Bandar Casino Online - Desahan Nikmat Dua Ibu Muda Tetangga Kosku
Bandar Casino Online - Desahan Nikmat Dua Ibu Muda Tetangga Kosku - Cerita dewasa ini adalah pengalaman ketika aku masih bujang, saat itu
umurku mungkin sekitar 23 tahun. Aku kost disebuah tempat yang memang
diperuntukkan hanya untuk anak kost, ada sekitar 20 an kamar berjejer
terdiri atas dua bangunan bertingkat 2. Penghuninya campur antara yang
bujangan dan yang berkeluarga.
Bandar Casino Online - Kebetulan kamarku ada di lantai bawah yang menurutku punya fasilitas
paling komplit (maksudnya bisa jemur pakaian di belakang kamar karena
ada lorong terbuka yang tersisa dibelakang bangunan yang aku tempati
itu. Dari lorong ini pulalah kisah ini berawal.
Tetangga sebelah
kiri dan kanan kamarku adalah pasangan yang berkeluarga. Ada bapak dan
bu Evi (karena anaknya namanya Evi) keluarga dengan satu anak perempuan
disebelah kiri kamarku. Dan keluarga mas Anto dan mbak Diah (begitu aku
memanggil mereka) disebelah kanan kamarku, keluarga muda dengan satu
anak perempuan juga yang berumur sekitar 2 tahunan. Aku tidak begitu
kenal dengan tetangga lainnya karena memang sangat jarang bertemu.
Umumnya mereka mengurung diri dikamar entah apa kegiatan mereka. Aku
sendiri bujangan yang baru mulai bekerja pada sebuah perusahan yang
cukup bonafid. Hari hariku biasanya aku habiskan pergi sama teman teman,
itu sebabnya aku jarang berinteraksi dengan tetangga kostku.
Bu
Evi orangnya kecil mungil, kulit hitam manis tapi punya toked yang agak
berlebihan sehingga kalo lama diperhatikan seperti menantang (dasar
mupeng) sedangkan mbak diah, punya perawakan sintal, kulitnya putih
bersih, wajahnya juga sangat mempesona (masuk katagori cantik), ramah
dan banyak senyum. Aku sendiri sering dapat senyuman nya. Nggak tahu
kenapa aku sering cari kesempatan untuk bertemu muka biar kecipratan
senyum manisnya. Aku sendiri cukup akrab dengan mas Anto karena kantor
kami bersebelahan. Mas Anto bekerja sebagai Security. Seringkali aku
diminta bantuan sama mbak Diah untuk jagain si kecil Endah kalo dia lagi
sibuk dengan pekerjaan rumahnya, dan aku dengan senang hati
melakukannya. Sebagai imbalan biasanya aku nitip cucian barang sepotong
dua potong. Merekalah dua wanita yang menjadi topic ceritaku nanti.
Episode Mbak diah.
Pada
suatu hari aku pulang malam sekitar jam 2an, aku ingat sekali itu malam
minggu sehabis jalan sama teman temanku, aku bermaksud mengambil
jemuran dibelakang kamar yang sore tadi dicuciin sama mbak Diah, takut
kena hujan nanti bau. Aku merasa ada yang tidak biasa. Didepan pintu
kamar belakang mbak Diah aku melihat sepasang sandal yang aku yakin
bukan punya mas Anto. Penasaran aku balik kedepan mencari motor mas
Anto, hanya ingin memastikan kalo mas Anto benar tidak dirumah karena
setahuku hari itu mas Anto tugas malam. Dan benar dugaan ku motor mas
Anto tidak ada di tempatnya. Segera aku berbalik lorong belakang. Aku
mencoba mencari celah untuk mengintip kedalam kamar mbak Diah. Tapi
usahaku sia-sia karena terhalang dinding dapur. Hanya saja aku sempat
mendengar lapat lapat desahan nafas dan sayup sayup suara erangan
sehingga aku yakini sedang terjadi sesuatu didalam sana. Aku kembali
kekamarku menunggu …….
