Bandar Casino Terbaik - Orgasme Nikmat Bersetubuh Dengan Seorang Duda
Bandar Casino Terbaik - Orgasme Nikmat Bersetubuh Dengan Seorang Duda - Mungkin pembaca bertanya-tanya kenapa aku menceritakan kisah yang
sebenarnya memalukan INI bila diketahui orang lain ini? Aku sendiri
sesungguhnya juga bingung kenapa aku nekad menceritakan kisah ini pada
para pembaca. Tetapi yang jelas seperti ada sensasi tersendiri yang
kurasakan bila kisah gila ini dapat dibaca oleh banyak orang. Apalagi
melalui internet, identitasku jelas tidak akan diketahui oleh orang
lain.
Bandar Casino Terbaik - Sebelum kuceritakan kisah gilaku ini, ada baiknya aku
memperkenalkan sedikit identitasku pada para pembaca. Agar ketika
membaca kisah nyata ini, para pembaca mempunyai bayangan yang jelas
bagaimana pelaku (sekaligus penulis) dalam kisah yang sangat sensasional
ini.
Namaku Riri, usia saya 28 tahun dan telah bersuami. Menurut
banyak teman, aku adalah seorang perempuan yang cukup cantik dengan
kulit putih bersih. Walaupun demikian, postur tubuhku sebenarnya
terhitung ramping dan kecil. Tinggi badanku hanya 155 cm. Tetapi
meskipun bertubuh ramping, pantatku cukup bulat dan berisi. Sedangkan
buah dadaku yang hanya berukuran 34B juga nampak padat dan serasi dengan
bentuk tubuhku.
Aku bekerja sebagai karyawati staf accounting
pada sebuah toserba yang cukup besar di kotaku. Sehingga aku mengenal
banyak relasi dari para pekerja perusahaan lain yang memasok barang ke
toko tempatku bekerja. Dari sinilah kisah yang akan kupaparkan ini
terjadi.
Sebagai seorang istri, aku sebenarnya merupakan tipe
istri yang setia pada suami. Aku selalu berprinsip, tidak ada lelaki
lain yang menyentuh hati dan tubuhku, kecuali suamiku yang sangat
kucintai. Dan sebelum kisah ini terjadi, aku memang selalu dapat menjaga
kesetiaanku. Jangankan disentuh, tertarik dengan lelaki lain pun
merupakan pantangan bagiku.
Tetapi begitulah, beberapa bulan
terakhir, justru suamiku mempunyai khayalan gila. Ia seringkali
mengatakan padaku, ia selalu terangsang jika membayangkan diriku
bersetubuh dengan lelaki lain. Entahlah, mungkin ia terpengaruh dengan
cerita kawan-kawannya. Atau mungkin juga termakan oleh bacaan-bacaan
seks yang sering dibacanya. Pada awalnya, aku jengkel setiap kali ia
mengatakan hal itu padaku. Namun lama kelamaan, entah kenapa, aku juga
mulai terangsang oleh khayalan-khayalannya.
Setiap ia mengatakan
dirinya ingin melihat aku digumuli lelaki lain, tiba-tiba dadaku
berdebar-debar. Tanda kalau aku juga mulai terangsang dengan fantasinya
itu. Bersamaan dengan itu di toko tempatku bekerja, aku semakin akrab
dengan seorang karyawan perusahaan distribusi yang biasa datang memasok
barang. Sebutlah namanya Mas Roni. Ia seorang lelaki berbadan tinggi
besar dan cukup atletis, tingginya lebih dari 180 cm. Sedang usia
sekitar 35 tahun. Sungguh aku tidak pernah mempunyai pikiran atau
perasaan tertarik padanya.
Pada awalnya hubunganku, biasa-biasa
saja. Keakrabanku sebatas hubungan kerja. Namun begitulah, Mas Roni yang
berstatus seorang duda itu selalu bersikap baik padaku. Kuakui pula, ia
merupakan pria yang simpatik. Ia sangat pandai mengambil hati orang
lain. Begitu perhatiannya pada diriku, Mas Roni seringkali memberikan
hadiah padaku. Misalnya pada saat lebaran dan tahun baru, Mas Roni
memberiku bonus yang cukup besar. Padahal karyawan lain di tokoku tidak
satupun yang mendapatkannya. Bahkan saat datang ke tokoku, ia kadang
bersedia membantu pekerjaanku. Mas Roni dapat saja melakukan itu sebab
ia sangat akrab dengan bosku.
