Bandar Joker123 Online - Diperkosa Pacarku dan Temannya Secara Bergilir
Bandar Joker123 Online - Diperkosa Pacarku dan Temannya Secara Bergilir - ebut saya namaku Dewi. Aku adalah seorang cewek ABG yang tahun ini
genap berusia 17 tahun. Aku bersekolah di sebuah sekolah asrama terkenal
di kota Magelang Jawa Tengah. Kata teman-temanku sih aku cukup manis
dengan tubuh yang cukup bagus, dan itu dikatakan oleh hampir semua
temanku, baik cewek maupun teman cowokku. Memang sih aku merasa sangat
PD dengan ukuran dada 36C dan tinggi 167 cm.
Bandar Joker123 Online - Ceritaku bermula saat
liburan kenaikan kelas 3 kemarin, yaitu saat aku pulang kampung ke kota
kelahiranku, Yogya. Di sana aku bertemu dengan kawan lamaku yang
bersekolah di sana, sebut saja namanya Erwin. Dua tahun tak bertemu
ternyata membuatnya banyak berubah. Erwin yang dulu orangnya brengsek,
sekarang menjadi terlihat menjadi lebih sopan dan ramah sama
teman-teman. Waktu kutanya salah seorang sahabatku yang pernah dekat
denganku dan kebetulan dia satu sekolah dengan Erwin, dia berkata kalau
Erwin memang sudah berubah sejak dia ditinggal cerai orang tuanya.
Berhubung dulunya aku pernah naksir sama Erwin, yah… soalnya dia lumayan
cakep untuk ukuran cowok, maka aku mencoba untuk mendekatinya lagi,
itung-itung kan kesempatan.
Maka saat dia sedang duduk sendiri
pada salah satu acara reuni yang diadakan di rumah temanku Mira,aku
mencoba ngobrol banyak dengan Erwin mulai dari cerita semasa SMP sampai
soal “apa yang telah membuat dia banyak berubah.” Eh… ternyata dianya
terbuka sekali sama aku, terus terang aku juga kaget saat mendengar
cerita tentang keluarganya yang sungguh amburadul. Erwin juga bercerita
kalau selama ini yang bisa menghiburnya cuma teman-temannya.
Malam
itu, seusai acara reuni di rumah Mira, aku minta pulang diantar Erwin
dan dianya tidak menolak. Aku seneng sekali, ternyata ada juga yang mau
memperhatikanku.
Setelah sampai di rumah, aku langsung menuju
kamar tidurku di kamar depan. Aku suka kamar itu karena letaknya di
sebelah kamar tamu dan dari situ aku bisa melihat pintu gerbang, soalnya
aku selalu ingin tahu siapa saja yang datang. Tapi saat itu aku
benar-benar berharap kalau Erwin yang datang di malam minggu dan
mengajakku jalan-jalan naik motor sport-nya, dan cat kuningnya itu
seperti warna kesukaanku.
Kudengar telepon kamarku berdering dan
kuangkat, “Hallo? Siapa ya?” begitu biasa kusapa lawan bicaraku di
telepon. Dari seberang sana kudengar suara seorang cowok yang sepertinya
masih asing bagiku, “Hallo. Ini Erwin, kamu Dewi kan?” Begitu kudengar
kalau Erwin yang telepon rasanya aku seakan melayang. Sueeerrr dah.. Aku
masih bingung kok dia tahu nomor teleponku dan aku pun menanyakannya.
Dia mengaku tahu nomerku dari temannya, tapi dia tidak mau memberi tahu
siapa. Tanpa ba..bi..bu dia langsung mengajakku jalan-jalan malam minggu
berikutnya. Entah kenapa aku langsung mau tanpa berpikir panjang.
Singkat
cerita, malam minggu berikutnya Erwin menjemputku jam 7 tepat sesuai
janjinya. Kami langsung berputar-putar kota dengan motor NSRR-nya yang
berwarna kuning tua itu. Saat memboncengnya itulah kuberanikan diri
untuk bersandar pada punggungnya yang bidang. Bahunya yang tampak kekar
sungguh membuat hatiku sangat berdebar-debar, belum lagi lengannya yang
kekar yang tampak jelas karena ia saat itu hanya mengenakan kaos ketat
dengan lengan pendek.
Setelah dinner di angkringan, dia mengajakku
untuk ke tempat kost temannya, dan herannya aku manut saja tanpa curiga
apa-apa. Di kamar kost temannya itu, dia menawariku secangkir teh
hangat. Biar tidak kedinginan, katanya. Pertama sich aku menolak, tapi
akhirnya mau aja, soalnya tidak enak karena dia sudah capek-capek masak
air buat bikinin aku teh.
