Agen Joker123 Terbaik - Ngintip Istriku Selingkuh Lagi Dientot Tetangga
Agen Joker123 Terbaik - Ngintip Istriku Selingkuh Lagi Dientot Tetangga - Perbuatan mesum yang dilakukan istriku ini terjadi ketika pesta
agustus HUT RI di desaku. Pesta 17 Agustus kemarin memang sunguh sukses
di kampungku. Namun bagiku kegiatan itu justru meninggalkan luka dan
kenangan pahit mendalam yang tak pernah kuharapkan.
Agen Joker123 Terbaik - Aku tak menyangka
istriku benar benar melakuan perselingkuhan hubungan seks dengan
tetanggaku. Perbuatan tak senonoh yang dilakukan istriku membuat diriku
menjadi naik pitam. Dari pada aku makin marah lebih baik langsung saja
ke cerita yang dialami oleh istriku yang berselingkuh dengan orang lain.
Hari
itu panitia yang telah berusaha menggembirakan warganya pada acara
agutusan, aku berpartisipasi mengikuti lomba catur yang diselenggarakan
oleh pantia tersebut. Lumayanlah untuk memperebutkan Piala Lurah. Dan
sebagai pecatur yang banyak pengalaman aku yakin bahwa Piala Pak Lurah
akan menambah koleksi pialaku di rumah.
Pada malam final aku
dipertemukan dengan jagoan catur RW lain dengan dihadiri Pak Lurah
sendiri yang membuka acaranya. Dengan disaksikan para tetangga dekat
maupun jauh pada sekitar jam 8 malam aku telah duduk semeja menghadapi
papan catur dengan lawanku. Diperkirakan pertandingan final ini akan
berlangsung sedikitnya 2 jam sejak dimulai.
Waktu merangkak
semakin malam. Udara Jonggol yang cukup berangin memberikan kesejukan
yang nyaman. Aku bayangkan alangkah nikmatnya tidur dengan udara sejuk
macam begini sesudah beberapa malam kurang tidur dalam upaya
memperebutkan malam final ini.
Tiba-tiba, belum juga 1 jam
pertandingan berlangsung, aku diserang perut mulas dan harus ke belakang
buang air. Kepada panitia aku memberi tahu dan minta ijin untuk pulang.
Sesudah berunding dengan pemain lawanku, akhirnya aku setengah berlari
pulang untuk buang air. Aku pikir salah makan apa hari ini.
Sesampai
di depan rumah kulihat pintu rumahku telah tertutup dan lampu ruang
depan nampak telah dimatikan. Kemungkinan istriku telah tidur atau sibuk
nonton TV di ruang belakang. Namun aku yang memang siap pulang malam
telah membawa kunci cadangan agar tidak perlu membangunkan istriku.
Saat
aku hendak memasukkan kunci ke lubangnya aku terhenti. Jantungku
berdegup kencang. Kulihat di lantai depan pintu kok ada sandal yang
sangat aku kenali. Sandal itu milik Pakde Yatno tetangga sebelahku. Kami
panggil Pakde karena usianya yang cukup jauh di atas kami. Lebih dari
50 tahunan.
Kami memang akrab bertetangga dan sering saling
bertandang, Tetapi bukan malam-malam macam sekarang ini, apalagi saat
aku tidak berada di rumah. Aku langsung khawatir dan cemas. Ada apa
Pakde Yatno bertandang ke rumahku malam-malam begini? Dan dimana istriku
? Apa yang mereka lakukan berdua di dalam rumahku ?
Aneh, sakit
perutku langsung lenyap. Aku penasaran dan aku tunda untuk tidak
memasuki rumah. Aku akan ke jendela samping. Ada 2 jendela di samping
rumahku. Dari lubang angin diatas jendela pertama aku bisa melihat ruang
keluarga dimana istriku biasanya menghabiskan waktunya di depan TV. Dan
dari jendela yang kedua aku bisa melihat kamar tidurku.