Hingga suatu ketika, sewaktu aku sedang menghitung keuangan bulanan perusahaan, tiba-tiba Mas Roni muncul di depan meja kerjaku.
“Aduh sibuknya, sampai nggak lihat ada orang datang,” sapa Mas Roni klise.
“Eh, sorry Mas, ini baru ngitung keuangan akhir bulan,” jawabku.
“Jangan terlalu serius, nanti nggak kelihatan cakepnya lho..!” Mas Roni masih bergurau.
“Ah, Mas Roni bisa aja,” aku menjawab pendek sambil tetap berkonsentrasi ke pekerjaanku.
Setelah
itu seperti biasanya, di sela-sela pekerjaanku, aku dan Mas Roni
mengobrol dan bersendau-gurau ke sana kemari. Tidak terasa sudah satu
jam aku mengobrol dengannya.
“Ri, aku mau ngasih hadiah tahun baru, Riri mau terima nggak?” tanyanya tiba-tiba.
“Siapa sih yang nggak mau dikasih hadiah. Mau dong, asal syaratnya hadiahnya yang banyak lho,” jawabku bergurau.
“Aku juga punya syarat lho Ri. Hadiah itu akan kuberikan kalau Riri mau memejamkan mata. Mau nggak?” tanyanya lagi.
“Serius nih? Oke kalau cuman itu syaratnya aku mau,” kataku sambil menejamkan mata.
“Awas jangan buka mata sampai aku memberi aba-aba..!” kata Mas Roni lagi.
Sambil
terpejam, aku penasaran hadiah apa yang akan diberikannya. Tetapi, ya
ampun, pada saat mataku terpejam, tiba-tiba aku merasakan ada benda yang
lunak menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, benda itu juga melumat
bibirku dengan halus. Aku langsung tahu, Mas Roni tengah menciumku. Maka
aku langsung membuka mata. Dari sisi meja di hadapanku, Mas Roni
membungkuk dan menciumi diriku. Tetapi anehnya, setelah itu aku tidak
berusaha menghindar.
Untuk beberapa lama, Mas Roni masih melumat
bibirku. Kalau mau jujur aku juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa
saat secara refleks aku juga membalas melumat bibir Mas Roni. Sampai
kemudian aku sadar, lalu kudorong dada Mas Roni hingga ia terjengkang ke
belakang.
“Mas, seharusnya ini nggak boleh terjadi,” kataku dengan nada tergetar menahan malu dan sungkan yang menggumpal di hatiku.
Mas Roni terdiam beberapa saat.
“Maaf
Ri, mungkin aku terlalu nekat. Seharusnya aku sadar kamu sudah menjadi
milik orang lain. Tetapi inilah kenyataannya, aku sangat sayang padamu
Ri,” ujarnya dengan lirih sambil meninggalkanku.
Seketika itu aku
merasa sangat menyesal. Aku merasa telah menghianati suamiku. Tetapi
uniknya peristiwa semacam itu masih terulang hingga beberapa kali.
Beberapa kali kesempatan Mas Roni berkunjung ke tokoku, ia selalu
memberiku ‘hadiah’ seperti itu. Tentu, itu dilakukannya jika
kawan-kawanku tidak ada yang melihat. Meskipun pada akhirnya aku
menolaknya, namun anehnya, aku tidak pernah marah terhadap tindakan Mas
Roni itu.
Entahlah, aku sendiri bingung. Aku tidak tahu, apakah
ini dikarenakan pengaruh khayalan suamiku yang terangsang jika
membayangkan aku berselingkuh. Ataukah karena aku jatuh cinta pada Mas
Roni. Sekali lagi, aku tidak tahu. Bahkan dari hari ke hari, aku semakin
dekat dan akrab dengan Mas Roni.
