Agen Casino Online - Ngentot Istri Tetangga Baru Sebelah Rumah
Agen Casino Online - Ngentot Istri Tetangga Baru Sebelah Rumah - kisah ini di awali ketika ada tetangga baru pindah dan menempati
rumah sebelah yang memang sangat dekat hanya di batasi dengan tembok
yang di beri judul “ Selingkuh Dengan Istri Tetangga Sebelah Rumah ” yang tidak kalah seru bisa meningkatkan birahi seksual anda, selamat menikmati.
Agen Casino Online - Ku
akui, aku bukanlah suami yang baik, mengingat petualangan liarku ketika
masih belum menikah. Sering aku bergonta ganti pacar yang
ujung-ujungnya hanya untuk memuaskan libidoku yang cukup tinggi. Namun
setelah menikah, kuredam keinginanku untuk berpetualang lagi. Di hadapan
istri dan lingkunganku, aku mencoba menampilkan sebagai sosok yang
baik-baik. Tidak neko-neko. Rahasia masa laluku pun aku simpan
rapat-rapat.
Namun setelah satu bulan aku tinggal di lingkungan
yang baru, tampaknya tabiat lamaku kumat kembali. Di sekitar rumahku,
banyak ku temui wanita yang menarik perhatianku. Mulai dari ibu-ibu
tetangga yang rata-rata tidak bekerja dan mahasiswi yang banyak kost di
sekitar tempat tinggalku.
Satu sosok yang menarik perhatianku adalah Lisa, tetangga kontrakanku,
namun tetangga-tetangga yang lain memanggilnya Mama Ryan sesuai dengan
nama anaknya. Ketika pertama kali bertemu, ia terlihat berbeda dibanding
ibu-ibu lain di sekitarnya. Wajahnya cukup cantik dengan Kulitnya yang
kuning langsat, bodinya cukup montok namun tetap kencang walau usianya
sudah di atas 37 tahun. Payudaranya pun terlihat proporsional di balik
kaus yang sering dikenakannya.
Ia berasal dari Bandung, jadi
wajarlah kalo wajahnya cantik khas wanita priangan. Namun segala
pesonanya itu tertutupi oleh kehidupannya yang sederhana. Suaminya hanya
seorang supir pribadi yang penghasilannya terbatas, belum lagi kedua
anaknya sudah beranjak remaja, yang tentu saja memerlukan biaya yang
cukup besar.
Hubungan istriku dengan Lisa cukup baik, sering Lisa
berkunjung ke rumah dan ngobrol dengan istriku. Pada saat itu aku sering
curi-curi pandang ke arahnya. Sering ia hanya mengenakan kaos longgar
dan celana pendek kalau main ke rumah, sehingga belahan dada dan
sebagian paha nya yang putih mulus menjadi santapanku. Dan kalo sudah
begitu, batang penisku bisa mengeras diam-diam. Kapan ya aku bisa
meniduri nya?
Info dari istriku pula lah akhirnya aku tahu kalo
ternyata Lisa bekerja paruh waktu sebagai pembantu. Seminggu tiga kali
ia bekerja membersihkan apartemen seorang ekspatriat. Apartemen ini
sering kosong karena sering di tinggal pemiliknya berdinas ke luar
negeri, jadi ia di percaya untuk memegang kunci apartemen itu. Namun
kegiatannya itu tidak membantu banyak dalam masalah keuangan keluarga di
tengah kebutuhan sehari hari yang semakin mahal, dan ini kesempatanku
untuk menjadi dewa penolong baginya, walau ada udang di balik batu,
ingin merasakan bagaimana rasanya jepitan vagina istri orang. hehehe
Strategi
untuk mendekatinya pun mulai aku jalankan. Dia berangkat kerja selalu
pagi hari. yaitu tiap hari Senin, Rabu dan Jumat pada pukul 7 pagi. Aku
tahu karena dia selalu lewat depan rumahku. Dia berangkat kerja
menggunakan metro Mini.
Setelah tahu jadwalnya aku pun mulai
mengatur siasat agar bisa berangkat bareng dengannya. Kuatur waktu
berangkat kerjaku yang biasanya jam 8 menjadi lebih pagi lagi. Kebetulan
arah apartemen tempatnya bekerja searah dengan kantorku di Sudirman.