Baru kuminum tiga perempatnya, kepalaku
langsung puyeng nggak karuan. Aku langsung ingin protes pada Erwin, tapi
aku sudah nggak kuat ngomong, apalagi gerak. Akhirnya aku langsung
tidak ingat apa-apa lagi. Begitu aku bisa membuka mata lagi, aku sudah
dalam posisi terikat di ranjang besi. Kedua tangan dan kedua kaki
terikat dengan tali plastik pada keempat sudut ranjang. Aku ingin
berteriak, tapi kepalaku masih puyeng dan mulutku juga sudah disumpal
kain. Aku benar-benar tidak mengira akan begini jadinya, Erwin yang
selama ini kuanggap cowok baik ternyata cuma menginginkan tubuhku saja.
Dengan
tenang Erwin mengeluarkan sebilah cutter dari sakunya dan langsung
digunakannya untuk merobek bagian depan bajuku. Dengan wajah tanpa dosa,
langsung ditariknya kaosku hingga lepas. Aduh, Mak Nyak!! Ternyata dia
seorang pemerkosa yang cukup profesional. Sungguh aku terkejut
mengetahui hal ini. Dengan malu-malu aku pura-pura tertidur lagi, tapi
ternyata dia lebih cerdik. Dia menggelitikiku dengan cutternya sehingga
aku merasa sakit. Namun lama-lama aku pun menjadi tidak tahan ketika
Erwin meremas kedua payudaraku dengan kakinya. Saat aku baru mencapai
puncaknya, tiba-tiba aku mencium sesuatu yang bau dari kakinya. Terus
terang aku merasa terganggu namun karena mulutku disumbat maka aku pun
diam saja. Kulihat dia sadar akan kekurangannya itu dan segera keluar
untuk mencuci kaki.
Setelah masuk kamar, dia melepas kaos oblong
dan celana jeansnya, menyisakan celana dalam Hings yang sudah bolong di
sana-sini. Dengan cutternya ia berusaha memutuskan tali braku tapi
rupanya cutter saja tak cukup kuat, sehingga ia mengambil gunting rumput
besar dari laci meja lalu mencoba menggunakannya untuk memutuskan tali
braku, tapi tetap tali itu belum mau putus. Setelah lama mencoba, ia pun
menyerah lalu ia pun membukanya dengan cara biasa.
Setelah bra-ku
terlepas dan buah dadaku telanjang, Erwin langsung diam tak berkedip
dan kulihat ia pun mulai mimisan. Tapi dia tidak menyadarinya, sehingga
dia tetap nekat menempelkan wajahnya di tengah-tengah payudaraku, dia
mulai melancarkan beberapa gigitan kecil pada puting payudaraku. Aku tak
mampu menahan geli dan rasa nikmat yang bersamaan, sehingga aku menahan
tawa dan desah secara bergantian. Melihat hal itu dia bukannya kasihan
tapi malah semakin bersemangat melancarkan serangan-serangan berikutnya.
Kulihat
ia semakin tidak sabar melakukan penetrasi terhadapku, kelihatan dari
caranya membuka reitsleting celanaku dengan tergesa-gesa. Setelah
berhasil, ia justru semakin bingung karena di balik celanaku telah
terpasang celana dalam kulit yang dilengkapi dengan kode pengaman.
Celana itu sebenarnya adalah Pengaman Anti Pemerkosaan milik kakak
perempuanku. Kakak perempuanku baru saja membelinya siang tadi sehingga
belum menyetel nomer sandinya, masih 000. Tanpa pikir panjang Erwin
mencoba menariknya, tapi gagal. Ia mencoba memotongnya dengan cutter,
gagal. Ia mencoba memotong dengan gunting rumput, gagal. Dengan bermandi
keringat, ia mengenakan celana panjangnya lalu keluar kamar.
Sesaat
kemudian ia kembali dengan seorang temannya yang membawa sebuah
gergaji. Ia lalu mencoba memutuskan pengamanku dengan gergaji kayu itu,
tapi tetap gagal. Aku hanya berdoa semoga mereka segera menyerah, tapi
temen Erwin malah iseng memencet tombol pembuka. Karuan saja kuncinya
yang masih terpasang 000 langsung terbuka. Hal itu membuatku semakin
pasrah dan sebaliknya,mereka ketawa senang sampai berjingkrak-jingkrak
segala.
Melihat kemaluanku yang begitu terawat, Erwin dan temannya
saling berebut untuk menjamahnya duluan. Maka setelah “suit” ternyata
Erwin yang menang dan temannya itu menunggu di luar. Aku masih bisa
melihat “konaknya” Erwin yang sudah tidak tertahankan lagi. Entah liat
dari film BF atau dari mana dia mulai menjilati kemaluanku, dan aku
mulai tidak tahan sehingga kakiku mulai menendang-nendang dengan buas
hingga ranjang yang kami tempati mulai bergoyang kesana kemari. Namun
dia tetap kalem dan tidak merasa terganggu atas tingkahku tadi.