Hingga pada suatu saat, Mas Roni
mengajakku jalan-jalan. Awalnya aku selalu menolaknya. Aku khawatir
kalau kedekatanku dengannya menjadi penyebab perselingkuhan yang
sebenarnya. Tetapi karena ia selalu mendesakku, akhirnya aku pun
menerima ajakkannya. Tetapi aku mengajukan syarat, agar salah seorang
kawan kerjaku juga diajaknya. Dengan mengajak kawan, aku berharap Mas
Roni tidak akan berani melakukan perbuatan yang tidak-tidak.
Begitulah,
pada hari Minggu, aku dan Mas Roni akhirnya jadi berangkat jalan-jalan.
Agar suamiku tidak curiga, aku katakan padanya, hari itu aku ada
lemburan hingga sore hari. Selain aku dan Mas Roni, ikut juga kawan
kerjaku, Yani dan pacarnya. Oh ya, berempat kami mengendarai mobil
inventaris perusahaan Mas Roni. Berempat kami jalan-jalan ke suatu
lokawisata pegunungan yang cukup jauh dari kotaku. Kami sengaja memilih
tempat yang jauh dari kotaku, agar tidak mengundang kecurigaan tetangga,
keluarga dan terutama suamiku.
Setelah lebih dari satu jam kami
berputar-putar di sekitar lokasi wisata, Mas Roni dan pacar Yani
mengajak istirahat di sebuah losmen. Yani dan pacarnya menyewa satu
kamar, dan kedua orang itu langsung hilang di balik pintu tertutup.
Maklum keduanya baru dimabuk cinta. Aku dengan suamiku waktu pacaran
dulu juga begitu, jadi aku maklum saja.
Mas Roni juga menyewa satu kamar di sebelahnya. Aku sebenarnya juga berniat menyewa kamar sendiri tetapi Mas Roni melarangku.
“Ngapain boros-boros, kalau sekedar istirahat satu kamar saja. Tuh, bed-nya ada dua,” ujarnya.
Akhirnya aku mengalah. Aku numpang di kamar yang disewa Mas Roni.
Kami
mengobrol tertawa cekikikan membicarakan Yani dan pacarnya di kamar
sebelah. Apalagi, Yani dan pacarnya seperti sengaja mendesah-desah
hingga kedengaran di telinga kami. Sejujurnya aku deg-degan juga
mendengar desahan Yani yang mirip dengan suara orang terengah-engah itu.
Entah kenapa dadaku semakin berdegup kencang ketika aku mendengar
desahan Yani dan membayangkan apa yang sedang mereka lakukan di kamar
sebelah. Untuk beberapa saat, aku dan Mas Roni diam terpaku.
Tiba-tiba
Mas Roni menarik tanganku hingga aku terduduk di pangkuan Mas Roni yang
saat sedang duduk di tepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia
langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga
membiarkan ketika bibir dan kumis Mas Roni menempel ke bibirku hingga
beberapa saat. Dadaku semakin berdegup kencang ketika kurasakan bibir
Mas Roni melumat mulutku. Lidah Mas Roni menelusup ke celah bibirku dan
menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu
darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding.
Namun tiba-tiba timbul kesadaranku. Kudorong dada Mas Roni supaya ia melepas pelukannya pada diriku.
“Mass, jangan Mas, ini nggak pantas kita lakukan..!” kataku terbata-bata.
Mas
Roni memang melepas ciumannya di bibirku, tetapi kedua tangannya yang
kekar dan kuat itu masih tetap memeluk pinggang rampingku dengan erat.
Aku juga masih terduduk di pangkuannya.
“Kenapa nggak pantas, toh aku sama dengan suamimu, yaitu sama-sama mencintaimu,” ujar Mas Roni yang terdengar seperti desahan.
Setelah
itu Mas Roni kembali mendaratkan ciuman. Ia menjilati dan menciumi
seluruh wajahku, lalu merembet ke leher dan telingaku. Aku memang pasif
dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat
menguasaiku. Harus kuakui, Mas Roni sangat pandai mengobarkan birahiku.
Jilatan demi jilatan lidahnya di leherku benar-benar telah membuat
diriku terbakar dalam kenikmatan. Bahkan dengan suamiku sekalipun aku
belum pernah merasakan rangsangan sehebat ini.