Senin
pagi itu kulihat dia sudah lewat depan rumahku untuk berangkat kerja,
aku pun segera bersiap siap mengeluarkan mobilku dari garasi. Istriku
sempat bertanya, koq hari ini berangkat lebih pagi. Kujawab saja ada
meeting mendadak.
Mobil kulajukan perlahan menuju jalan besar dan
kulihat di ujung gang. Lisa sedang menunggu Metro Mini yang akan
membawanya ke Kampung Melayu. Kuhampiri dia dan kubuka jendela mobil dan
menyapanya.
“Berangkat kerja Mbak Lisa?”
“eh….. iya mas Ardi,” jawabnya agak kaget.
“Bareng saya aja yuk, Mbak mau ke Kampung Melayu kan?’
“Iya mas……tp gak apa apa saya naik Metro aja,” Tolaknya dengan halus.
“Gak apa apa Mbak, kita kan searah ini, lagian metro mini kalo pagi pasti penuh,” ujarku coba membujuknya.
Dia sedikit bimbang, tapi akhirnya menyetujui ajakanku.
Dibukanya pintu depan mobilku dan masuklah dia, seketika aroma parfum nya pun menyeruak ke indera penciumanku.
“Terima kasih Mas Ardi. Maaf merepotkan.”
“Merepotkan apa sih mbak, wong kita searah koq.” Ujarku sambik tertawa ringan.
Khas senin pagi, lalu lintas pagi itu sangat macet. Di dalam mobil aku
pun menghabiskan waktu dengan ngobrol ringan dengannya. Banyak hal yang
kami perbincangkan, mulai dari keluarganya, anak-anaknya, suaminya,
lingkungan kerjanya. Intinya aku ingin lebih mendekatkan diri padanya
agar tujuanku menidurinya bisa terlaksana. Tapi aku tidak mau
terburu-buru.
Akhirnya kami tiba di Apartemen tempatnya bekerja,
ku turunkan ia di pinggir jalan. Aku pun kembali melajukan mobilku ke
arah kantor.
Selama dua minggu aku intens melakukan pendekatan
dengan mengajaknya berangkat bareng. Untuk menghindari gunjingan
tetangga, ia hanya mau naik mobilku di ujung gang.
Semakin dekat
hubungan kita, ia semakin berani menceritakan hal-hal pribadinya. Kami
pun sering bercanda dan ia pun mulai berani mencubit lengan atau
pinggangku ketika ku goda. Obroloan pun kadang-kadang kubuat menjurus ke
urusan ranjang. Dan dari situ pula aku tahu kalau Lisa sudah tidak
berhubungan intim dengan suaminya sejak tiga bulan lalu di karenakan
suaminya sudah terlalu lalah bekerja dan sering pulang larut malam. Wah
kesempatan nih, pikirku.
Pagi itu kembali kami berangkat bareng, namun kulihat dia agak murung, aku pun memberanikan diri bertanya padanya.
“Ada apa mbak Lisa, saya lihat mbak agak murung pagi ini?’
“Gak apa-apa koq mas…..biasa kali saya kayak gini”, ia berusaha menyangkalnya.
“Mbak gak usah bohong sama saya, saya tahu mbak orangnya ceria, jadi kalau murung sedikit, pasti saya tahu.”
Lisa tersenyum mendengar perkataanku.
“Enggak apa-apa mas. Ya namanya dalam hidup pasti ada aja masalahnya.”
“Kalo mbak gak keberatan, cerita aja mbak, siapa tahu saya bisa bantu”
“Gimana ya Mas….”Lisa memutus pembicaraan sepertinya ragu untuk melanjutkannya
Aku menoleh kepadanya, dan kupandangi wajahnya dalam-dalam sambil membujuknya untuk terus bercerita.
“Ini
mas, si Ryan (anaknya yang bungsu) lagi butuh biaya untuk study tour ke
Bandung, biayanya Rp. 500.000,- sedangkan aku sama bapaknya belum ada
duit Karena sudah terpakai kakaknya untuk biaya praktikum kemarin.
Sedangkan uangnya harus di kumpulkan besok. Study tour ini wajib karena
sebagai syarat agar Ryan bisa lulus. Pusing saya mas.”
Aku tersenyum sambil menatap matanya.
“Ah gampang itu mbak, nanti saya bantu”
“Tuh kan saya jadi merepotkan mas Ardi.”