Sebentar-sebentar dia melihat wajahku dan karena itulah secara tak
sengaja dia menggigit bulu kemaluanku sehingga menyelip diantara
giginya. Kulihat dia cukup kerepotan untuk mengambil dengan kukunya,
maka dia mulai mencari tusuk gigi dan akhirnya berhasil juga bulu itu
keluar dari sela giginya.
Setelah menurutnya pemanasannya cukup,
ia melepas celana dalamnya, memperlihatkan penis yang kurus panjang
dengan bulu lebat yang disemir pirang dan dikepang dua. Tanpa aba-aba
dia langsung mendorongkan burungnya itu dengan susah payah, tapi aku
bahkan tak merasa apa pun. Namun demikian, Erwin masih tampak
bersemangat menggerakkan pantatnya maju-mundur. Ketika ia melihat ke
bawah, ia terkejut karena ia ternyata salah memasukkan burungnya ke
dalam lubang di kasur. Ia pun buru-buru menariknya keluar dengan susah
payah, lalu langsung mengarahkannya ke sasaran yang tepat, kemaluanku.
Dengan sekali hujam, penisnya langsung menembus selaput darakuhingga
terasa darah mengalir di kemaluanku. Melihat aku masih perawan, Erwin
semakinbersemangat menggerakkan pinggulnya. Hanya selang semenit
kemudian ia sudah merem melek, lalu terasa cairan hangat menyembur dalam
liang wanitaku. Entah kenapa secepat itu, mungkin terlalu lama
pemanasan dengan kasur.
Kulihat Erwin bergegas memakai bajunya dan
tak lupa celana dalam serta celana jeansnya, setelah itu dia keluar
dari kamar. Dari dalam kamar aku bisa mendengar suara beberapa orang
berbicara, aku masih takut dan kesakitan atas apa yang baru saja kualami
tadi bersama Erwin, aku cuma bisa berharap semoga kejadian tadi tidak
terjadi lagi padaku, namun entah mengapa aku masih merasa nafsu seksku
kurang terpuaskan.
Tiba-tiba pintu dibuka dan masuklah teman Erwin
yang meminjamkan gergaji kayu tadi, namun itu pun belum cukup karena di
belakangnya masih berdiri beberapa orang lagi. Kemudianaku mulai
menghitungnya, satu.. dua… tiga… dan ya ampun!, ternyata ada tujuh
termasuk teman Erwin yang tadi. Ternyata mereka lebih tahu apa yang
harus dilakukan terhadap cewek sepertiku. Mereka mulai bertelanjang
bulat dan pakaiannya berhamburan di mana-mana. Kamar itu menjadi mulai
panas sehingga keringatku semakin banyak menetes. Salah seorang
diantaranya membuka sumbat mulutku, namun segera menyumbatku lagi dengan
batang kemaluannya yang cukup besar hingga aku menjadi tersedak. Aku
merasakan ada yang bergerak di dalam kemaluanku, ternyata ada yang
memasukkan batang kemaluannya juga di kemaluanku itu. Sepasang
payudaraku juga tidak terlewatkan oleh mereka, ada yang mengulum sebelah
kiri dan ada yang memainkan lidahnya di puting payudara kananku. Ada
seorang yang melepaskan ikatan kakiku dan aku senang sekali. Ternyata
aku terlalu cepat senang karena ternyata dia ingin memasukkan penisnya
ke dalam anusku, dan yang masih menunggu giliran mencoba untuk
menggerayangi tubuhku sambil mencoba mengocok batang kemaluannya
sendiri.
Dengan penuh nafsu berahi, mereka bertujuh bergantian
memasukkan kemaluan mereka yang beraneka bentuk dan ukuran ke penjuru
lubang di tubuhku, mulai dari kemaluan, anus, mulut bahkan sampai pusar
dan telingaku pun sempat tersembur sperma mereka.
Setelah
bertarung beberapa ronde akhirnya mereka pun satu persatu jatuh tertidur
di samping ranjang dengan rasa lelah namun puas. Setelah hari hampir
menjelang pagi, Erwin masuk kembali ke kamar lalu dengan tenangnya
membersihkan tubuhku, melepaskan ikatanku lalu membantuku memakai
pakaianku. Lagi-lagi aku manut saja padanya, kali ini karena shock dan
rasa sakit yang menyerangku. Setelah itu ia mengantarku pulang, dan di
depan rumahku tak lupa ia memberi ciuman perpisahan yang mesra di pipi
dan keningku.
Sekarang aku sudah kembali bersekolah di asrama ini sebagai siswi yang rajin dan baik, tanpa seorangpun tahu pengalamanku ini. END
Comments
Post a Comment