Mas Roni sendiri
nampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakan napasnya mulai
terengah-engah. Sementara aku sendiri semakin tidak kuat untuk menahan
erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai
membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Mas Roni yang kekar
itu membuka kancing bajuku. Tak ayal lagi, buah dadaku yang berwarna
putih bersih itu terbuka di depan Mas Roni. Secara refleks aku masih
berusaha berontak.
“Cukup, Mas jangan sampai ke situ. Aku takut,” kataku sambil meronta dari pelukannya.
“Takut dengan siapa Ri, toh nggak ada yang tahu. Percayalah denganku,” jawab Mas Roni dengan napas yang semakin memburu.
Seperti tidak perduli dengan protesku, Mas Roni yang telah melepas
bajuku, kini ganti sibuk melepas BH-ku. Meskipun aku masih berusaha
meronta, namun itu tidak berguna sama sekali. Sebab tubuh Mas Roni yang
besar dan kuat itu mendekapku sangat erat.
Kini, dipelukan Mas
Roni, buah dadaku terbuka tanpa tertutup sehelai kain pun. Aku berusaha
menutupi dengan mendekapkan lengan di dadaku, tetapi dengan cepat tangan
Mas Roni memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Mas Roni
mengangkatku dan merebahkannya di tempat tidur. Tanpa membuang waktu,
bibir Mas Roni melumat salah satu buah dadaku, sementara salah satu
tangannya juga langsung meremas-remas buah dadaku yang lainnya. Bagai
seekor singa buas ia menjilati dan meremas buah dada yang kenyal dan
putih ini.
Kini aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain
megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang mencengkeram diriku.
Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan
nikmat ketika bibir dan lidah Mas Roni menjilat dan melumat puting
susuku.
“Ri, da.. dadamu putih dan in.. indah sekali. A.. aku
makin nggak ta.. tahan.., sayang..,” kata Mas Roni terputus-putus karena
nafsu birahi yang semakin memuncak.
Kemudian Mas Roni juga
menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai sekali
menggelitik buah dada hingga perutku. Sekali lagi aku hanya
mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu. Kemudian tanpa
kuduga, dengan cepat Mas Roni melepaskan celana dan celana dalamku dalam
satu tarikan. Lagi-lagi aku berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar
dan tenaga kuat yang dimiliki Mas Roni, dengan mudah ia menaklukkan
perlawananku.
Sekarang tubuhku yang ramping dan berkulit putih ini
benar-benar telanjang total di hadapan Mas Roni. Sungguh, aku belum
pernah sekalipun telanjang di hadapan lelaki lain, kecuali di hadapan
suamiku. Sebelumnya aku juga tidak pernah berpikir melakukan perbuatan
seperti ini. Tetapi kini, Mas Roni berhasil memaksaku, sementara aku
seperti pasrah saja tanpa daya.
“Mas, untuk yang satu ini jangan
Mas, aku tidak ingin merusak keutuhan perkawinanku..!” pintaku sambil
meringkuk di atas tempat tidur, untuk melindungi buah dada dan vaginaku
yang kini tanpa penutup.
“Ri.. apa.. kamu.. nggak kasihan padaku sayang.., aku sudah terlanjur
terbakar.., aku nggak kuat lagi, sayang. Please, aku.. mohon,” kata Mas
Roni masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.
Entah
karena aku tidak tega atau karena aku sendiri juga sudah terbakar
birahi, aku diam saja ketika Mas Roni kembali menggarap tubuhku. Bibir
dan salah satu tangannya menggarap kedua buah dadaku, sementara tangan
yang satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku
benar-benar merem-melek merasakan kenikmatan itu. Sementara napasku juga
semakin terengah-engah.
Tiba-tiba saja Mas Roni beranjak dan
dengan cepat melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Kini ia
sama denganku telanjang bulat-bulat. Ya ampun, aku tidak dapat percaya,
kini aku telanjang dalam satu kamar dengan lelaki yang bukan suamiku,
ohh. Aku melihat tubuh Mas Roni yang memang atletis, besar dan kekar. Ia
jauh lebih tinggi dan lebih besar dibanding suamiku yang berperawakan
sedang-sedang saja.