Dengan suasana hati yang tak menentu, aku hanya
berharap tahu siapa gerangan pemilik sandal yang telah mengisi malam
sepinya mbak diah. Aku tak beranjak jauh dari pintu belakang kamarku dan
sengaja kubuka sedikit sehingga masih bias mengintip kea rah pintu
belakang mbak Diah. 15 menit berlalu aku mendengar suara daun pintu
berderit meskipun sangat pelan tapi cukup membuatku segera mengambil
posisi yang telah kupersiapkan. Aku melihat sosok mbak Diah keluar
kemudian melihat kiri kanan mungkin memastikan keadaan aman, setelah itu
kulihat dia memberi kode kedalam maka keluarlah sesosok lelaki yang
sangat aku kenal….. Pak Evi… tetangga sebelahku… aku tersurut kaget
benar benar tidak menyangka dan setengah tidak percaya dengan apa yang
kusaksikan. Setelah keadaan tenang aku kembali ketempat tidurku. Ada
scenario dalam kepalaku. Dan aku pun tersenyum sendiri.
Keesokan
harinya seperti biasa aku telat bangun, maklum hari minggu. Masih
terbayang peristiwa semalam dan rencana yang telah kususun. Aku
bersemangat bangun dan langsung menuju lorong belakang aku berharap
ketemu mbak Diah dibelakang, tapi aku harus kecewa. tak apalah masih
banyak waktu. Dan aku segera menyambar handukku masuk kamar mandi sambil
bernyanyi kecil. Habis mandi aku bermaksud membuang waktu dengan duduk
di beranda kamar ku ngopi dan sekalian melihat keadaan tetangga
tetanggaku. Heran aku juga tidak melihat bu Evi hari itu. Selang
beberapa saat kulihat mbak Diah datang, rupanya dia baru habis belanja
di warung.
“Eh dik Hadi .. udah bangun ya… “ Sapa mbak diah ramah seperti biasanya.
“Iya mbak, mas Anto masih tidur?” tanyaku balik
“Iya dik, mas Anto baru pulang pagi, kan tugas malam” katanya menerangkan
“oh iya… mbak gak ada acara nyuci hari ini? Nitip doong “
“boleh, tapi ntar ya abis masak, tapi jagain Endah ya”
“Siip” kataku
“Iya mbak, mas Anto masih tidur?” tanyaku balik
“Iya dik, mas Anto baru pulang pagi, kan tugas malam” katanya menerangkan
“oh iya… mbak gak ada acara nyuci hari ini? Nitip doong “
“boleh, tapi ntar ya abis masak, tapi jagain Endah ya”
“Siip” kataku
Aku pun mengambil alih endah dari mbak Diah, aku
setelkan dia lagu anak anak dari DVD portable ku maka endah pun
bernyanyi nyanyi sendiri di kamarku. Selang beberapa lama kudengar mbak
Diah memanggil lewat pintu belakangku.
“Dik Hadi… mana cuciannya?”
“itu mbak yang dibelakang, udah tak rendem dari semalem” sahutku menimpali.
“itu mbak yang dibelakang, udah tak rendem dari semalem” sahutku menimpali.
Aku
segera beranjak kebelakang, saatnya memulai rencana. Perlahan kudekati
mbak Diah. Memberi kode agar dia mendekat. Mbak Diah menghampiriku….
“Semalam aku melihat sesuatu disini” bisikku. Sengaja membuatnya terkejut. Dan reaksinya memang seperti yang kuharapkan. Diapun lebih mendekat.“Lihat apa?” mbak Diah ikutan berbisik.
“Ada deh.. “
godaku. Merah padam mukanya mbak Diah. Tapi dia segera menguasai diri.
Dia taruh telunjuknya di atas bibir.“Nanti aja diomongin” bisiknya lagi
“Siip” kataku sambil mengangkat jempol.
“Siip” kataku sambil mengangkat jempol.
Aku memulai hayalanku
ditempat tidur dengan perasaan menang, yakin akan mendapat sesuatu.
Pikiranku sedemikian jauhnya sampai tak sadar aku tertidur dan lupa
makan. “tok… tok….tok…” setenagah sadar aku mendengar pintu kamarku di
ketok.
Aku bangkit dari tempat tidur dan yang pertama kurasakan
adalah perutku yang minta diisi. Kulirik jam bekerku, ah.. rupanya sudah
jam setengah tiga, pantesan…“tok…tok…” kembali kudengar pintuku di
ketok.
