan kesekian
kalinya sasaran lepas lagi. Dia terengah-engah. Aku mengambil posisi.
Duduk setengah jongkok, kedua kakinya kutarik. Membuat jepitan atas
tubuhku. Kuarahkan penisku ke lubang yang basah dan menganga itu. Ketika
kudorong dia meremas rambutku kuat-kuat. Kutekan. Dan kutekan terus.
Tak memperdulikan rintihannya. Kedua kakinya meregang ototnya. Dengan
penuh keyakinan kutambah tenaga doronganku. Pertama terasa gemeretaknya
tulang. Kemudian terasa sesuatu yang plong. Membuat dia menjerit,
merintih keras,
“Acchh.. sshh..”
Ketika kupacu dia dengan irama yang lambat dia
mengerang, menjerit, merintih terus. Kuubah posisi. Kini kedua tanganku
berada di belakang punggungnya. Membuat kaitan diantara ketiaknya. Dia
meremas rambutku seiring dengan naik turunnya tubuhku. Kukunya
mencengkram punggungku ketika kukayuh pantatku penuh irama. Naik dan
turun. Tarik dan dorong. Rintihan dan jeritannya seakan tak kupedulikan.
Aku berhenti di tengah jalan. Dia meronta. Membuka matanya. Dengan
wajah kuyu. Dari keringat kami yang menyatu. Tanpa diduga, dia mulai
mengikuti irama permainanku. Dengan menahan rasa sakit dia menggerakkan
pinggulnya. Memutar dan memutar. Sesekali menyentak tubuhku yang di
atasnya.
Tak lama kemudian Mbak Santi merubah posisi menduduki pahaku, memegang penisku dan dimasukkannya pelan ke vaginanya.
“Uppss.. ooh..” rasanya nikmat sekali penisku didalam vaginanya. Mbak Santi terus bergoyang naik turun.
“Ahh.. enak..”erangku.
Mbak Santi terus bergoyang sambil menjerit kecil. Dadanya yang naik
turun langsung kuremas. Lalu kubalikkan posisinya kebawah.Dan aku
gantian memompanya dari atas. Aku terus memompa sampai akhirnya dia
mengerang panjang. Otot vaginanya berkontraksi meremas penisku
“Oghh.. saya sudah keluar sayang..” erang Mbak Santi.
Tiba-tiba, pintu kamar ada yang mengetuk.
“San.. San!” suara perempuan.
Aku kaget dan sempat terhenti mencumbu Mbak Santi.
“Teruskan, sayang..! Itu temanku, biarkan saja,” kata Mbak Santi.
“San..!” pintu diketuk lagi diikuti suara panggilan.
“Masuk aja, Lin, enggak dikunci, kok” ujar Mbak Santi.
“Huuss..!! Kita lagi nanggung dan bugil begini masa temenmu disuruh masuk..?” sergahku.
“Engga apa-apa, cuek aja..” kata Mbak Santi enteng sambil tersenyum manis.
“Wah, rupanya lagi pada asyik nih,” kata Lina begitu membukakan pintu dan masuk ke dalam kamar.
Aku masih dalam posisi jongkok dan penisku masih di dalam vagina Mbak Santi, dan hanya menyeringai melihat kedatangan Lina.
“Mana cowokmu tadi?” tanya Mbak Santi.
“Tahu kamu pulang ke hotel bawa cowok, yah aku dibawa ke hotel lain” sahut Lina.
Aku masih bengong mendengar percakapan dua cewek cantik itu. Tiba-tiba
tangan Mbak Santi menarik tanganku yang tersampir di pahanya.
“Ayo sayang goyangin penismu, jangan kalah sama Lina” desak Mbak Santi.
Aku
berdiri dan mengangkat tubuh Mbak Santi ke tengah tempat tidur. Penisku
yang sudah tegang dari tadi, segera saya tembakkan lagi ke dalam lubang
vagina Mbak Santi yang sudah tidak perawan tapi masih terasa lengket.
Kami sama-sama merasakan kehangatan yang nikmat.
“Yang dalam.. cepat.. ah.., enak..” pinta Mbak Santi. Aku pompakan penisku dengan penuh gairah.
Sementara
Lina pergi ke kamar mandi dan mengurung diri disana. Mungkin berendam
di bathtub. Pengaruh inex membuat daya tahan persenggamaanku dengan Mbak
Santi cukup lama. Berbagai gaya kami lakukan. Mbak Santi beberapa kali
mengerang dan menggigit pundakku saat mencapai orgasme. Sementara
penisku masih anteng dan melesak-lesak ke dalam vagina Mbak Santi.