Tetapi yang membuat dadaku berdegup lebih
keras adalah benda di selangkangan Mas Roni. Benda yang besarnya hampir
sama dengan lenganku itu berwarna coklat tua dan kini tegak mengacung.
Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 22 cm, atau hampir dua kali lipat
dibanding milik suamiku, sementara besarnya sekitar 3 sampai 4 kali
lipatnya. Sungguh aku hampir tidak percaya ada penis sebesar dan
sepanjang itu. Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemas dan
penasaran.
Kini tubuh telanjang Mas Roni mendekapku. Darahku
seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Mas Roni menempel erat
dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu
merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain
selain suamiku. Ia masih terus menciumi sekujur tubuhku, sementara
tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin
kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan
rangsangan sedahsyat ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada benda
yang masuk dan menggelitik lubang vaginaku. Ternyata Mas Roni nekat
memasukkan jari tangannya ke celah vaginaku. Ia memutar-mutarkan
telunjuknya di dalam lubang vaginaku, sehingga aku benar-benar hampir
tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan
yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-mutarkan
pantatku. Toh, aku masih berusaha menolaknya.
“Mas, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup di luaran saja..!” pintaku.
Tetapi
lagi-lagi Mas Roni tidak menggubrisku. Ia selanjutnya menelusupkan
kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya tanpa henti melumat
habis vaginaku. Aku tergetar hebat mendapat rangsangan ini. Tidak kuat
lagi menahan kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Mas
Roni yang masih terengah-engah di selangkanganku. Kini aku benar-benar
telah tenggelam dalam birahi.
Ketika kenikmatan birahi benar-benar
menguasaiku, dengan tiba-tiba, Mas Roni melepaskanku dan berdiri di
tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngocok batang penisnya yang berukuran
luar biasa tersebut.
“Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekarang ganti kamu dong Ri yang aktif..!” kata Mas Roni.
“Aku nggak bisa, Mas. Lagian aku masih takuut..!” jawabku dengan malu-malu.
“Oke kalau gitu pegang aja iniku, please, aku mohon, Ri..!” ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu ke hadapanku.
Dengan
malu-malu kupegang batang yang keras dan berotot itu. Lagi-lagi dadaku
berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis
Mas Roni. Sejenak aku sempat membayangkan, bagaimana nikmatnya jika
penis yang besar dan keras itu dimasukkan ke lubang vagina perempuan.
“Besaran mana dengan milik suamimu Ri..?” goda Mas Roni.
Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, penis Mas Roni jauh lebih besar dan lebih panjang dibanding milik suamiku.
“Diapakan nih Mas..? Sumpah aku nggak bisa apa-apa,” kataku sambil menggenggam batang penis Mas Roni.
“Oke, biar gampang, dikocok aja, sayang. Bisakan..?” jawab Mas Roni lembut.
Dengan
dada berdegup kencang, kukocok perlahan-lahan penis yang besar milik
Mas Roni. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar
Mas Roni yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup
menggenggamnya. Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Mas Roni
cepat muncrat, sehingga ia tidak dapat berbuat lebih jauh terhadap
diriku.
Mas Roni yang kini telentang di sampingku memejamkan
matanya ketika tanganku mulai naik-turun mengocok batang zakarnya.
Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya mulai meningkat lagi.
Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar di hadapanku
seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat. Tiba-tiba ia memutar
tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada di selangkanganku,
sebaliknya kepalaku juga menghadap tepat di selangkangannya. Mas Roni
kembali melumat lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti
di rongga vaginaku. Sementara aku sendiri masih terus mengocok batang
zakar Mas Roni dengan tanganku.
Kini, kami berdua berkelejotan,
sementara napas kami juga semakin memburu. Setelah itu Mas Roni
beranjak, lalu dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari yang
terletak di sebelah tempat tidur, aku dapat melihat tubuh rampingku
seperti tenggelam di kasur busa ketika tubuh Mas Roni yang tinggi besar
tersebut mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui
kaca lemari itu. Gila, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang
juga sedang telanjang, dan lelaki itu bukan suamiku.
Mas Roni
kembali melumat bibirku. Kali ini teramat lembut. Gila, aku bahkan tanpa
malu lagi mulai membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk
menggelitik rongga mulut Mas Roni. Mas Roni terpejam merasakan
seranganku, sementara tangan kekarnya masih erat memeluk tubuhku,
seperti tidak akan dilepaskan lagi.