Aku bergegas membuka pintu, kiranya mbak diah yang sedari tadi mengetok pintu.“ya mbak… ada apa?” tanyaku
“ini
mau nganterin makanan , tadi mbak masak lebih, mbak liat dari tadi kamu
gak keluar rumah.. pasti belum makan” katanya sambil mengulurkan
sepiring nasi komplit dengan lauknya.“iya juga mbak, aku ketiduran, mas
anto udah bangun?”
“udah tuh … lagi pergi sama endah kerumah temennya”
“ooh… berarti udah aman ya… “ kataku sambil mengedipkan mata
“kamu itu bikin mbak penasaran, memang liat apa semalem” katanya masih berpura pura.
“udah tuh … lagi pergi sama endah kerumah temennya”
“ooh… berarti udah aman ya… “ kataku sambil mengedipkan mata
“kamu itu bikin mbak penasaran, memang liat apa semalem” katanya masih berpura pura.
“ntar
aku cuci tangan dulu, tak ceritain sambil makan ya” aku bergegas
menaruh makanan di meja kecil di beranda dan masuk untuk cuci tangan,
kubiarkan mbak diah penasaran menungguku.
“ayo ngomong… liat apa semalem” mbak diah langsung menyerangku begitu aku muali menyantap makanan, aku hanya senyum senyum sambil ayik menghabiskan makanan ku.“cepetan dong, ntar mas anto keburu pulang” pintanya memelas.
“ayo ngomong… liat apa semalem” mbak diah langsung menyerangku begitu aku muali menyantap makanan, aku hanya senyum senyum sambil ayik menghabiskan makanan ku.“cepetan dong, ntar mas anto keburu pulang” pintanya memelas.
Akhirnya aku pun menceritakan apa yang kulihat,
termasuk mengetahui siapa adanya lelaki pemilik sandal. Lama mbak diah
terdiam sampai akhirnya…
“Di, kamu bisa pegang rahasia ini kan?, mbak gak mau mas anto sampai tahu, kmu pasti tahu akibatnya buat mbak” lagi lagi dia meminta dengan memelas.
“tenang aja mbak, aku bisa jaga rahasia kok. Tapi aku juga bakal minta sesiuatu dari mbak” jawabku
“kamu jangan memeras mbak ya, kamu kan tahu mbak nggak punya uang”“aku nggak minta uang kok” selaku
“trus kamu minta apa”
“Di, kamu bisa pegang rahasia ini kan?, mbak gak mau mas anto sampai tahu, kmu pasti tahu akibatnya buat mbak” lagi lagi dia meminta dengan memelas.
“tenang aja mbak, aku bisa jaga rahasia kok. Tapi aku juga bakal minta sesiuatu dari mbak” jawabku
“kamu jangan memeras mbak ya, kamu kan tahu mbak nggak punya uang”“aku nggak minta uang kok” selaku
“trus kamu minta apa”
“aku minta sesuatu yang mbak punya dan bisa kasi” kataku sambil memberi kode ke arah dadanya
“hah… kamu mau sama mbak?”“knapa? Mbak nggak mau ngasih”
“Bukan gitu, mbak kan udah punya anak… emang kamu mau?”
“ah… aku kan pingin yang berpengalaman” kataku cekikikan.
“ya deh… kalo itu mbak bisa kasi, tapi jangan dipaksain ya… liat keadaan, jangan sampai mbak celaka”
“hah… kamu mau sama mbak?”“knapa? Mbak nggak mau ngasih”
“Bukan gitu, mbak kan udah punya anak… emang kamu mau?”
“ah… aku kan pingin yang berpengalaman” kataku cekikikan.
“ya deh… kalo itu mbak bisa kasi, tapi jangan dipaksain ya… liat keadaan, jangan sampai mbak celaka”
“oke, aku juga pasti menjaga mbak kok.. tenang aja”“omong omong bu evi kemana? Koq pak evi nya bisa lepas?
“ooh,
biasa tiap sabtu mbak evi nginap di rumah orang tuanya karena harus
gantian ama saudaranya jagain orang tuanya yang udah tua”“itu sebabnya
ya… he..he.. “
“ya … biasanya sabtu dianterin sama pak evi, minggu dijemput lagi”
“ya … biasanya sabtu dianterin sama pak evi, minggu dijemput lagi”
“ngerti
deh” kataku sambil mengejapkan mata, dan mbak diah pun tersenyum
malu.“ntar malam mas Anto shift malam lagi gak?” tanyaku
“iya… knapa? Kmu mau ntar malem?”