“ Gak apa-apa mbak, namanya kita bertetangga, kalau ada yang kesusahan, apa salahnya kita bantu.”
“Iya sih mas……ya udah, kalo mas Ardi ada, saya mau pinjam uang dulu sama mas Ardi.”
“Gampang itu mbak.”
Ketika sampai di depan apartemen tempatnya
bekerja, segera kubuka dompetku dan kuambil uang 1 jt dan kuberikan
padanya. Lisa kaget dengan pemberianku sebanyak itu.
“Koq banyak sekali Mas, saya kan butuh nya cuma lima ratus ribu?”
“Iya sisanya buat bekal Ryan di jalan, atau buat Mamahnya juga ga apa-apa.”
Lisa tertawa mendengar ucapanku.
“Tapi saya belum bisa mengembalikan dalam waktu dekat mas.”
Gak di kembalikan juga gak apa-apa mbak.”
“Lho koq gak di kembalikan, saya khan pinjem mas, jadi harus kembali.”
“Ya udah gampang itu mbak, kalo ada, ya di kembalikan kalo ga ada ya di
kembalikan dengan cara lain.” Ujarku mencoba memancing di air bening.
Hehehe
“Lho cara lain apa sih mas, koq saya bingung jadinya.”
Aku Cuma tertawa, dan Lisa semakin bingung dengan sikapku.
“Ya udah nanti mbak telat loh ke kantornya.” Ujarku sambil bercanda.
“Kantor apa sih Mas, bisa aja deh.” Lisa tertawa sambil mencubit lenganku.
“Ya udah terima kasih ya Mas atas bantuannya.”
“sama-sama Mbak”
Lisa pun turun dari mobilku dan melangkah ke dalam area apartemen itu.
***
Siang itu, tiba-tiba ada sms masuk ke ponselku, ternyata ada pesan dari
Lisa. Setelah ku baca, ia menyampaikan ucapan terima kasih sekali lagi
pada ku karena sudah di bantu. Akupun membalasnya untuk tidak
memikirkannya lagi sekaligus menanyakan posisinya sedang berada di mana
saat ini.Ternyata dia masih ada di apartemen majikannya dan sedang
beristirahat karena baru saja selesai mengerjakan tugas-tugasnya.
Ku
coba iseng minta ijin padanya untuk main ke apartemen tempatnya bekerja
apabila majikannya sedang tidak ada di tempat. Lisa mengijinkan karena
Majikannya sedang keluar negeri selama seminggu. Dia pun memberi tahu
tower dan nomor unit apartemennya.
Aku pun segera bergegas membereskan pekerjaanku di kantor dan ijin pada
temanku untuk ke luar dengan alasan bertemu klient. Karena aku sering
dinas luar, jadi gampang saja dapat ijinnya.
Segera kupacu mobilku menuju apartemennya. Tapi sebelumnya aku mampir ke
salah satu restoran cepat saji dan membelikannya makan siang.
Mobilku
kuparkir di basement apartemen, aku pun menuju ke unit apartemen
tempatnya bekerja. Ku bunyikan Bel dan tak lama Lisa pun mempersilahkan
aku masuk. Akupun segera duduk di sofa yang cukup lebar dan empuk yang
ada di ruangan itu.
Unit apartemen itu cukup luas, ada dua kamar di dalamnya lengkap ada
dapur dan minibarnya. Aku tebak majikannya seorang eksekutif di suatu
perusahaan ternama dan apartemen ini di sediakan oleh perusahannya.
“Mau minum apa mas,” tiba-tiba Lisa menyadarkanku yang sedari tadi memperhatikan apartemen beserta isinya.
“Eh….air putih aja mbak.”
“Masak air putih sih, aku bikinin sirup ya?”
“Boleh Mbak kalau gak merepotkan.”
Tak lama dia pun membawa dua gelas es sirup.
“Wah jadi seger nih, siang-siang minum es sirup, apalagi di temani Mbak Lisa yang seger.”
“Ih apaan sih Mas Ardi,” Dia tertawa sambil mencubit pinggangku.
Wajahnya sudah kembali ceria tidak semuram pagi tadi
Kami pun ngobrol sambil menyantap makanan yang ku bawa. Setelah makan
kami pun melanjutkan obrolan sambil menonton acara tv kabel.