Bermenit-menit kami terus
berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur
deras dan berbaur di tubuhku dan tubuh Mas Roni. Dalam posisi itu
tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal di atas perutku.
Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang
mengganjal itu adalah batang kemaluan Mas Roni. Tiba-tiba kurasakan
batang zakar itu mengganjal tepat di bibir lubang kemaluanku. Rupanya
Mas Roni nekat berusaha memasukkan batang penisnya ke vaginaku. Tentu
saja aku tersentak.
“Mas.. Jangan dimasukkan..! Jangan dimasukkan..!” kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku
tidak tahu apakah permintaanku itu tulus, sebab di sisi hatiku yang
lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang
kemaluan yang besar itu masuk ke lubang vaginaku.
“Oke.. kalau nggak boleh dimasukkan, kugesek-gesekkan di bibirnya saja, yah..?” jawab Mas Roni juga terengah-engah.
Kemudian
Mas Roni kembali memasang ujung penisnya tepat di celah kamaluanku.
Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala penis itu
menyentuh bibir vaginaku. Namun karena batang zakar Mas Roni memang
berukuran super besar, Mas Roni sangat sulit memasukannya ke dalam celah
bibir vaginaku. Padahal, jika aku bersetubuh dengan suamiku, penis
suamiku masih terlalu kekecilan untuk ukuran lubang senggamaku.
Setelah
sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Mas Roni berhasil menerobos
bibir kemaluanku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis
besar itu mulai menerobos masuk. Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi
selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tiada tara. Seperti janji Mas Roni,
penisnya yang berkukuran jumbo itu hanya digesek-gesekkan di bibir
vagina saja. Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasa benar-benar
membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar besar Mas Roni
itu luar biasa nikmatnya.
Mas Roni terus menerus memaju-mundurkan
batang penis sebatas di bibir vagina. Keringat kami berdua semakin deras
mengalir, sementara mulut kami terus berpagutan.
“Ayoohh.., ngoommoong Saayaang, giimaanna raasaanyaa..?” kata Mas Roni tersengal-sengal.
“Oohh.., teerruss.. Maass.. teeruuss..!” ujarku sama-sama tersengal.
Entah
bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar
itu telah amblas semua ke vaginaku. Bless.., perlahan tapi pasti batang
penis yang besar itu melesak ke dalam lubang kemaluanku. Vaginaku terasa
penuh sesak oleh batang penis Mas Roni yang sangat-sangat besar itu.
“Lohh..? Mass..! Dimaassuukiin seemmua yah..?” tanyaku.
“Taangguung, Saayang. Aku nggak tahhann..!” ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara perlahan.
Entahlah,
kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua di
vaginaku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang
kini semakin tertahankan. Begitu besarnya penis Mas Roni, sehingga
lubang vaginaku terasa sangat sempit. Sementara karena tubuhnya yang
berat, batang penis Mas Roni semakin tertekan ke dalam vaginaku dan
melesak hingga ke dasar rongga vaginaku. Sangat terasa sekali bagaimana
rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding vaginaku.
Tanpa sadar
aku pun mengimbangi genjotan Mas Roni dengan menggoyangkan pantatku.
Kini tubuh rampingku seperti timbul-tenggelam di atas kasur busa
ditindih oleh tubuh besar Mas Roni. Semakin lama, genjotan Mas Roni
semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak dengan hebat.
Clep.., clep.., clep.., clep.., begitulah bunyi batang zakar Mas Roni
yang terus memompa selangkanganku.
“Teerruss Maass..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..!” erangku berulang-ulang.
Sungguh
inilah permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan. Aku
sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan terhadap suamiku. Mas Roni
benar-benar telah menenggelamkanku dalam gelombang kenikmatan. Persetan,
toh suamiku sendiri sering berkhayal aku disetubuhi lelaki lain.
Tidak
berapa lama kemudian, aku merasakan rasa nikmat yang luar biasa di
sekujur tubuhku. Badanku menggelepar-gelepar di bawah gencetan tubuh Mas
Roni. Seketika itu seperti tidak sadar, kucium lebih berani bibir Mas
Roni dan kupeluk erat-erat.