“kalo boleh sih…”
“liat keadaan ya.. “
“oke…”
Begitulah akhir dari transaksiku, aku tinggal menunggu hadiah yang dijanjikan tiba.
“iya… knapa? Kmu mau ntar malem?”
“kalo boleh sih…”
“liat keadaan ya.. “
“oke…”
Begitulah akhir dari transaksiku, aku tinggal menunggu hadiah yang dijanjikan tiba.
Waktu
yang kutunggu pun tiba, dari balik pintu kamarku aku mendengar suara
motor mas anto menjauh, dan mbak diah berdiri di beranda melepas
suaminya berangkat kerja. Setelah motor gak terlihat aku keluar kamar.
Mbak diah menoleh kearahku sambil berbisik..
“endah belum tidur,
ntar mbak kasi kode” sambil menganggukkan kepala, aku pun mengerti.
Menunggu sekitar 30 menit kudengar tembok di ketok , inilah kode nya
pikirku, dan aku bergegas ke arah belakang. Aku tidak mau kecolongan
seperti pak evi, jadi kudekati pintu belakangnya mbah diah tanpa
sandal.. he..he… langsung kubuka pintu perlahan yang ternyata tidak
terkunci. Pemandangan yang disuguh kan didalam kamar sungguh membuatku
terpana, mbak diah tiduran ditempat tidur dengan mengenakan baju tidur
yang amat tipis, ikatan tali dipinggangnya tak cukup menutupi dadanya
yang terbuka tanpa mengenakn BH, sehingga terpampanglah belahan bukitnya
yang indah.
Aku sudah sering melihat belahan dadanya ketika sedang
menjemur pakaian ataupu menyapu di halaman, tapi malam ini sungguh
sangat menggairahkan. Mbak diah hanya tersenyum.
“sudah puas melihat ini” katanya sambil menunjuk ke arah dadanya
“mungkin
aku harus memegangnya” gurauku sambil mendekat. Langsung saja kubuka
bagian atas bajunya dan langsung kunikmati dada montok yang telah
menantiku itu. Pelan kuremas sementara bibirku mencari cari putingnya
yang lain. Aku puaskan diriku menciumi buah dada mbak diah, sementara
diapun mulai merintih pelan.
“di, aku pingin liat barangmu” bisiknya disela sela pergumulan kami.
“penasaran ya?”
“di, aku pingin liat barangmu” bisiknya disela sela pergumulan kami.
“penasaran ya?”
“mmh” tangan mbak diah langsung meluncur kearah
selangkangan ku, dia berhenti ketika menggenggam penisku dari balik
celana yang masih kupakai, digenggamnya beberapa kali , mungkin
membanding bandingkan milikku dengan suaminya atau pak evi.“kayaknya
gede juga ya…” katanya
“kalo mau liat aslinya buka aja mbak, aku gak keberatan kok” kataku
“kalo mau liat aslinya buka aja mbak, aku gak keberatan kok” kataku
Mbak
diah langsung membalik posisi, dia diatas menindihku, kemudian sedikit
demi sedikit menurunkan wajahnya kearah perutku. Akhirnya mencapai
tonjolan selangkanganku.. dia meraba dengan halus membuatku jadi
merinding dan tentu saja adek kecilku langsung melonjak, dia mulai
menggenggam perlahan dan seperti sangat menikmati, perlahan disingkapnya
celanaku, tanpa basa basi penisku melonjak keluar. Mbak diah tersenyum
kearahku, mulai diciumnya penisku pertama dengan ujung hidung, kemudian
berlanjut dengan bibirnya. Serasa meledak mendapat perlakuan sopan
seperti itu. Perlahan bibir mbak diah terbuka, diarahkannya kepala
penisku kemulutnya, pintar sekali dia mebuatku melayang. Sekarang
penisku sudah sepenuhnya dalam kulumannya, terasa jilatan lidah mbak
diah sesekali menyentuh ujung penisku… aku sudah lupa diri. Tiba tiba
dikeluarkannya penisku dari dalam mulutnya. Ahh… aku langsung sadar
kembali.“Besar juga…” bisiknya
Aku hanya tersunyum puas dengan ucapannya.
Aku hanya tersunyum puas dengan ucapannya.
“mbak… buka dong “
“sabar sayang, kita banyak waktu koq”
“ya mbak.. tapi aku dah mau meledak nih” mbak diah tertawa kecil mendengar kataku.