Aku
mulai memberanikan diri mendekatkan posisi dudukku dengannya dan Lisa
diam saja. Ku coba pegang tangannya. Awalnya ia sepertinya canggung tapi
akhirnya dapat ku genggam erat tangannya. Aku mulai membelai rambutnya
yang panjang sebahu dan meniup tengkuknya dan tak lama bibir kami pun
sudah saling bersilaturahmi. Berpagutan dengan bebasnya.
Bibirku di lumat habis oleh bibirnya, nafasnya mulai tersengal-sengal.
Nampak birahinya mulai naik. Wajar saja wong 3 bulan tidak di setubuhi
suaminya.
Tanganku pun ku beranikan menelusup di balik kemeja yang
di kenakannya, ia pun diam saja, Kuraih payudara kiri di balik branya
dengan tangan kananku, kuremas-remas halus sambil kumainkan putingnya.
Ia mengelinjang sambil melenguh tertahan.
“Auhhh….achhh.”
Sambil melumat bibirnya kucoba membuka kancing
bajunya satu persatu, dan ia pun mengikutinya dengan membuka kancing
kemeja kerja yang aku kenakan. Kemeja-kemeja itu pun akhirnya terhampar
di lantai.
Terpampang jelas di hadapanku tubuh mulus Lisa dengan payudara yang
masih tertutup bra warna krem, Walau perutnya sedikit berlipat karena
lemak, tetap saja tidak mengurangi keinginanku untuk menyetubuhinya.
Segera kubuka kait bra nya dan bra itu pun jatuh di pangkuannya.
Payudara Lisa segera menyembul. Cukup besar dengan warna puting coklat
tua dengan areola berwarna lebih muda. Puting itu mencuat dengan
tegaknya. Keras.
Segera saja kuhisap puting susunya, Lisa melenguh lebih keras.
“Aaaccchhhh……Maasss. Aahhh….ouchhh. “ Ia semakin terangsang dengan perbuatanku.
Terus kuhisap puting susunya kanan dan kiri bergantian, Ia pun
menggelinjang makin keras, kepala tengadah menatap langit-langit.
Matanya terpejam namun mulutnya meracau mengeluarkan suara desahan dan
rintihan. Kedua tangannya menjambak-jambak rambut di kepalaku.
Cukup lama kumainkan kedua puting susunya. Setelah puas Aku pun bangkit
dari sofa dan segera berdiri. Lisa mengerti maksudku. Sambil tetap duduk
di sofa, ia membuka ikat pingang dan celana yang ku kenakan, tidak lupa
celana dalamku pun ikut dipelorotkannya ke bawah. Seketika itu juga
peniskuku yang cukup besar dan berurat, mengacung ke depan dengan
gagahnya. Lisa tersenyum sambil melirikku. Dipegang dan di belainya
kepala penisku, di kocok-kocoknya perlahan batangnya berulang kali. Tak
lama di masukkan lah kejantananku ke dalam mulutnya, di kulumnya batang
penisku sampai ke pangkalnya. Karena ukuran penisku yang cukup besar ia
sedikit tersedak, aku pun tertawa geli. Tapi dengan usil, digigitnya
batang penisku, aku pun menjerit. Di kocok lagi batang penis itu dengan
gerakan yang lebih cepat sambil lidahnya dengan liar menjilat-jilat
kantung zakar. Perlakuan Lisa sungungguh luar biasa, tidak tahan aku di
buatnya. Aku pun ingin segera buru-buru menyetubuhinya.
Ku pinta
Lisa bangkit berdiri dan melepaskan celana jeans yang masih di
kenakannya. Ku balik badannya dan memintanya menungging. Lututnya di
tumpukan ke sofa dan ia menungging di hadapanku dan tangannya menyangga
tubuhnya pada sandaran sofa. Segera saja belahan vaginanya yang tertutup
bulu jemput yang cukup lebat terlihat merekah di hadapanku. Bibir
vagina nya mulai berwarna kecoklatan namun liang vaginanya masih
menampakkan rona kemerahan yang tampak berkilat dan basah oleh cairan
kewanitaan yang terus keluar karena rangsanganku tadi.