“Mmaass.. aakkuu.. haampiirr.. oorrgaassmmee..!” desahku ketika aku hampir menggapai puncak kenikmatan.
Tahu
kalau aku hampir orgasme, Mas Roni semakin kencang menghunjam-hunjamkan
batang kejantanannya ke selangkanganku. Saat itu tubuhku makin
meronta-ronta di bawah dekapan Mas Roni yang sangat kuat. Akibatnya,
tidak lama kemudian aku benar-benar klimaks!
“Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. Saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaass..!” desah Mas Roni.
“Oohh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. Maass..!” jawabku.
Seketika
dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Mas Roni, sedangkan
tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan ke atas agar
batang kemaluan Mas Roni dapat menancap sedalam-dalamnya.
Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Mas Roni juga menghentikan genjotannya.
“Aku belum keluar, Sayang. Tahan sebentar, ya..! Aku terusin dulu,” ujarnya lembut sambil mencium pipiku.
Gila, aku bisa orgasme walaupun posisiku di bawah. Padahal jika dengan
suamiku, untuk orgasme aku harus berposisi di atas dulu. Tentu ini
karena Mas Roni yang jauh lebih perkasa dibanding suamiku, selain
batangannya yang memang sangat besar dan nikmat luar biasa untuk vagina
perempuan.
Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Mas Roni
memompa terus lubang vaginaku. Karena lelah, aku pasif saja ketika Mas
Roni masih terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil
dan ramping benar-benar tenggelam ditindih tubuh besar Mas Roni. Clep..
clep.. clep.. clep. Kulirik ke bawah melihat kemaluanku yang tengah
dihajar batang kejantanan Mas Roni. Gila, vaginaku dimasuki penis
sebesar itu. Dan lebih gila lagi, batang zakar besar seperti itu
ternyata nikmatnya tidak terkira.
Mas Roni semakin lama semakin
kencang memompakan penisnya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya
menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti
seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan
merambat lagi dari selangkanganku yang dengan kencang dipompa Mas Roni.
Maka aku balik membalas ciuman Mas Roni, sementara pantatku kembali
kuputar-putar mengimbangi penis Mas Roni yang masih perkasa
menusuk-nusuk lubang kemaluanku.
“Kaamuu ingiin.. lagii.. Rii..?” tanya Mas Roni.
“Eehh..” hanya itu jawabku.
Kini kami kembali menggelepar-gelepar bersama.
Tiba-tiba Mas Roni bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku di atas, Mas Roni di bawah.
“Ayoohh gaannttii..! Kaammuu yang di atass..!” kata Mas Roni.
Dengan
posisi di atas tubuh Mas Roni, pantatku kuputar-putar, maju-mundur,
kiri-kanan, untuk mengocok batang penis Mas Roni yang masih mengacung di
lubang vaginaku. Dengan agak malu-malu aku juga ganti menjilat leher
dan puting Mas Roni. Mas Roni yang telentang di bawahku hanya dapat
merem-melek karena kenikmatan yang kuberikan.
“Tuuh.., biisaa
kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisaa..,” ujar Mas Ronie sambil
balas menciumku dan meremas-remas buah dadaku.
Hanya selang lima
menit setelah aku berada di atas, lagi-lagi kenikmatan luar biasa datang
menderaku. Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan vaginaku ke batang
penis Mas Roni. Tubuhku yang ramping semakin erat mendekap Mas Roni. Aku
juga semakin liar membalas ciuman Mas Roni.
“Maass.. aakuu.. haampiir.. orgasmee.. laggii.. Maass..!” kataku terengah-engah.
Tahu
kalau aku akan orgasme kedua kalinya, Mas Roni langsung bergulung
membalikku, sehingga aku kembali di bawah. Dengan napas yang
terengah-engah, Mas Roni yang telah berada di atas tubuhku semakin cepat
memompa selangkanganku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa di
sekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke
selangkanganku. Mas Roni kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku
semakin tidak menentu.
“Kalauu maau orgasmee ngomong Sayang, biaar leepass..!” desah Mas Roni.
Karena tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.