“kamu
yang buka ya…” sekali lagi aku membalik posisi, kali ini mabak diah
tidur dengan pemandangan indah nya. Aku mulai membuka baju tidurnya
perlahan sambil sesekali mengecup outing mbak indah yang sudah
sedemikian menantangnya. Aku hanya mendengar desahan desahan yang
semakin membangkitkan nafsuku dari bibir mbak diah.
Sekarang yang tampak
adalah tubuh tanpa sehelai benang yang siap menantiku. aku terus
melanjutkan gerilya mulutku di sekujur tubuh mbak diah, tanganku mulai
melepas celanaku dan langsung kulemparkan tanpa peduli jatuh dimana.
Kugesekkan penisku diselangkangan mbak diah. Kali ini aku sengaja
mengulur waktu bermaksud membuat mbak diah penasaran. Pinggul mbak diah
mulai bergerak liar. Tampak dia berusaha mencarikan lobang untuk penisku
yang kini sangat tegang.
“ayo di…. Masukin sayang, mbak udah nggak tahan”
“bantuin dong mbak” kataku pula.
Mbak diah mulai mencari penisku
lagi, setelah dalam genggamannya, dia mulai mengarahkannya ke liang
kenikmatannnya. Aku mengimbangi dengan melakukan sedikit penekanan. Agak
susah masukknya.“kok susah masuknya mbak”
“punyamu kegedean, mmmh … pasti nikmat nih” dia mendesis
“punyamu kegedean, mmmh … pasti nikmat nih” dia mendesis
Akhirnya
dengan bantuan tangan mbak diah penisku mulai memasuki vaginanya mbak
diah yang hangat dan basah. Aku tidak mau terburu buru, jadi kugerakkan
perlahan penisku dalam vaginanya mbak diah sambil menikmati setiap
gesekannya, desahan mbak diah juga memberi sensasi tersendiri. Mbak diah
pun selalu memberi gerakan pinggul yang menambah kenikmatan yang
kurasakan malam itu. Aku bertahan dengan gaya itu beberapa saat sampai
akhirnya…
“aduh di… mbak mau keluar, kasi mbak keluar dulu ya…”
katanya tanpa memberi kesempatan aku untuk menjawab, tangan mbak diah
menekan pinggangku sampai seluruh penisku terhisap kedalam vaginanya,
dia terus meracau tak jelas, tapi aku tahu dia sedang dalam puncak
puncaknya. Aku merasakan dinding vagina mbak diah berdenyut denyut
seperti mencengkram penisku kuat kuat. Aku biarkan dia menikmati sesaat
sampai pegangan dipinggangku agak kendor.“maaf ya di.. mbak gak tahan,
habis penismu enak banget, vagina mbak rasanya penuh” katanya
“gak apa mbak kan bisa di ulang”
“gak apa mbak kan bisa di ulang”
“pasti mbak layani, mbak bikin kamu puas di, lagian penismu enak”
Begitulah
malam itu kami melanjutkan petualangan, ternyata mbak diah type wanita
yang agak hyper. Malam itu dia keluar sampai 7 kali sementara aku dapat 2
kali. Dari dia pula aku tahu kalo mas anto tidak begitu kuat di
ranjang, paling hanya bisa memberinya sekali sementara mbak diah punya
keinginan lebih dari itu. sedang dari pak evi katanya dia bisa dapat 2
sampai 3 kali meskipun penisnya tidak sebesar punyaku. Aku puas malam
itu dan kembali ke kamar dan tertidur pulas sampai pagi.
Episode Bu Evi
Mungkin karena kelelahan atau terlalu puas, pagi
itu aku bangun agak terlambat. Aku mandi dengan terburu buru. Dengan
hanya handuk melilit tubuh aku kebelakang kamar mencari pengganti CD,
tak peduli keadaan sekeliling aku ganti CD di belakang kamar. Tiba tiba…
aku mendengar suara seseorang menjerit. Rupanya bu evi baru keluar dari
kamarnya dan hendak menjemur pakaian kaget melihatku telanjang. Aku
juga kaget, handukku jatuh dan CD yang mau kupakai baru sebatas lutut.
Lama tertegun aku lupa kalau penisku masih bergelantungan. “maaf bu,
kirain gak ada orang” kataku “iya.. iya tapi kok gak buru buru
ditutupin, mau pamer ya” wah aku tersentak dan langsung merapikan CD ku.