“Aduh.. capek, sayang..!” rintih Mbak Santi.
“Istirahat dulu.. yah..?”
“Sabar, dong, say. Aku sangat menikmati hangatnya vaginamu,” rayuku.
Mbak
Santi lantas menggelepar pasrah, tidak kuasa lagi menggerak-gerakkan
tubuhnya yang lagi kugarap. Matanya terpejam. Aku semakin terangsang
melihatnya tak berdaya. Kami sudah bermandikan keringat. Tapi penisku
masih tegang, belum mau memuntahkan sperma. Akhirnya aku kasihan juga
sama Mbak Santi yang sudah keletihan dan nampak tertidur meski aku masih
menggagahinya.
Aku mendengar bunyi keciprak-kecipruk di kamar
mandi. Spontan aku bangkit dan melepas penisku dari vagina Mbak Santi.
Dengan langkah pelan supaya tidak membangunkan Mbak Santi dari tidurnya,
aku berjalan dan perlahan membuka pintu kamar mandi. Benar saja Lina
sedang berendam di bathtup dengan tubuh bugil. Ia nampak sedang
menikmati kehangatan air yang merendamnya. Kepalanya bersender pada
ujung bathtub. Aku menghampirinya dengan penis yang masih tegang.
Mata lina terbuka dan kaget melihatku berdiri di sisi bathtup, menghadap ke arahnya.
“Mana Santi?” tanyanya setengah berbisik sambil matanya turun naik melihat ke arah muka dan penisku yang ngaceng.
“Dia tidur.. jangan berisik,” kataku sambil naik ke dalam bathtup dan
langsung menindih tubuh Lina yang sintal dan pasrah. Kami bergumul dalam
cumbuan yang hot.
“Lin kamu diatas yah.. ” Sekarang posisiku ada
di bawah, dia segera naik keatas perutku dan dengan segera di pegangnya
penisku sambil diarahkan kevaginanya, kulihat vaginanya indah sekali,
dengan bulu-bulu pendek yang menbuat rasa gatal dan enak waktu
bergesekan dengan vaginanya. “Aaawww.. enak banget vagina kamu Lin..”
“Enak kan mana sama punya Santi..?”
Katanya sambil memutar pantatnya yang bahenol. Rasanya penisku mau patah
ketika diputar didalam vaginanya dengan berputar makin lama makin
cepat.
“Ah.. Lin.. enak banget ah..” Aku pun bangun sambil mulutku mencari pentil susunya, segera kukemut dan kuhisap.
“Ton.. saya mau keluar..”
“Rasanya mentok.. ah..”
Memang dengan posisi ini terasa sekali ujung batangku menyentuh peranakannya.
“Ah.. ah.. eh..” suaranya setiap kali aku menyodok vaginanya.
Kugenjot vaginanya dengan cepat. Dia seperti kesurupan setiap dia naik turun diatas batangku yang dijepit erat vaginanya,
“Lin mau keluar..”
Kupeluk erat dia sambil melumat putingnya. Kupompa vaginanya sampai kami
tak sadar mengeluarkan desahaan dan rintihan birahi yang sampai
membangunkan Mbak Santi. Mbak Santi tiba-tiba berdiri di pintu kamar
mandi dengan tubuh bugil dan matanya menatap aku dan Lina yang lagi
bersetubuh.
“Gitu yah, enggak puas dengan aku kamu dengan Lina,” hardik Mbak Santi dengan nada manja, pura-pura marah.
Eh, malah Mbak Santi kini ikut naik ke dalam bathtup.
“San, ayo gantian, aku sudah dua kali dibikin keluar, sampai lemes rasanya. Cowokmu ini terlalu perkasa,” kata Lina.
“Ayo sayang, sekarang aku akan membuat penismu muntah,” kata Mbak Santi.
Segera
Mbak Santi hampiri saya di dalam bath yang penuh dengan air, ditonton
Lina yang duduk di ujung bathtup sambil membasuh vaginanya, dan pahanya
menjadi sandaran kepala Mbak Santi. Kusuruh dia nungging, maka
terlihatlah lubang vaginanya yang basah dan berwarna merah, kuarahkan
kepala penisku ke lubang tempiknya secara perlahan-lahan. Kutekan
penisku lebih dalam lagi, dia menggoyangkan pantatnya sambil menahan
sakit. Terdengar suara kecroot, kecroot bila kutarik dan kumasukan
penisku di lubang vaginanya, karena suara air kali ya.