Segera saja ku pegang batang penisku dan kuarahkan kepalanya ke arah
liang kewanitaan Lisa. Segera kumajukan pinggulku dan tak lama kepala
dan batang penisku pun amblas sampai ke pangkalnya. Terbenam sepenuhnya
dalam liang vagina tetanggaku ini. Lisa tercekat dan berteriak karena
alat vitalku yang cukup besar menyesakkan rongga kewanitaannya. Ia
menoleh padaku dengan mulut terbuka lebar sambil merintih.
“aaahhhh……”
Kedua tanganku memegang pantatnya yang cukup besar. Aku pun mulai memaju
mundurkan pingulku. Batang penisku pun keluar masuk di liang vaginanya
dengan tempo yang cukup cepat. Lisa terus merintih dengan riuhnya.
Acchhh…ouuchhh….achhh…..ouchhhh”
Acchhh…ouuchhh….achhh…..ouchhhh”
Sambil terus menggerakkan
pinggulku, aku pun mulai meraih payudaranya yang mengantung dengan ke
dua tanganku. Kumainkan puting susunya dengan kasar. Lisa pun semakin
keras merintih dan meracau…….
Tak lama ia pun menjerit keras dan
kurasakan ada kedutan di liang vaginanya. Otot vaginanya semakin
mencengkram erat kejantananku. Kali ini Lisa mengalami orgasme yang
pertama. Tubuhnya melemah, tangannya tidak sanggup lagi menahan
tubuhnya. Kepalanya jatuh terkulai di sofa dengan posisi tetap
menungging. Kupercepat permainanku, tetapi tampaknya spermaku tidak
ingin keluar cepat-cepat.
Segera Kucabut batang penisku dari liang
vaginanya. Segera ku balik tubuh Lisa menghadapku. Dengan posisi
setengah duduk, Punggungnya bersandar di sandaran sofa kuangkat dan
kurenggangkan kedua kakinya. Terlihat liang vagina yang menganga cukup
lebar, segera saja kuhujamkan kejantananku ke liang kenikmatannya.
Lagi-lagi Lisa menjerit tertahan ketika batang itu menerobos liang
vaginanya. Ku maju mundurkan pinggulku dan terlihat penisku yang besar
keluar masuk dengan bebasnya di liang sempit itu, menciptakan
pemandangan yang indah. Bibir vagina itu menguncup ketika penisku
menerobos masuk dan merekah ketika kutarik. Kedua tungkai Lisa kupegang
dengan tanganku dan aku terus menyetubuhinya sambil tetap berdiri.
Payudara
yang begitu menantang dengan puting yang mencuat sudah basah oleh
keringat. Payudara itu bergoyang-gotang dengan hebatnya mengikuti irama
sodokan penisku yang maju mundur di liang vagina Lisa. Kepala Lisa
tergolek ke kanan dan kiri dengan mulut yang terus mendesis dan
merintih. Lima belas menit aku terus menyodok liang vagina Lisa. Lisa
pun mengimbanginya dengan menggoyang pinggulnya ke kanan ke kiri.
Setelah dua puluh menit akupun tidak tahan lagi. Kupercepat frekuensi
sodokan batang penisku ke dalam liang vaginanya dan tak lama cairan
spermaku pun meyemprot deras ke dalam rahimnya. Berbarengan dengan
kedutan keras di vaginanya menandakan ia mengalami orgasme keduanya.
Kami pun terkulai lemas di atas sofa. Tubuhku menindih tubuhnya dengan
kejantananku masih tertanam di liang vaginanya. Nafas kami
tersengal-sengal karena pertempuran yang luar biasa nikmatnya.
Aku
pun segera bangkit dan menarik penisku yang mulai mengendur dari liang
vaginanya. Liang kenikmatan itu terlihat terngangga dan tampak carian
putih meleleh keluar dari dalamnya. Lisa masih terkulai lemas di sofa.
kakinya terjuntai ke lantai dan tangannya tergolek lemah di sebelah
tubuhnya, segera kuhampiri dan kuciumi bibirnya.
“Enak mas,lain kali minta lagi ya.” Ujarnya sambil tersenyum.
“Siap, kapan aja mbak butuh, Aku siap melayani.” Candaku.
Dan diapun tertawa sambil mencubit pinggangku penuh arti.
Akhirnya kesampaian juga niatku menyetubuhi tetangga baru yang aku idam-idamkan.
Semenjak kejadian hot dengan tetanggaku, kami pun sering mencari-cari waktu untuk dapat bermesraan lagi hingga puas. END
Comments
Post a Comment