“Teruss..,
teruss.., akuu.. orgasmee Mass..!” desahku, sementara tubuhku masih
terus menggelepar-gelepar dalam tindihan tubuh Mas Roni.
Belum
reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Mas Roni
mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat
seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tidak
dapat bergerak. Napasnya terus memburu. Genjotannya di vaginaku juga
semakin keras dan cepat. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.
“Rii.., akuu.. maauu.. keluuarr Sayang..!” erangnya tidak tertahankan.
Melihat
Mas Roni yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku
juga semakin erat memeluknya. Crot.. croot.. croot..! Sperma Mas Roni
terasa sangat deras muncrat di lubang vaginaku. Mas Roni memajukan
pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar
menancap sedalam-dalamnya di lubang kemaluanku. Aku merasakan lubang
vaginaku terasa hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari penis Mas
Roni.
Gila, sperma Mas Roni luar biasa banyaknya, sehingga seluruh
lubang vaginaku terasa basah kuyup. Bahkan karena saking banyaknya,
sperma Mas Roni belepotan hingga ke bibir vagina dan pahaku.
Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.
Untuk
beberapa saat Mas Roni masih menindihku, keringat kami pun masih
bercucuran. Setelah itu ia berguling di sampingku. Aku temenung menatap
langit-langit kamar. Begitupun dengan Mas Roni. Ada sesal yang mengendap
dalam hatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan terhadap perkawinanku,
itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku.
“Maafkan aku, Ri. Aku telah khilaf dengan memaksamu melakukan perbuatan ini,” ujar Mas Roni lirih.
Aku tidak menjawab. Kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran
masing-masing. Bermenit-menit kemudian tidak sepatah kata pun yang
keluar dari mulut kami berdua.
Tiba-tiba Yani mengetuk pintu sambil berteriak, “Hee, sudah siang lho.., ayo pulang..!”
Dengan masih tetap diam, aku dan Mas Roni segera beranjak, berbenah lalu
berjalan keluar kamar. Tanpa kata-kata pula Mas Roni mengecup keningku
saat pintu kamar akan kubuka.
“Hayo, lagi ngapain kok pintunya pakai ditutup segala..?” kelakar Yani.
“Ah, nggak apa-apa kok, kita cuman ketiduran tadi.” jawabku dengan perasaan malu.
Sementara Mas Roni hanya tersenyum.
“Tenang aja, Mbak Riri. Aku janji nggak akan menceritakan ini ke orang lain kok..!” ujar Yani dengan masih cengengesan.
Begitulah,
hingga seminggu setelah kejadian itu rasa sesal masih mendera
perasaanku. Selama itu hatiku selalu diketuk pertanyaan, kenapa akhirnya
aku harus mengkhianati suamiku. Hanya saja, ketika mulai menginjak
minggu kedua, tiba-tiba rasa sesal itu seperti menguap begitu saja. Yang
muncul dalam perasaanku kemudian adalah kerinduan pada Mas Roni.
Sungguh dadaku sering berdebar-debar lagi setiap kali kuingat kenikmatan
luar biasa yang diberikan Mas Roni saat itu. Aku selalu terbayang
dengan keperkasaan Mas Roni di atas ranjang, yang itu semua tidak
dimiliki suamiku.
Maka setelah itu, kami masih sering jalan-jalan
bersama dengan Mas Roni. Bahkan hampir rutin sebulan 2 sampai 4 kali aku
dan Mas Roni selalu melepas hasrat bersama. Dan jelas itu lebih
menggelora lagi dibanding kencan kami yang pertama. Sementara untuk
menyembunyikan itu semua, aku bersikap biasa-biasa saja terhadap
suamiku. Ia juga masih sering merangsang diri dengan berfantasi aku
disetubuhi lelaki lain. Tetapi ia tidak tahu, sesungguhnya telah ada
lelaki lain yang benar-benar telah menyetubuhi isterinya. Dan aku tidak
pernah bercerita padanya. Ini hanya menjadi rahasiaku dan rahasia Mas
Roni. END
Best online casino in India: Bet365 casino review - Adhayana
ReplyDeleteOur review of Bet365 casino in India will be posted soon. You can use the app for the casino. This is the official 온카지노 커뮤니티 site of the casino operator Bet365