Untung bu evi gak marah dan malah menggodaku. “anu bu, aku kesiangan
jadi gak konsen, maaf ya bu” kataku lagi “gak apa apa, mbak juga gak
nyangka dapat pemandangan gituan pagi pagi” katanya tersenyum sambil
menatap ke arah penisku. Aku jadi kepingin iseng menggoda, maklum aku
juga suka dengan body bu evi yang selalu mengundang terutama toketnya.
“kalo mau bukan cuma pemandangan yang bisa dinikmati, barangnya juga
bisa kok” “yee…. Udah sana ntar telat kerjanya” katanya mengingatkan.
Ternyata
dia gak marah, dan menurut feelingku kayaknya dia ada minat dengan
penisku setelah apa yang disaksikannya. Aku bergegas masuk kamar dan
cepat cepat berpakaian sekenanya, sebelum berangkat aku mencoba
mengisengi bu evi sekali lagi. “ntar dilanjutkan ya mbak (aku mulai
memanggil mbak)” kataku sambil melongokkan kepala dari pintu kamarku.
“hus cepat kerja sana… “ bu evi memonyongkan bibirnya sambil tersenyum
manis dan menurutku itu sangat menggoda. Aku gak konsentrasi di tempat
kerja, bayangan godaan bu evi gak bisa lepas dari otakku.
Setelah
menyelesaikan beberapa pekerjaan, aku minta ijin bosku untuk pulang
dengan alasan nggak enak badan. Aku hanya ingin segera menyelesaikan
urusanku dengan bu evi. Memasuki rumah kost, yang pertama kucari adalah
motor pak evi, meskipun aku tahu dia biasa kerja pagi tapi aku harus
memastikan. Yakin aman, aku masuk kamar dan langsung membuka pintu
belakangku. Sepi…. Jam jam segini orang sedang kerja, kalaupun dirumah
paling mengurung diri dikamar, Mbak diah pasti masih ngurus suaminya
yang baru bangun habis kerja malam.
Aku melangkah kepintu belakang
bu evi, perlahan ku ketok pintunya. Dan aku juga sudah mentyiapkan
alasan jika hal yang tidak diinginkan terjadi. Pada ketukan kedua aku
mendengar langkah kaki mendekati pintu. “Ada apa dik hadi” tanya bu evi
dengan tersenyum. “itu…. mau melanjutkan yang tadi” kataku “kamu nekat
ya… pasti bolos ya… “ cecarnya tapi dengan suara berbisik “kan udah
janji” aku menyahut bodo bodohan. “kamu serius?” “ya.. iyalah, masak
nggak” aku udah kepalang menjawab Bu evi memperhatikan sekeliling.
“masuk sini, nanti diliat orang” katanya. Aku berjingkrak gembira.
Ternyata apa yang aku pikirkan tidak meleset. Bu evi memberi jalan
kepadaku. “ssst… jangan keras keras, evi lagi tidur” bisiknya “kamu mau
apa?” “kan mbak udah ngerti… masak dijelasin lagi” kataku nyengir Lama
bu evi terdiam. Tapi akhirnya dia tersenyum lagi. “rahasia kita berdua
ya… jangan sampai orang lain tahu” katanya “iya lah mbak … masak aku mau
bikin perkara” “sama ingat… ini cumin buat senang senang saja, tidak
ada perasaan. Aku nggak mau dipaksa paksa ya..” “ya mbak, saya setuju”
Dengan demikian mulailah petualangan baru dengan bu evi hari itu. Sejak
lama aku mengagumi toket bu evi ini, maka tak kusia siakan hari itu
untuk menikmati sepuasnya. Aku menyusu seperti anak kecil hanya bedanya
diiringi dengan desahan desahan kecil bu evi.
Tubuh hitam manis
itu sudah ku miliki sekarang . aku membenamkan wajah ku di belahan toket
bu evi. Kunikmati aromanya, aku sangat bergairah. Begitupula bu evi.
Kami telah telanjang bulat dan aku bersiap mencari akhir dari permainan
ini. Genjotan ku selalu mendapat perlawanan dahsyat. Bu evi bertahan
cukup lama, beda dengan mbak diah. Lubang memeknya lebih lengket tidak
terlalu banyak cairan. Yang lebih dari memek bu evi ini adalah aku
merasa penisku susah dicabut ada yang menyedot dari dalam, dan senyum bu
evi pun tak henti hentinya terpampang. “aku diatas ya..” tiba tiba dia
menghentikan gerakanku.