Mbak Santi
semakin histeris, sambil memegang pinggiran Bath Tub dia goyangkan
pinggulnya semakin cepat dan suara kecrat, kecroot semakin keras. Tak
lama kemudian.
“Aduh say aku nggak tahan lagi ingin keluar..”.
“Aduh sayang.. terus..”
Mbak Santi terkulai lemas dan vaginanya kurasakan semakin licin,
sehingga pahaku basah oleh cairan vaginanya yang keluar sangat banyak.
Sebenarnya aku juga sudah nggak tahan ingin keluar, apalagi mendengar
desahan-desahan yang erotis pada saat Mbak Santi akan orgasme.
“Aduh, sayang, aku kalah lagi nih, sudah mau orgasme!”
Cairan hangat terasa masih mengalir dari dalam vagina Mbak Santi. Aku
masih terus menggenjot vaginanya. Wajah Mbak Santi terlihat pucat karena
sudah keseringan orgasme. Melihat wajah cantik yang melemah itu,
genjotanku dipercepat.
“Sayang, saya mau keluar nich..”
“Keluarkan di dalam aja sayang, kita keluarin bersamaan, Santi juga mau keluar.”
Dan
Akhirnya spermaku mendesir ke batang jakar dan aku mencapai orgasme
yang diikuti pula dengan orgasme Mbak Santi. Air maniku keluar dengan
derasnya ke dalam vagina Mbak Santi dan Mbak Santi pun menikmatinya.
“Akhirnya saya berhasil membuatmu mencapai puncak kenikmatan sayang,”
kata Mbak Santi sambil memeluk dan menciumi bibirku. Terasa nikmat,
licin, geli bercampur jadi satu menjadi sensasi yang membuatku
ketagihan. Kami bertahan pada posisi itu sampai kami sama-sama
melepaskan air mani kami.
“Lin.. emut penisku sayang” kataku lalu
mencabut penisku dari vaginanya Mbak Santi. Lalu Lina melumat 1/2
penisku hingga pejuhku habis keluar.
“Mhh.. ah.. enak sekali pejuhmu” katanya sambil mengocok ngocok penisku mencari sisa air pejuhku.
“Tapi sebentar lagi nagaku akan bangun lagi lho. Lihat, sudah mulai menggeliat!” kataku, menggoda.
“Hhhaah..?” Mbak Santi dan Lina terkesiap bersamaan kompak.
Kemudian
aku segera keluar dari bathtup mendekati Lina dan menyuruhnya
membelakangiku. Dari belakang saya mengarahkan penisku ke vaginanya yang
sudah basah lagi karena nafsu melihat saya dan Mbak Santi.
Sleepp.. bless..
Aku langsung memasukkan penisku terburu buru, karena sempit waktu membuat kesakitan Lina.
“Aduuh pelan pelan dong Say.., Lina sakit nih” katanya agak merintih.
“Sorry Sayang aku terlalu nafsu nih” kataku lalu tanganku menyambar
susunya yang menggelantung indah. Lalu aku mulai memaju-mundurkan
pantatku sambil tanganku berpegangan pada susunya dan meremasnya.
“Shh.. ahh.. shh..” kata Lina setengah merintih kenikmatan.
“Lin.. vaginamu sempit.. nikmat Lin..” teriakku mengiringi kenikmatanku
pada kemaluan kami. Sleep.. bles.. cplok.. cplok.. irama persetubuhan
kami sungguh indah hingga aku ketagihan.
Kami melakukan posisi nungging itu lama sekali hingga kami sama-sama sampai hampir bersamaan.
“Shh.. ahh.. say, Lina sampai nih” katanya sambil kepalanya mendongak kebelakang.
“Iya Lina sayang, saya juga sampai nih, didalam yah say..” kataku lalu menghunjamkan penisku dalam dalam divagina Lina.
Seerr.. croot..croot kami keluar hampir bersamaan lalu aku mencabut penisku dari vagina Lina.
penisku terlihat basah dari air mani kami dan air kenikmatan Lina.
“Ugh.. say enak banget..” katanya.
Lalu kami duduk beristirahat ditepian sisi kamar mandi sambil menunggu sisa kenikmatan yang tadi kami lalui. END
Comments
Post a Comment