Aku
mengendap-endap dirumahku sendiri menuju jendela pertama. Dengan bangku
plastik yang selalu ada disana aku naik mengintip lubang anginnya. Ah..
Tak nampak orang disana. Aku mulai curiga. Kalau bertamu kenapa tidak di
ruang tamu. Pelan-pelan aku turun dan pindah ke jendela ke dua.
Belum juga aku naik aku mendengar suara orang ngomong,
“Paling
Mas Bas baru pulang nanti sekitar jam 11 malam. Kalau menang khan harus
menunggu upacara penyerahan piala dulu,” itu jelas suara Indri istriku.
Aku heran kenapa yang semestinya merindukan aku agar cepat pulang
malahan mensyukuri aku lambat pulang.
“Hhmm..” sebuah jawaban yang
sangat berwibawa. Tanpa kata namun penuh makna. Suara berat macam itu
siapa lagi kalau bukan suara Pakde Yatno. Aku penasaran. Dengan bangku
plastik itu aku melongok ke kamar tidurku.
Seperti Saddam Husein
yang kena roket pasukan Sekutu aku hampir jatuh telentang saat
menyaksikan apa yang telah kusaksikan. Di atas ranjang pengantinku dua
orang yang aku cari ini sedang berasyik masyuk, melepaskan hasrat
syahwat birahinya. Seperti penampilan hari-harinya Pakde Yatno hanya
bersarung dengan kaos singletnya. Perutnya yang buncit tak bisa
disembunyikan. Sementara istriku Indri telah setengah bugil. Hanya
celana dalam dan BH-nya yang tinggal.
Dengan menindih tubuh Indri, mulut Pakde Yatno nyosor mengenyot-enyoti teteknya. Pantesan dia tak bisa ngomong.
“Sarung
dan kaos singletnya dibuka dulu Pakde, nanti lecek,” istriku
mengeluarkan omongan lagi sambil tangannya meraih menarik lepas sarung
dan singlet Pakde Yatno. Kini Pakde sepenuhnya telanjang dan istriku
tinggal bercelana dalam dan kutang saja.
Dengan perut buncitnya
Pakde memeluki istriku dari belakangnya. Nampaknya Pakde suka nembak
perempuan dari arah belakangnya. Tangan dan kakinya yang berbulu cukup
lebat memeluk tubuh istriku. Bibirnya nyosor terus ke kuduk, ketiak dan
buah dadanya. Tampak olehku puting susu Indri yang berwarna merah
kecoklatan itu sudah berdiri tegak mengacung dengan pongahnya menandakan
sudah sangat terangsangnya birahi Indri. Indriku nampak begitu
menikmati dan larut dalam ulah Pakde Yatno ini. Rupanya permainan ini
sudah cukup jauh. Kini mereka tengah mendaki puncak nikmat hubungan
syahwat antar tetangganya.
Pakde Yatno adalah tetangga samping
kanan rumahku. Dia adalah pensiunan pegawai rendahan sebuah BUMN.
Walaupun usianya sudah lebih 55 tahun namun perawakannya masih sangat
sehat. Dia tak pernah berhenti joging di pagi hari dan sesekali
mengangkat barbel untuk merawat ototnya. Sebagai lelaki Pakde Yatno
sesungguhnya tidak tampan. Namun dengan perut buncitnya dan bulu-bulu di
badannya, Pakde Yatno sering mendapat lirikan para perempuan di
kampung. Mungkin istriku, yang usianya 20 tahun lebih muda dari Pakde
diam-diam mengimpikan bagaimana tidur dengan lelaki berbulu macam Pakde
Yatno ini.
Dalam gelinjangnya istriku bangkit berbalik. Bibirnya
menjemput bibir Pakde Yatno untuk berpagut sesaat sebelum lumatannya
melata ke leher kemudian dada Pakde. Nampaknya istriku begitu
keranjingan dengan bulu-bulu Pakde Yatno. Dengan penuh gairah lidah dan
bibirnya menjilat dan mengenyoti bulu dada Pakde. Aku sangat ‘shock’
menyaksikan apa yang tengah berlangsung ini.