Dan tanpa menungggu persetujuanku dia berguling,
dengan posisi diatas dia mulai mengatur rithme genjotan. “kamu diam
saja, nikmati saja ya” katanya dan akupun hanya mengangguk. Bu evi mulai
dengan gayanya sendiri, kakiku diluruskannya dan meninggalkan penisku
tegak, perlahan dia mengangkangi penisku. Dengan bantuan tangannya
dimaukkannya penisku kedalam vaginanya, pelan tapi habis sampai ke
pangkal. Dia mendesah. Aku merasa ujung penisku ada yang mengganjal.
Mungkin mentok. Kembali bu evi tersenyum. Dia mualai bergerak naik
turun.
Aku dapat memandangi seluruh tubuhnya sekarang. Toket
besarnya ikut naik turun mengikuti irama gerakan pantatnya. Hanya
beberapa menit aku bertahan seperti itu. Aku merasa penisku panas dan
terasa laharku sebentar lagi akan menyembur. “mbak… aku udah mau keluar”
aku memperingatkan. “iya sayang aku juga mau… kita sama sama ya…” nafas
bu evi mulai memburu, dia mempercepat gerakannya, dan aku berusaha
menahan sekuat tenaga agar tidak muncrat duluan. Aku ingin member kesan
bahwa aku tidak kalah dari dia. Aku kaget ketika bu evi menghempaskan
tubuhnya keatas dadaku sambil berkata.. “aku keluar….. aku keluar… “
didiringi dengan dekapan yang sangat erat dia mengejang beberapa kali.
Dan
aku berniat segera menyusulnya. “mbak … aku keluar” aku bermaksud
mencabut penisku tapi dia menahanku. “lepaskan didalam saja sayang … aku
mau merasakan kehangatan sperma kamu” katanya Kutarik wajah bu evi, dan
aku melumat bibirnya, sementara penisku mulai memuntahkan isinya dalam
memek bu evi. Dia benar benar tahu apa yang harus dilakukan. Dia memutar
pantatnya seperti hendak menguras habis isi penisku. Aku tersenyum
puas. “makasih mbak… mbak hebat sekali” “kamu juga hebat sayang… kamu
memberiku kepuasan yang berbeda hari ini, lain kali mbak boleh minta
kan?” “ dengan senang hati mbak” jawabku sambil member kecupan
dibibirnya.
Aku mengahiri hari itu dengan senyuman, dan
beristirahat dengan lelap. Aku bermimpi membawa kedua wanita tetanggaku
kedalam kamarku dan kami main bertiga. Aku jalani kehidupan seks dengan
dua wanita tetangga sekitar satu tahunan lebih, dalam seminggu aku bias
bermain 3 sampai empat kali. Jadwal yang baik mebuat mereka tidak tahu
satu sama lain kalau aku mengencani mereka berdua. Mbak diah yang putih,
cantik dan hyper memberiku kebanggaan sebagai lelaki karena dia sering
memberiku pujian atas permainanku. Sedangkan bu evi selalu memberiku
kenikmatan lebih saat kami bercinta, memeknya yang hangat dan kering
serta sedotannya tidak ku dapat dari wanita manapun.
Satu persatu
mereka pindah dari tempat kost yang banyak memberi kenangan. Keluarga bu
evi pindah terlebih dahulu karena membeli rumah saudaranya dengan harga
murah dan sekarang tinggal lebih dekat dengan keluarganya. Sedangkan
keluarga mbak diah menyusul dua bulan berikutnya karena mas anto membeli
rumah disebuah komplek perumahan. Namun demikian kami masih tetap
berkomumikasi dan sesekali melakukan pertemuan diam diam dan melanjutkan
petualangan kami. Hanya saja tidak bisa sesering ketika masih
bertetangga. Sekian dulu ya kawan ceritaku, lain kali aku juga pingin
cerita tentang petualangan lanjutan baik dengan bu evi ataupun mbak diah
yang kayaknya seru untuk diceritakan. Aku tutup cerita ini karena
tanganku sudah pegal … END
Posted By : 233won.com
Comments
Post a Comment