Aku sama sekali tidak
mengira bahwa Indri istriku selama ini juga terobsesi pada Pakde Yatno.
Tetapi yang lebih menampar harga diriku adalah membawanya ke ranjang
dimana sehari-hari dia bersamaku. Aku tak mengerti apakah Pakde Yatno
yang secara aktif memulai ataukah Indri yang sering menggoda syahwat
Pakde.
Kini segalanya berubah cepat. Pakde sudah mengambil alih
kendali. Dia sepenuhnya menindih tubuh Indri yang membuka
selangkangannya. Tangan Indri dengan tangkas meraih kemaluan Pakde Yatno
yang memang lebih gede dan panjang dari kemaluanku. Mungkin hal ini
juga hal yang membuat Indri demikian terobsesi pada Pakde.
Dan
yang terjadi berikutnya adalah ayunan Pakde dan goyangan istriku yang di
bawahnya. penis Pakde nampak begitu kaku dan tegar menembusi nonok
Indri yang disekelilingnya ditumbuhi bulu-bulu jembut keriting yang
sangat subur menutupi lubang kawinnya.
Istriku menjerit kecil dan
terus mendesah dan merintih. Kenikmatan birahi begitu menenggelamkan
keduanya. Nampak cakar-cakar Indri sudah siap menghunjamkan kukunya pada
punggung Pakde. Menyaksikan Pakde Yatno dan Indri istriku demikian
nikmatnya saling mengayuh syahwat aku jadi terbawa hanyut. penisku jadi
ngaceng. Aku pengin mengelusi dan mengocok-ocoknya sambil menyaksikannya
bagaimana istriku dilanda nikmat orgasmenya saat dientot Pakde Yatno
ini.
Dengan dengusnya yang cukup meriuhkan kamarku nampaknya Pakde
sedang menjemput puncak nikmatnya. Dia percepat genjotan penisnya.
Sementara demikian pula Indri istriku. Nampaknya orgasmenya akan hadir
bersama ejakulasi Pakde. Kuperhatikan batang penis Pakde yang berkilatan
oleh lendir kawin Indri nampak seperti piston mesin diesel yang keluar
masuk ke lubangnya. Aku membayangkan betapa nikmat melanda sanubari
istriku. Dan.. Aahh.. ttuuhh.. lihaatt..
penis yang terus
menggenjot itu nampak membawa begitu banyak lendir dan busa keluar masuk
vagina Indri. Indri telah mengeluarkan cadangan lendir birahinya. Dan
tubuh istriku nampak menegang dan kemudian berkejat-kejat. Cakarnya
menghunjam dan melukai punggung Pakde. Indri mendapatkan orgasmenya yang
sangat dahsyat, yang dalam pikiran dia, aku sedang bermain catur demi
Piala Lurah Jonggol.
Dan aku tak mampu menahan diriku. Aku kocok
terus penisku sambil menyaksikan betapa sensasionalnya melihati istriku
dientot tetanggaku sendiri dan kini melihati peju lelaki itu berserak
meleleh dari lubang nonoknya. Pejuku muncrat menembak kaca jendelaku.
Aku cepat turun dari bangku plastik. Aku harus cepat balik ke
pertandingan sebelum panitia menyusul aku.
Malam itu aku pulang
dengan membawa Piala Lurah bersusun tiga yang kemasan. Tingginya sama
dengan tinggi badanku yang 167 cm. Istriku membukakan pintu dan
menyambut aku dengan bangga karena menang dalam perlombaan catur. Dia
yang menaruh pialaku itu di tempat yang terbaik di ruangan itu. sungguh
pandai istriku berpura pura senang untuk menutupi perbuatannya yang
bejat telah melakukan perselingkuhan di belakangku itu. END
Comments
Post a Comment